Menilik Kembali Sejarah Revolusi Industri hingga Perkembangan Revolusi Industri 4.0

Dunia saat ini terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga pemberdaayaan di teknologi agar memudahkan manusia dalam beraktivitas. Banyak sekali pekerjaan yang kemudian menyesuaikan atau harus hilang karena terobosan akibat pengaruh dari modernisasi hadir di berbagai lapisan hidup masyarkat. Para ahli pun akan terus melakukan improvisasi di berbagai sektor seperti pemerintahan, pendidikan, bisnis, hiburan, ekonomi, pasar modal, hingga politik. Sehingga kita harus cermat dalam membaca situasi mengenai kemampuan atau kompetensi yang kita butuhkan utuk dapat bersaing di era tantangan global ini. 

Perubahan yang terjadi dalam relasi sosial maupun juga meningkatkan kapasitas diri tentunya harus dibarengi dengan cara setiap individu dalam mengembangkan talentanya. Kita tidak boleh terus menerus merasa aman dan menegasikan berbagai pilihan-pilihan tatanan kehidupan baru yang hadir dalam sejarah umat manusia setiap masanya. Sebagai individu, tidak hanya dituntut untuk cepat namun bagaimana kita selalu melihat peluang dan antisipatif terhadap sumberdaya yang kita miliki. Untuk mengetahui bagaiamana perkembangan teknologi revolusi dari waktu ke waktu, berikut adalah penjelasan lengkapnya:

1. Revolusi Industri Pertama (1750 – 1850)

Sejarah awal perkembangan revolusi industri bermula dari negara Britania Raya yang ditandai dengan penemuan mesin uap pada abad ke-18 oleh James Watt. Selanjutnya juga banyak perkembangan pada mesin–mesin yang bertenagakan air. Melalui penemuan mutakhir pada masa itu, akhirnya revolusi industri pun tidak butuh waktu lama untuk menyebar ke negara-negara di bagian Eropa lainnya, menuju Amerika bagian Utara, Jepang dan juga ke seluruh dunia. Keadaan saat itu, proses bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang awalnya sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama perlahan-lahan berubah menjadi lebih cepat, mudah dan dapat dipasarkan dengan harga yang lebih murah.

Manufaktur dan industrialisasi kemudian menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dan dengan adanya hal ini beberapa resiko kelangkaan barang dapat diturunkan atau bahkan dihilangkan serta dicari penggantinya. Saat itu, perkembangan industry 1.0 yang cukup signifikan terlihat di bidang pertanian, pertambangan, teknologi, maupun transportasi.

2. Revolusi Industri Kedua (1870 – masa awal perang dunia II)

Pesatnya perkembangan industrialisasi kemudian ditandai dengan revolusi teknologi sebagai babak baru pada revolusi industri 2.0 yang banyak ditandai dengan penemuan makro. Hal ini juga dilajutkan dengan hadirnya tenaga listrik sebagai salah satu sumber energi utama dan Combustion Chamber (ruang pembakaran) bagi berbagai proses manufaktur. Hal ini juga kemudian dilanjutkan dengan berbagai penemuan mobil, pesawat dan pesawat telepon yang benar-benar mengubah wajah dunia dan memberikan banyak harapan untuk bermigrasi dengan lebih mudah.

Pada masa itu, bagian revolusi industri 2.0 lebih dikenal dengan terciptanya berbagai lini produksi (assembly line) yang menggunakan bantuan ban berjualan atau conveyor belt pada tahun 1913. Hal ini juga meningkatkan gairah untuk industri suku cadang dan penemuan lainnya yang juga berakibat pada proses perubahan produksi karena untuk menyelesaikan proses produksi satu mobil kini tidak perlu memberdayakan satu orang yang harus paham proses dari awal hingga akhir dengan kemampuan yang terbatas. Namun, lebih kepada bagaimana para perakit mobil ini dilatih untuk menjadi para tenaga ahli yang menguasai beberapa bidang saja.

3. Revolusi Industri Ketiga (Akhir abad ke-20)

Jika pada perkembangan sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa pada masa revolusi industri 1.0 dengan penemuan mesin uap dan revolusi industri 2.0 dengan tenaga listrik, maka yang terjadi pada revolusi industri ketiga adalah penemuan semikonduktor dan proses otomasi di berbagai bidang. Pada era ini, manusia sudah mulai dikenalkan dengan penemuan komputer dan robot sebagai salah satu teknologi mutakhir dalam era menuju perkembangan digitalisasi. 

Pada zaman revolusi 3.0, berbagai ahli mulai menggalakkan penemuan komponen elektronika seperti transmitter, chip, dan transistor yang memungkinkan untuk minamalisir banyaknya sumber daya manusia dalam pengoperasiannya. Hal ini tentunya memiliki dua sisi karena hal tersebut tentunya memudahkan sebuah pekerjaan dan tidak lagi memerlukan wkatu yang lebih lama dalam pengerjaannya, tetapi di sisi lain hal ini juga berdampak dalam pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran jika tidak ada kompetensi yang layak. Sehingga yang dibutuhkan adalah kecepetan bertukar arus informasi.

4. Revolusi Industri Keempat (Abad-21)

Era ini merupakan kondisi dimana proses otomatisasi dan digitalisasi telah terintegrasi dalam segala proses kehidupan manusia. Peranan manusia kemudian ditentukan dari seberapa cakap mereka untuk memahami tatanan media baru yang terus menerus berkembang secara pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi positif sebagai wadah untuk terus mengembangkan diri dan juga memikirkan penemuan-penemuan baru yang dapat digunakan bagi hajat hidup orang banyak. Di sisi lain, dampak negatif yang terjadi adalah manusia terus menerus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan mereka dan terlibat dalam “hustle culture” yang menuntut serba cepat tanpa adanya batasan waktu untuk bertukar informasi melalui perkembangan teknologi.

Selanjutnya pada era industri 4.0 ini, manusia juga megalami pola perubahan disruptif teknologi dikarenakan setiap individu memiliki porsi dan peran yang sama dalam proses indutri barang dan jasa termasuk sektor lainnya. Ada banyak sekali perusahaan-perushaan besar dunia yang bangkrut tapi kemudian dengan cepat digantikan oleh industri-industri baru atau juga start-up yang terus bermunculan dari masa ke masa. Saat ini yang paling dibutuhkan adalah kemampuan untuk lincah, kolaborasi dan membaca peluang. Beberapa perusahaan lokal dan dunia yang diuntungkan dengan trend ini adalah Zoom, Netflix, Gojek, dan juga Alibaba.

Teks: Destari Puspa Pertiwi

Foto: Berbagai sumber