Saatnya pembaca OZIP berkenalan dengan bapak Kuncoro Giri Waseso, Konsul Jenderal RI Melbourne. Meskipun baru menjabat selama kurang lebih satu bulan sejak bulan Juli, tidak bisa dipungkiri bahwa bapak Konjen adalah sosok paling penting bagi masyarakat Indonesia di Victoria. Bagaimana pandangan bapak Konjen terhadap Melbourne dan warga Indonesia di sini? Yuk, simak wawancara OZIP dengan bapak Konjen!
Apa kesan bapak terhadap Melbourne sejauh ini?
Saya sangat senang berada di sini. Melbourne adalah kota yang sangat multikultur. Kota yang menjadi melting pot berbagai budaya, seperti Afrika dan Asia. Seperti saat kejuaraan EURO 2020 kemarin, terlihat komunitas Italia di sini merayakan kejuaraan tersebut.
Hal lain adalah kota ini sangat nyaman dan accessible. Tidak heran Melbourne dalam setiap kesempatan selalu masuk dalam kelompok the most liveable city in the world. Karena itulah saya merasa orang paling beruntung di dunia, berangkat dari pengalaman saya tinggal di Swiss, Selandia Baru, dan Denmark yang semuanya masuk kelompok negara liveable.
Yang tidak kalah pentingnya, saya sangat senang karena di sini mencari sesuatu terkait Indonesia sangatlah mudah. Beberapa saat yang lalu ketika tiba di sini, istri saya mencari cobek dan mampu mendapatkannya dengan mudah. Semoga ini membuat kita betah dan menyenangi kota ini.
Bagaimana perasaan bapak ketika menerima jabatan ini?
Menjadi abdi negara dalam jabatannya memilki tantangannya masing-masing yang layak disyukuri; sesuatu yang sangat membanggakan ketika kita menjadi kepala perwakilan republik Indonesia di Victoria dan Tasmania. Dalam karir diplomasi itu adalah sebuah loncatan karir yang bagus, artinya ada prestasi tertentu.
Tapi di sisi lain ini memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Tanggung jawab tidak hanya merealisasikan apa yang sudah ditetapkan dalam visi misi kita, tapi juga berhati-hati agar tidak menyalahgunakan wewenang tugas dan tanggung jawab yang ada.
Satu frasa yang saya pegang ketika menerima jabatan ini adalah alhamdulillah tapi juga astagfirullahaladzim; bersyukur tapi juga harus siap dengan segala tantangan.
Bagaimana hubungan bapak dengan ibu Spica Tutuhatunewa maupun ibu Muniroh Rahim?
Hubungan saya dengan keduanya sangat baik. Saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada ibu Spica dan ibu Muniroh.
Sebelum datang ke sini, saya sudah berguru dengan mereka, terutama dengan bu Spica ketika saya masih di Jakarta. Kami sering bertemu dan berdiskusi, baik dalam suasana santai maupun formal, terutama tentang keadaan di Melbourne. Bu Spica laksana guru saya, mengajarkan saya banyak hal. Sama halnya dengan bu Muniroh, saya sudah ngobrol dengan beliau melaluitelepon maupun Zoom.
Tidak hanya dari bu Spica dan bu Muniroh saja, tapi juga dengan berbagai staf KJRI, dimana kita terus berkomunikasi, semuanya pada akhirnya aku anggap sebagai mitra. Saya bersama dengan staf KJRI di sini bekerja secara kolektif. Saya kebetulan sebagai konjen mengatur dan mengkoordinir, tapi selebihnya adalah jasa mereka.
Apa visi/misi KJRI Melbourne untuk masyarakat Indonesia di Victoria dan Tasmania?
Visi KJRI adalah melaksanakan diplomasi aktif dan efektif untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan berdaulat. Untuk mencapai visi itu, KJRI Melbourne memiliki tiga misi: ekonomi, soft diplomacy, dan perlindungan terhadap WNI di Victoria-Tasmania.
Misi ekonomi kita adalah mendukung penguatan kerjasama ekonomi antara Indonesia dengan Victoria dan Tasmania. Hal ini kita lakukan dengan berbagai cara: peningkatan ekspor, investasi dua arah dan juga kunjugan wisatawan.
Betul bahwa pandemi sangat menyulitkan terutama dari segi ekonomi. Maka dari itu kita juga melakukan capacity building. Ini terlihat dalam webinar Business Coaching kita setiap minggunya. Hal semacam ini terus kita lakukan agar tidak stuck dengan keadaan yang terhenti akibat pandemi, tapi kita menjadikan tantangan sebagai kesempatan yang bisa kita manfaatkan.
Untuk soft diplomacy dengan Australia, kita lakukan dari segi seni budaya. Harapannya adalah agar mereka mengenal kita dengan baik sehingga mereka mendukung kita melalui soft diplomacy ini.
Dalam upaya kita untuk memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap WNI dan badan hukum Indonesia yang ada di Victoria dan Tasmania, kita berkerjasama dengan para diaspora. Kerjasama dengan para diaspora berhubungan dengan semua misi KJRI Melbourne. Kita akan melibatkan teman-teman diaspora dari sisi informasi, baik itu melalui radio ataupun majalah.
Apakah ada tempat yang ingin bapak kunjungi ketika sedang di Melbourne?
Secara pribadi, saya tertarik untuk mengunjungi daerah countryside seperti Bendigo dan Ballarat. Saya suka sekali ke countryside dan mengenal lingkungan yang remote, agar saya bisa merasakan budaya lokal yang sesungguhnya. Berbeda dengan suasana kota yang warga lokalnya sudah berbaur dengan banyak sekali budaya, saya bisa merasakan ingenuity di tempat saya berada bila ke countryside.
Selain countryside adalah tempat di mana teman-teman Indonesia berkumpul, sehingga pada saat saya selesai tugas saya bisa menanamkan suatu memori ketika saya berkunjung ke tempat tersebut. Seperti ketika saya siaran di program radio bahasa Indonesia di Box Hill, ingatan itu akan menjadi salah satu good remembrance bagi saya.
Sayangnya akibat lockdown, banyak rencana berpergian yang harus tertunda. Namun sesungguhnya kita sangat memaklumi. Saya juga menyampaikan kepada masyarakat untuk mematuhi semua protokol kesehatan yang ada.
Apa pesan bapak untuk komunitas Indonesia di Melbourne?
Sebagai pimpinan KJRI, saya ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap komunitas Indonesia, apapun bentuk komunitas itu, atas kontribusi mereka terhadap pengenalan Indonesia di wilayah kerja KJRI Melbourne ini. Tanpa dukungan mereka, kita bukan apa-apa.
Saya juga menitipkan pesan agar kita semua selalu bisa menjaga diri dan mematuhi peraturan. Kita juga selalu ingat akan apa yang sedang terjadi di Indonesia. Kalau kita bisa membantu mereka, kita bantu mereka. Kalau tidak bisa membantu secara materiil, kita doakan mereka agar segera lepas dari kungkungan yang mencekam tersebut.
Kita berdoa agar pandemi segera berakhir, khususnya Indonesia tentunya. Itulah yang saya ingin sampaikan kepada komunitas Indonesia di Melbourne ini.
Teks: Jason Ngagianto
Foto: KJRI Melbourne