Tim Flicker: Bergaul dengan Orang Indonesia, Memudahkan Belajar Bahasa Indonesia

Tim Flicker mengaku kemampuannya dalam berbahasa Indonesia telah membuka banyak pintu untuk masa depannya. Menjadi delegasi pertukaran pelajar, mendapat kesempatan berkeliling Indonesia, hingga peluang untuk bekerja di berbagai media massa. Mari simak kisah Tim Flicker dan keseruannya belajar bahasa Indonesia!

Ceritakan awal mula belajar bahasa Indonesia! Mengapa tertarik?
Saya mulai belajar bahasa Indonesia di SMP. Pada awalnya, saya tidak begitu tertarik dengan bahasa Indonesia. Untunglah, saya punya dua guru yang hebat (Ibu Ridderhof dan Ibu Jenkins) dan mereka memotivasi saya untuk belajar bahasa Indonesia lebih mendalam. Di kelas 11, saya juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi Jakarta dengan teman sekolah saya. Saya masih teringat-ingat makan martabak manis di warung di tepi jalan. Ini membuat saya jatuh cinta dengan Indonesia.

Apa kesulitan terbesar dalam belajar bahasa Indonesia? Punya tips untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan mudah dan menyenangkan?
Menurut saya, yang paling susah tentang bahasa Indonesia adalah imbuhan. Namun, banyak orang bilang bahasa Indonesia gampang. Seandainya kita bicara, kita tak usah terlalu khawatir dengan tata bahasa, tetapi untuk tulisan, tata bahasa sangat penting. Tips saya untuk belajar bahasa Indonesia? Sering bergaul dengan orang Indonesia dan mendengarkan orang Indonesia menggunakan bahasanya. Jangan khawatir kalau membuat kesalahan. Kadang-kadang orang Indonesia tertawa, tetapi mereka selalu menghargai orang asing belajar bahasa Indonesia.

Apa peribahasa dalam bahasa Indonesia yang paling diingat? Kenapa?
Ada udang di balik batu. Saya sangat suka peribahasa ini. Peribahasa ini ingin membahas bagaimana manusia biasanya mendekati orang lain untuk suatu maksud yang tersirat. Saya juga suka peribahasa ini karena ada lelucon, ‘Ada udang di balik bakwan.’ Hmmm, sekarang saya kepengin makan bakwan.

Boleh ceritakan pengalaman unik saat berinteraksi dalam bahasa Indonesia? 
Sekali waktu saya pergi ke kafe di Yogyakarta bersama beberapa teman saya. Lalu teman saya bertanya, “Tim, kamu pulang sama siapa?”. Terus, saya menjawab, “Aku bencong sama dia”. Semua orang tertawa. Seharusnya, saya ingin mengatakan ‘bonceng’ bukan ‘bencong’. Malam itu, saya belajar kata baru.

Apa saja peluang yang didapatkan dengan kemampuan berbahasa Indonesia?
Belajar bahasa Indonesia benar-benar mengubah kehidupan saya. Saya mendapat beasiswa ACICIS (The Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies) dan AIYEP (The Australia Indonesia Youth Exchange Program), menjadi penerjemah di majalah OZIP dan dulu magang di SBS Radio Indonesia. Saya juga bertemu pacar saya di Indonesia (dia juga belajar bahasa Indonesia) dan mendapat banyak teman dari Indonesia. Sekarang, saya juga bermain footy dengan tim Krakatoas (tim gabungan orang Indonesia dan orang Australia).

Boleh ceritakan pengalamanmu saat mengikuti program ACICIS?
Saya mengikuti program ACICIS tahun 2011-2012. Pengalaman ini sangat seru, saya belajar di dua universitas di Yogyakarta, yaitu Universitas Sanata Dharma dan Universitas Gajah Mada. Waktu tinggal di Yogya, saya sering nongkrong bersama teman, bermain futsal tiga kali seminggu dan pergi ke-mana mana naik sepeda motor.

Bagaimana harapanmu terhadap hubungan Indonesia dan Australia?
Hubungan Indonesia dan Australia sering pasang-surut. Kadang-kadang kedua negara kita berteman dan kadang-kadang ada konflik. Harapan saya adalah kedua negara kita bisa saling menghargai dan saling mengerti satu sama lain.

Teks: Evelynd
Foto: Dok. Pribadi