Kharolin Amazona – Berdayakan Perempuan Desa Lewat Eco-Fashion

Gitarja Bhumi, didirikan oleh Kharolin Amazona, adalah sebuah kewirausahaan yang bertujuan menciptakan perubahan positif secara ekonomi dalam kehidupan perempuan dengan disabilitas di pedesaan.
Dengan nama lengkap Sosial Gitarja Bhumi (Gitarja Bhumi Social Enterprise), kewirausahaan yang berdiri tahun 2022 ini merupakan kewirausahaan sosial yang memberdayakan perempuan desa dengan menciptakan eco-friendly fashion dalam wujud ecoprint dengan nilai ekonomis. Bisnis sustainable fashion ini memanfaatkan sumber daya alam (SDA) lokal dan limbah sayuran rumah tangga di D.I. Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Sleman.


Proses produksi ecoprint dimulai dari Kharolin membimbing perempuan binaan Gitarja Bhumi dalam menata daun, bunga dan limbah sayuran rumah tangga sebelum kain digulung. Kain tersebut kemudian melalui proses pengukusan. Kain yang telah jadi kemudian dikeringkan dan dijahit sesuai model yang diinginkan.
Selanjutnya, Gitarja Bhumi mengadakan acara fashion show untuk mempertunjukkan karya para peserta pelatihan, sekaligus mengedukasi penonton terkait sustainable fashion. Produk ecoprint sengaja memadupadankan warna-warna alam dari kayu-kayuan, sementara motif ecoprint dari tanaman sumber daya alam lokal seperti dedaunan.


Selain itu, Kharolin yang kerap disapa Olin ini juga mengungkapkan bahwa Gitarja Bhumi memiliki Gitarja Bhumi Learning Hub, sebuah platform yang secara khusus dirancang sebagai wadah bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dimiliki oleh perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, yang berlokasi di pedesaan.
Tujuan utama dari platform ini adalah untuk memberikan dukungan holistik dalam mengembangkan potensi kewirausahaan perempuan melalui pembelajaran (edukasi) terkait Bisnis. Learning Hub ini juga diharapkan mampu menggalang partisipasi pemuda daerah dalam dengan memanfaatkan potensi SDA sebagai potensi bisnis yang berkelanjutan.


“Dengan memberdayakan perempuan secara ekonomi, Gitarja Bhumi tidak hanya menciptakan peluang penghasilan, tetapi juga memberikan fondasi untuk kehidupan yang lebih baik. Ini adalah langkah konkrit menuju kemandirian dan transformasi positif di dalam komunitas pedesaan,” jelas Olin.
Gerakan Olin dalam pemberdayaan perempuan dilatarbelakangi oleh bagaimana dia dibesarkan. Dia lahir dari keluarga sederhana di Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta sekitar 20 km dari Gunung Merapi. Dia tumbuh dalam semangat dan keberanian orang tua dengan latar belakang pendidikan ibu yang tamat SMP dan ayah yang tamat SMA. Meski terbatas, mereka bertekad agar anak-anaknya bisa menjadi lulusan perguruan tinggi, dan hal tersebut berhasil mereka lakukan. Olin memiliki dua kakak perempuan, dimana salah satu diantaranya lahir dengan kebutuhan khusus, yaitu autis.


Sebagai seorang yang tumbuh di desa dan memiliki keluarga dengan kebutuhan khusus, Olin aktif melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di pedesaan seperti di daerah Gunung Kidul, Bantul, Pulau Kangean, dan daerah lainnya. Dia menemukan beberapa masalah sosial terkait ketidaksetaraan gender seperti terkait masalah ekonomi, pernikahan dini, masalah pendidikan, dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak bagi para perempuan. Di sisi lain, pendesaan dianggapnya memiliki SDA lokal yang melimpah, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan tekad membantu para perempuan desa berdaya, ia aktif mensosialisasikan Gitarja Bhumi dan mengajak para perempuan desa turut terlibat.
Sebelum menjalankan Gitarja Bhumi, Olin pernah berkiprah di bisnis sosial serupa yang dia kembangkan sejak 2018, yakni Menganyam Pesisir. Dengan fokus pengelolaan sumber daya alam lokal pesisir pantai menjadi barang fashion bernilai jual dan modern, seperti tas. Inisiasi ini bertujuan untuk memberdayakan ekonomi komunitas termarjinalkan, khususnya perempuan pedesaan di daerah pesisir Gunung Kidul dan Bantul, Yogyakarta.


Dalam perjalanannya, Olin tidak sendirian. Ia dan Gitarja Bhumi juga membangun sinergi antara generasi muda, yaitu pemuda desa dan perempuan pengusaha di pedesaan. Dia menyadari bahwa kekuatan ada pada kolaborasi, dan bersama-sama melangkah maju untuk membentuk masa depan yang lebih baik di pedesaan.
“Melalui inisiasi ini, kami telah membuktikan bahwa melalui kewirausahaan sosial, bersama kita bisa mengubah pedesaan menuju arah yang lebih baik,” ungkap Olin.
Kini Gitarja Bhumi telah memberdayakan 148 UMKM perempuan yang tersebar di 16 provinsi di Indonesia. Termasuk di dalamnya UMKM perempuan penyandang disabilitas. Dari program pelatihan yang diberikan oleh Gitarja Bhumi, mereka menemukan peningkatan pemahaman UMKM penerima manfaat terkait bidang kewirausaan yang cukup signifikan. Dari pemahaman mereka di angka 47%, meningkat hingga menjadi 78.9% pasca pelatihan. Gitarja Bhumi turut memfasilitasi distribusi produk ecoprint hasil usaha UMKM perempuan tersebut melalui e-commerce Shopee Indonesia, dan juga melalui akun Instagram @gitarjabhumi.catalog.
Keberhasilan Olin hingga saat ini ternyata juga didukung oleh beberapa lembaga yang meyakini passion-nya dan turut mengembangkannya melalui rangkaian training dan workshop. Di tahun 2019, Olin terpilih sebagai salah satu pemuda yang mengikuti Social Startup Sprint (3S), sebuah program pra-inkubasi bagi rintisan kewirausahaan sosial. Kegiatan ini diselenggarakan atas kolaborasi Coach Potato, University of Melbourne, dan Universitas Islam Indonesia.
Tahun lalu pada 2023, Olin berhasil mengikuti Australia Awards Fellowship R18 “Advancing Leadership for Women’s Economic Empowerment in Indonesia and Laos at Flinders University“, dimana ia mengikuti rangkaian workshop tentang kewirausahaan di Australia selama beberapa minggu.


Olin berpesan kepada generasi muda Indonesia, “Ijinkanlah dirimu bermimpi besar dan berani mewujudkan mimpi tersebut! Selalu lah terbuka dengan kesempatan yang ada dan mengembangkan diri, hingga pada saatnya kita mampu kontribusi untuk masyarakat.”
Teks: Siti Mahdaria
Foto: Dokumentasi Kharolin Amazona