“Apa yang sudah ditakdirkan Tuhan untukku, akan menjadi milikmu,” ucap Arga.
Arga Ramadhana, seorang dosen di Politeknik Negeri Fakfak, merupakan anggota Senat termuda di perguruan tinggi ini. Baru-baru ini dia diangkat menjadi Sekretaris Komisi C (bagian Kemahasiswaan dan Kerjasama) Senat Politeknik Negeri Fakfak di usianya yang baru menginjak 27 tahun. Keyakinan akan takdir baik dari Tuhan yang bisa dijemput dengan usaha dan doa telah menuntunnya sampai ke titik ini.
Sebagai lulusan magister Ekonomi Pertanian dan Agribisnis dari Prince of Songkla University, Thailand, Arga mengabdikan dirinya untuk mendidik generasi muda Indonesia di tanah Papua. “Murid Papua itu ibaratkan mutiara yang tersembunyi. Mereka memiliki potensi yang luar biasa, dan saya yakin mereka juga mampu bersaing. Apa yang mereka butuhkan? Pembimbing yang mau membantu dengan ikhlas mengoles mutiara itu. Dan itulah tujuan saya,” jelas Arga dengan penuh semangat.
Selain menjadi Dosen di jurusan Agroindustri, Arga juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Politeknik Negeri Fakfak. Perjalanan Arga hingga ke titik ini tidak lah mudah. Dia berasal dari keluarga sederhana di Sulawesi Selatan. Arga menempuh studi sarjananya di Universitas Islam Indonesia dengan dukungan dari Beasiswa Unggulan yang Ia peroleh dari Kemenristekdikti. Studi pasca sarjana Arga juga didukung oleh Pemerintah Thailand melalui Thailand Education Hub Scholarship. “Alhamdulillah tahun depan saya akan melanjutkan studi S3 saya di Business School King Mongkut Institute of Ladkrabang dengan KMITL Doctoral Scholarship,” papar Arga penuh syukur.
Arga menceritakan bahwa mendapatkan beasiswa S2 di Thailand merupakan suatu prestasi yang luar biasa baginya. Tentunya mendapatkan beasiswa ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebelum dia berhasil mendapatkan beasiswa ini, dia sudah mendaftar banyak beasiswa baik itu di dalam maupun di luar negeri. Setelah sekitar 8 kali mencoba berbagai beasiswa, Arga belum berhasil. Dia tidak pernah menyerah, dia bangkit lagi, dia mencoba lagi, dan memang usaha tidak mengkhianati hasil. Akhirnya pada tahun 2018, dia berhasil mendapatkan beasiswa S2, dan awal tahun 2021 mendapatkan beasiswa S3.
“Saya hampir tidak menyelesaikan studi S2 saya sebenarnya, karena di pertengahan Ibu saya meninggal. Itu membuat saya down dan tidak mau kembali ke Thailand untuk kuliah. Tapi setelah perdebatan panjang bersama keluarga dan saya menyadari bahwa hidup harus terus berjalan, akhirnya saya memutuskan kembali untuk melanjutkan kuliah. Setelah lulus S2 saya langsung kembali ke tanah air untuk mengabdi menjadi dosen,” kenang Arga.
Motivasi terbesar Arga hingga membuatnya sampai di titik ini adalah dia tidak mau menjadi orang yang biasa-biasa saja. Dia selalu berusaha untuk terus lebih baik lagi dan mencapai hal yang lebih besar. Dia tidak pernah berhenti belajar dan bertanya.
Selain itu, dia juga meyakini bahwa orang tua adalah segalanya. Keinginan untuk membanggakan dan membalas jasa orang tua menjadi salah satu motivasi terbesarnya, meskipun kini mereka telah tiada. Dia kemudian menceritakan tantangan terbesar yang pernah Ia lalui yang telah menjadikannya sebagai pribadi yang lebih kuat dan bertekad baja.
“Cobaan yang paling membuat saya benar-benar terpukul adalah selama kurang lebih dari 2 tahun ini saya kehilangan dua orang yang saya sayangi, Ayah dan Ibu. Ibu saya meninggal ketika saya mau melakukan ujian proposal S2 dua tahun lalu. Pada saat itu, dunia serasa berhenti, tidak ada semangat. Pada saat itu juga saya hampir berhenti kuliah, karena saya memikirkan kedua adik saya. Saya merupakan anak pertama yang punya tanggung jawab. Pada saat itu dipikiran saya hanya kedua adik saya. Saya tidak mau meninggalkan mereka.
“Tapi memang Tuhan selalu datang memberi solusi. Setelah perdebatan panjang, saya memutuskan kembali melanjutkan. Beberapa hari yang lalu, tepat sebulan setelah saya dilantik menjadi Senat Politeknik Negeri Fakfak, Ayah saya menyusul Ibu di Surga. Saya sekarang menjadi Ayah dan Ibu bagi kedua adik saya. Sangat terpukul, tapi sebagai anak pertama saya harus tetap terlihat kuat dan kokoh. Bagaimana saya mengatasinya? Saya selalu libatkan Tuhan di setiap masalah dan tantangan yang saya hadapi. Saya yakin dunia itu berputar. Tidak selamanya bahagia dan tidak selamanya sedih. Saya selalu bersyukur dan melihat kebawah,” cerita Arga.
Arga menutup kisahnya dengan memberikan pesan untuk generasi muda Indonesia agar terus berbuat baik kepada semua orang tanpa mengharapkan imbalan. Berbuat baik merupakan tindakan yang nantinya akan melindungi kamu dimanapun kamu berada. Menangis boleh, tetapi setelah menangis bangkit lagi dan mulai lagi. Jangan tenggelam dengan lautan air mata.
Selain itu, Arga juga berpesan kepada generasi muda untuk jangan cepat puas dan jadi orang yang haus akan ilmu, tetapi jangan juga menjadi over ambisius. Jangan pernah iri dengan orang lain, karena sejatinya setiap orang punya takdir dan jalannya masing-masing. Yang paling penting adalah terus kerja keras dan totalitas dalam segala hal yang akan kamu lakukan. Terakhir, selalu syukuri setiap prosesnya.
Teks dan foto: Siti Mahdaria