Spider-Man: Across the Spider-Verse – Konflik Antarjagat Manusia Laba-laba

Rilis: 2023

Durasi: 140 menit

Rotten Tomatoes: 96%

Dalam musim panas (atau dingin di Australia) yang berhamburan banyak film blockbuster, terdapat satu film berambisi menjulang tinggi melampaui khalayak film lain, yaitu Spider-man: Across the Spider-Verse. Film animasi ini merupakan sekuel dari Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018), melanjutkan kisah Miles Morales (Shameik Moore), seorang remaja keturunan Afrika-Amerika dan Puerto Rico yang menjelma menjadi Spider-Man. Seperti sekuel pada umumnya, Across the Spider-Verse (ATSV) menyuguhkan film yang lebih spektakuler dari Into the Spider-Verse (ITSV) dari segala aspek, mulai dari animasi hingga cerita.

Dalam ATSV, diceritakan Miles sudah menjadi superhero Spider-Man selama kurang lebih satu tahun setelah petualangannya di ATSV. Kisah ATSV dibuka dengan pertemuan Miles dengan sosok penjahat bernama The Spot (Jason Schwartzmann) yang bisa mengendalikan portal ke dimensi lain dalam bentuk titik-titik hitam di tubuhnya.

Meskipun pertemuan awal mereka terkesan sepele, rupanya pertarungan Miles dan The Spot mengenalkan Miles ke sebuah fenomena antarjagat yang melibatkan sosok-sosok Spider-Man lainnya. Bertemu kembali dengan teman-temannya di film sebelumnya seperti Gwen Stacy / Spider-Woman (Hailee Steinfeld) dan Peter B. Parker (Jake Johnson) serta Spider-Man baru seperti Miguel O’Hara / Spider-Man 2099 (Oscar Isaac) dan Hobie Brown / Spider-Punk (Daniel Kaluuya), Miles harus berusaha menemukan tempat berpijaknya di tengah badai fenomena antardunia tersebut.

Dari segi animasi, tidak bisa dipungkiri bahwa ATSV merupakan sebuah peningkatan signifikan dari ITSV yang sudah terbilang apik. Animasi yang ‘kacau’ namun terukur mampu menyampaikan berbagai macam emosi dan energi yang ada dalam setiap adegan dengan baik, mulai dari adegan dramatis yang ditandai dengan perubahan color palette di layar sampai dengan adegan laga berskala masif yang dipastikan mampu memikat mata penonton.

Pendekatan terhadap animasi oleh tim ATSV memampukan film tersebut menyampaikan sifat tokoh dalam film dengan cara yang unik. Terdapat tokoh-tokoh yang, dikarenakan mereka datang dari dimensi lain, diberikan art style yang mencolok dan berbeda dari tokoh lain. Bukan hanya dari penggambaran mereka dalam layar, tapi dari segi gerak-gerik mereka di layar.

Oleh karena itu, penokohan dalam film menjadi lebih menarik berkat aspek penokohan yang tidak hanya mengandalkan dialog atau prilaku, tapi oleh animasi itu sendiri. Seperti misalnya Spider-Punk yang memiliki sifat anarkis dan pemberontak kerap digambarkan dengan garis tebal dan lurus yang mencolok serta pergerakan yang lebih terpatah dibandingkan tokoh lain.

Tapi apalah arti para tokoh dalam film tanpa sebuah cerita? Jangan khawatir, karena cerita dalam ATSV tidak hanya spektakuler dari segi skala, tapi juga dari segi emosional. Para penonton tidak hanya akan mengeksplorasi tokoh Miles lebih dalam, tapi juga dari sudut pandang Gwen Stacy yang seakan menjadi deuteragonis dalam film ini.

Terdapat banyak adegan yang melibatkan emosi kuat, mulai dari konflik, drama, konfrontasi, dan rekonsiliasi. Hampir semua tokoh utama dalam film dikulik motivasinya secara mendalam, sehingga penonton pun bisa memahami mengapa mereka terlibat konflik dalam film, atau mengapa mereka memiliki perilaku seperti demikian di dalam film. Emotional stakes dalam ATSV bisa dibilang sangat tinggi, dan dijamin mampu memikat penonton dari awal hingga akhir.

Berbicara mengenai akhir film, sangat disayangkan bahwa ATSV memiliki akhir film yang menggantung, dengan kata lain kisah besar dalam ATSV belum selesai dan akan dilanjutkan di Spider-Man: Beyond the Spider-Verse (BTSV) yang akan rilis bulan Maret 2024. BTSV nampaknya akan memiliki PR besar dalam mengikat simpul-simpul cerita yang diciptakan oleh ATSV, karena ATSV nampak tidak menyelesaikan kebanyakan konflik besar yang muncul dalam film; ini menjadi salah satu kelemahan kecil dalam ATSV yang mungkin terlalu mengandalkan film lanjutannya dalam menyelesaikan konflik dalam alur cerita film.

Namun, kekurangan kecil tersebut tidak terlalu mencegah ATSV menjadi salah satu film animasi terbaik dalam dekade ini berkat eksekusi yang hampir sempurna dalam semua bidang, mulai dari cerita hingga penokohan hingga animasi. Terlepas dari ending yang menggantung tadi, OZIPmates wajib menonton film ini bila sedang mencari film untuk ditonton selama musim dingin.

Rating: 9.5/10

Teks: Jason Ngagianto

Foto: IMDb