OJWM atau Orkes Jawi Waton Muni adalah sebuah grup musik Indonesia berbasis di Victoria dengan anggota yang memiliki berbagai macam latar belakang. Grup musik ini kerap kali menghibur khalayak Indonesia di Australia dalam berbagai acara, salah satunya Indonesian Satay Festival yang diadakan bulan Maret 2021. Kali ini OZIP berkesempatan untuk mewawancarai ibu Anita Dewi selaku salah satu pendiri OJWM dan pandangannya mengenai musik yang disalurkan melalui OJWM. Selamat membaca!
Bagaimana latar belakang kesukaan bu Anita terhadap musik dan aliran musik apa yang bu Anita tekuni?
Ini bukan pertanyaan mudah bagi saya karena saya tidak terpaku pada aliran musik tertentu. Yang jelas, bagi saya musik adalah wahana untuk bersosialisasi. Melalui musik kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan satu bahasa – bahasa musik, the language of music.
Tidak jarang diantara performers atau antara performers dengan audience terjadi komunikasi yang asyik melalui musik, bahkan saat satu sama lain tidak saling mengenal atau tidak berbicara dalam bahasa yang sama. Sama seperti halnya berkomunikasi, kita mengikuti gaya dan bahasa orang yang kita ajak bicara. Maka dari itu saya tidak terpaku pada satu aliran musik saja.
Apa yang bisa bu Anita ceritakan tentang OJWM?
OJWM didirikan pada bulan November tahun 2013. Awalnya, saya, mas Eko Saputro dan mas Ponco ngobrol-ngobrol pada saat acara BBQ di pekarangan belakang rumah salah satu kawan. Kami glenak-glenik (bahasa Jawa: ngobrol bisik-bisik) sambil lalu saja, berandai-andai kalau bisa membentuk suatu grup musik. Setelah acara BBQ itu, kami mencoba mendirikan grup musik, berbekal satu keyboard (saya), gitar (mas Eko) dan bas (mas Ponco, pinjaman dari mas Cepi Paguyuban Pasundan), sekaligus mengajak berkumpul beberapa teman yang ingin gabung bernyanyi. Begitulah terbentuknya OJWM.
Dari mana asal nama OJWM?
Awalnya kami bertiga (mas Eko, mas Ponco dan saya) merundingkan nama yang pantas untuk grup kami. Mas Eko mula-mula mengusulkan “Orkes Jawi Laras Ati”. “Orkes Jawi” karena kebetulan kami bertiga berasal dari Jawa. “Laras Ati” artinya kurang lebih “mengena di hati” atau “enak didengar”.
Karena tidak yakin kalau grup musik kami akan “mengena di hati” atau “enak didengar”, apalagi dibandingkan dengan grup musik profesional, saya usulkan nama “Waton Muni” yang artinya “asal bersuara” atau “asal bunyi”. Kemudian kami sepakat menamakan grup kami “Orkes Jawi Waton Muni”, dengan catatan kami lebih suka menyingkatnya menjadi ojo waton muni (bahasa Jawa: “jangan asal bunyi”). Tapi kemudian audience lebih suka menyingkatnya menjadi OJWM, maka kami ikuti saja mana yang lebih disukai audience. Jadilah OJWM, haha~
Apa tujuan dari OJWM dan bagaimana usaha OJWM untuk mencapai tujuan tersebut?
OJWM sendiri bertujuan untuk menjadi wadah kebersamaan teman-teman yang mempunyai hobi musik atau menyanyi, atau yang ingin bersama-sama belajar main musik atau menyanyi. Mungkin ini yang membedakan OJWM dengan grup musik lainnya. Hampir tidak ada dalam sejarah keanggotaan OJWM yang berprofesi sebagai musisi profesional kecuali mas Ragil, Rayhan Sudrajat dan Razan.
Usaha kami untuk mencapai tujuan kebersamaan itu? Ya kumpul-kumpul, berbahagia bersama. Tidak ada target prestasi atau semacamnya. Keanggotaan OJWM juga tidak hanya orang yang berasal dari Jawa, tapi meluas menjadi semua kalangan. Anggota OJWM ada yang berasal dari Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Riau, dan lain-lain. Ada anggota yang berlatar belakang mahasiswa internasional, dosen, peneliti, ibu rumah tangga, dan berbagai profesi lainnya. Ada anggota berstatus permanent resident Australia, warga negara Australia, dan lain-lain. Pokoknya campur aduk, siapa saja yang mau bergabung bisa bergabung.
Satu hal penting bagi kami setiap kali perform adalah menarik audience untuk ikut bergabung dalam performance kami, bisa jadi dengan ikut bernyanyi atau ikut berjoget atau sekedar tertawa bahagia. Yang penting kebersamaan, it’s the togetherness that matters to us. Itu jelas tertera dalam semboyan OJWM – “The joy of music, the beauty of friendship”.
Anita Dewi bersama OJWM
Bagaimana kedekatan sesama anggota OJWM dan bagaimana bu Anita menjaga hubungan tersebut?
Di mata saya, kami ini seperti keluarga. Semoga demikian juga di mata kawan-kawan OJWM. Kami tidak pernah punya jadwal rutin latihan. Kapan pun kami ingin kumpul-kumpul, ya kami berkumpul sekaligus main musik dan nyanyi.
Menjelang performance, kami kumpul-kumpul sekaligus latihan. Yang menjadi acara inti dalam kumpul-kumpul latihan, biasanya malah acara makan-makan bersama. Jadi kalau kami latihan, dalam durasi 3-4 jam misalnya, acara makan-makan dan ngobrolnya 3 jam, sisanya adalah waktu untuk latihan. Rileks, tidak ada beban. Seperti tadi saya katakan, it’s the togetherness that matters to us.
Bahkan kawan-kawan OJWM yang dulunya bergabung karena mereka mahasiswa internasional dan sekarang sudah kembali ke Indonesia, tetap merasa menjadi keluarga OJWM. Kami masih sering bertemu lewat Zoom. Pada masa sebelum pandemi, kadang-kadang saling mengunjungi atau jika salah satu dari kami yang di Australia berkunjung ke Indonesia akan berkumpul dan bermusik bersama.
Kualitas musik? Ya, karena kami menyadari kalau kami tergolong amateur music group, jadi kami tidak punya target kualitas musik yang harus profesional. Kalau penampilan kami bagus di panggung, itu bonus! Yang jelas prinsipnya “the joy of music, the beauty of friendship” itu tadi, tidak selalu “the beauty of music”.
Bagaimana tanggapan kalangan Indonesia di Victoria mengenai OJWM?
Sejauh ini tanggapannya saya rasa positif, mudah-mudahan saya benar menginterpretasikannya. Audience biasanya ikut bergoyang, bernyanyi, tertawa atau bergumam setiap kali kami perform.
Teks: Jason Ngagianto dan Anita Dewi
Foto: Berbagai sumber