Tuntutlah Ilmu Biarpun Sampai ke China?

Di kalangan umat Islam beredar hadits yang diyakini atau dianggap sebagai petuah-petuah yang pernah diucapkan Nabi Muhammad (SAW).

Di antara hadits tersebut ada yang diyakini sahih (otentik) atau yang diragukan kesahihannya.

Di antara yang pernah’ diragukan kesahihannya adalah hadits yang mendorong umat Islam mencari ilmu biarpun sampai ke negeri China.

Yang meragukan kesahihan hadits ini mendasarkan sikap mereka itu pada pertanyaan: Apakah di zaman Nabi Muhamamad (SAW) yang begitu kental kejahilannya (ignorance) itu, bangsa Arab (khususnya Nabi Muhammad yang diketahui dan diakui buta huruf alias ummi) sudah mengenal China?

Sebelum pertanyaan ini dijawab baiklah dikemukakan di sini bahwa dalam tahun 2010 salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNESCO World Heritage, menyatakan bahwa “Gunung Pelangi di Giansu, Tiongkok/China merupakan warisan umat manusia.”

Beberapa tahun kemudian ditemukan juga gunung-gunung pelangi lainnya, termasuk di Peru, Amerika Selatan.

Setelah kegemparan ini mereda, ada pandangan di kalangan sementara pakar Muslim bahwa “jangan-jangan dalam menyampaikan wahi dari Allah (SWT) yang kini dapat dibaca pada Al Qur’an surah ke-35 ayat ke-27 (FAATHIR – Pencipta), ketika Rasulullah bertanya kepada Jibril (AS) ‘Di mana gunung pelangi yang dimaksud?’, mungkin Jibril (AS) ketika itu membisikkan ‘Di China.’”

Sebagai informasi, Al Qur’an 35:27 berbunyi:

“Tidakkah engkau perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Kami keluarkan dengan air itu buah-buahan yang beraneka warnanya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka warnanya, dan ada (pula) yang sangat hitam.” (Al Qur’an Terjemah Indonesia karya TNI Angkatan Darat cetakan ke xx).

Ternyata ketika Uthman bin Affan menjadi Khalifah (ke-3) antara tahun 644 – 656, sempat terjalin hubungan diplomatik antara Madinah (pusat Islam waktu itu) dan Dinasti Tang di Tiongkok.

Beberapa dasawarsa kemudian, Dinasti Tang mengundang sejumlah prajurit Muslim untuk melatih tentara Tiongkok sembari melanjutkan tugas mereka sebagai penasihat birokrasi Dinasti Tang. (Lost Islamic History oleh Firas Al-Khateer – Bell & Bain Ltd. Glasgow, Skotlandia).

Jadi, masuk akal kalau sebelumnya Nabi Muhammad (SAW) berpetuah agar demi ilmu, silahkan saja mencarinya biar pun sampai ke Tiongkok.

Kini Malahan Dari China ke Australia Demi Menimba Ilmu

Baru-baru ini terbit laporan yang menyimpulkan bahwa Australia selamat dari resesi ekonomi berkat kehadiran para mahasiswa/i asing yang menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi di Australia.

Sebagaimana dikemukakan Ekonom National Australia Bank Brody Viney, “para mahasiswa/i internasional memberi sumbangan sangat berharga dalam upaya pemerintah Australia untuk menumbuhkan perekonomian negara selama setahun belakangan ini. Kenyataan bahwa telah terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5% yang menyelamatkan perekonomian Australia dari resesi, 0,8% di antaranya adalah berkat “sumbangsih” para mahasiswa/i asing, yang sebagian besar di antaranya berasal dari Tiongkok.”

Pertumbuhan 1,5% itu berjasa dalam memungkinkan perekonomian Australia menghindari dua triwulan pertumbuhan negatif, hingga terhindarlah Australia dari resesi.

Tahun lalu lebih dari 640,000 mahasiswa asing menimba ilmu di Australia, dan sebagian besar di antara mereka itu berasal dari Tiongkok.

Mereka membantu menumbuhkan perekonomian Australia. Mereka bersedia melakukan pekerjaan (sambilan) yang tidak sudi dilakukan muda-mudi Australia – bayangkan belajar penuh sambil bekerja.

Tidak kalah pentingnya, mereka ketika tiba di Australia harus menyewa tempat tinggal, membeli peralatan untuk tidur, dan lain-lainnya. Mereka sebenarnya merupakan “wisatawan asing” tidak resmi, karena harus belanja makanan, minuman, serta buku dan lain-lainnya. Hasilnya, pengeluaran mereka menjadi sumbangan cukup berarti bagi pertumbuhan ekonomi Australia.

Teks: Nuim Khaiyath