Hilang Dalam Terjemahan

Judul di atas merupakan terjemahan alias alih bahasa dari ungkapan mashur dalam Bahasa Inggris “Lost in Translation”.

Maksudnya ketika sesuatu ungkapan diterjemahkan dari bahasa aslinya ke bahasa lain niscaya, atau setidaknya besar kemungkinan, akan ada nuansa tertentu yang hilang.

Ketika tiba di London untuk bekerja sebagai wartawan radio di British Broadcasting Corporation (BBC) saya tidak langsung ditugaskan ke depan mikrofon, melainkan dikirim ke bagian pelatihan BBC di mana salah satu pokok pelajaran yang diutamakan adalah “seni menerjemahkan”.

Yang memberikan pelatihan memang adalah orang yang sudah kenyang asam garam dalam masalah ini. Ia memulai “ceramahnya” mengenai seni menerjemahkan dengan memberi contoh tentang terjemahan ke dalam bahasa Rusia dari salah satu ayat dalam alkitab yang dalam bahasa Inggris berbunyi:

The spirit is willing, but the flesh is weak” (“Roh memang penurut, tetapi daging lemah”; Matius 26:42, Lembaga Alkitab Indonesia 1991).

Menurut sang pelatih ketika ayat tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia dan kemudian dialih-bahasakan kembali ke dalam bahasa Inggris menjadi:

The vodka is good, but the meat is rotten.”

Ini bisa dimaklumi, katanya, karena orang Rusia paling suka minum vodka, hingga perkataan “spirit” dalam ayat itu yang pada hakikatnya berarti roh atau semangat oleh orang Rusia. Konon, malahan yang dipilih adalah arti “spirit” sebagai minuman beralkohol, dalam hal ini vodka.

Maksud dari sang pelatih adalah bahwa dalam Bahasa Inggris satu perkataan bisa mengandung lebih dari satu makna.

Kita tidak boleh menerjemahkan secara harfiah, kadangkala kita harus berani menggunakan kiasan, apabila itu lebih sesuai.

Dalam hal ini saya belum lama berselang diwawancarai oleh sebuah stasiun radio di Indonesia mengenai pergolakan yang melanda Israel akibat niat Perdana Menteri Netanyahu dan kabinet koalisinya untuk melakukan perubahan dalam kewenangan yudikatif (kehakiman/peradilan) negara itu. Hasilnya, lembaga yang merupakan salah satu dari trias politica–eksekutif, legislatif, dan yudikatif –praktis dikebiri wewenangnya.

Dalam wawancara itu saya ditanya tentang maksud dari istilah “perang sipil” yang digunakan sebuah media daring di Indonesia yang melaporkan situasi tersebut dan kemungkinan terjadinya “perang sipil” bila masalah tidak terselesaikan.

Saya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “civil war” dalam laporan bahasa Inggris oleh sebuah kantor berita internasional itu pada hakikatnya adalah “perang saudara” bukan “perang sipil” sebagaimana dilaporkan oleh media daring di Jakarta itu.

Memang dalam Bahasa Inggris apabila sesama rakyat sesuatu negara berbaku hantam itu disebut “civil war” bukan “siblings against siblings”.

Di antara yang ngawur adalah terjemahan dari Bahasa Latin yang kemudian dipersingkat hingga tinggal sepenggal – mens sana in corpore sano, yang berarti “dalam tubuh yang sehat terdapat akal yang sehat”.

Terjemahan ini terlalu sembrono, karena jauh dari kebenaran, sebab aslinya berbunyi: “orandum est ut sit mens sana in corpore sano” – yang maksudnya adalah “Hendaklah kamu berdoa agar di dalam tubuh yang sehat terdapat akal yang sehat.” Kalau benar “dalam tubuh yang sehat terdapat akal yang sehat” maka niscaya berarti banyak para penghuni penjara–para narapidana–yang berakal sehat!

Dan di kalangan mereka yang nasionalismenya meluap-luap, ada kecenderungan untuk mengutip semboyan “right or wrong my country” – “tidak peduli benar atau salah, tapi saya tetap bela negara/negeri saya”. Aslinya ucapan yang disampaikan Laksamana Amerika Stephen Decatur dalam suatu upacara selesai makan malam dalam abad ke-19 itu selengkapnya berbunyi:

“Our country! In her intercourse with foreign nations may she always be in the right; but right or wrong, our country!”

Yang berarti:

“Negeri kita! Semoga dalam urusanmu dengan negara lain engkau senantiasa di pihak yang benar; namun benar atau salah, tetap negeri kita!”

Jadi bukan berarti biar salah dianggap benar; memang lain lubuk, lain ikannya.

Mungkin oleh sebab itulah terjemahan Kitab Suci Umat Islam – Al Qur’an – ke dalam sesuatu bahasa asing, biasanya tetap disertai dengan bahasa aslinya (Bahasa Arab).

Ini dimaksudkan sebagai langkah penjagaan agar kalau ada kekeliruan atau pemutar balikan sesuatu ayat, maka mudah untuk melacaknya.

Dalam Bahasa Inggris sering digunakan kiasan. Contohnya, perkataan “bitch” yang arti harfiahnya adalah “anjing betina” acap digunakan untuk memaki atau mengejek seseorang seperti “son of a bitch” yang secara harfiah berarti “anak jantan anjing betina”, sementara dalam arti kiasan maksudnya adalah “lelaki keparat”.

Seperti misalnya sebuah kisah di India.

Sepasang suami-istri dari Inggris, yang suaminya ditugaskan untuk memimpin kantor cabang sebuah perusahaan di India, rupanya sering cekcok. Pasangan suami istri ini punya pembantu rumah tangga, seorang lelaki India, yang meski mampu berbahasa Inggris, namun tidak sefasih orang yang pernah mendalami bahasa ini di sekolah atau perguruan tinggi.

Sang suami punya kebiasaan membawa anjing jantangnya jalan setiap pagi sebelum ia ke kantor.

Suatu pagi ketika ia melintasi sebuah semak, tiba-tiba sang pembantu rumah tangga muncul dan dengan pistol milik tuannya, langsung membidik anjing tuannya itu dan menembaknya hingga tewas.

Tentu saja tuannya yang dari Inggris itu marah dan seraya menghardik berkata:

“Kau gila apa? Kenapa kau tembak anjingku ini?”

Tanpa keraguan sedikit pun, pembantu rumah tangganya itu langsung menjawab dalam Bahasa Inggris:

“Istri tuan menyuruh saya ‘menembak anak jantan anjing betina itu’ (shoot that son of a bitch).”

Kasihan, si anjing menjadi korban “salah alamat”.

Akhirul kalam ada satu terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia yang sungguh sangat indah, mempesona, dan menggugah:

“Merdeka atau mati!”

Semboyan itu menjadi pekikan para pejuang kemerdekaan kita dalam revolusi melawan penjajah Belanda.

Kabarnya, pekikan itu adalah terjemahan dari ucapan seorang pejuang dalam revolusi Amerika melawan Inggris, Patrick Henry dalam tahun 1775 di Virginia, AS, yaitu:

Give me liberty or give me death!” alias:

“MERDEKA atau MATI!” – luar biasa.

Teks: Nuim Khaiyath