Mengulik Lautan Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia merayakan Hari Kelautan Nasional setiap tahunnya pada tanggal 2 Juli. Luas wilayah lautan Indonesia melingkupi 70% dari luas wilayah keseluruhan Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila wilayah pesisir Indonesia ditinggali oleh ribuan spesies makhluk hidup.

Berkat ribuan spesies ini, lautan Indonesia menjadi sumber protein penting dimana hidangan ikan menjadi makanan utama bagi warga Indonesia, biasanya disajikan secara tradisional. Dilansir dari Mongabay, hidangan ikan mencakup lebih dari 10% dari total konsumsi protein di Indonesia dan lebih dari 50% asupan protein makanan hewan di Indonesia.

Lokasi Indonesia yang strategis juga membuat wilayah perairan Indonesia memiliki peran unik dalam lajur maritim global, terutama di wilayah Pasifik. Hal ini dikarenakan lautan kepulauan Indonesia yang berfungsi menyambung wilayah Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dijuluki Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Diperkirakan sebanyak 44% dari lalu lintas laut global dan 95% kapal di wilayah Asia Pasifik melewati wilayah perairan Indonesia. Adapun kuat arus yang melalui wilayah perairan Indonesia bisa mencapai 15 juta meter kubik per detik.

Tidak hanya itu, ARLINDO juga menjadi satu-satunya tempat di mana air permukaan belahan bumi (ekuator) yang hangat mengalir melintasi dua Samudra, Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Berkat lokasi unik ini, ARLINDO menjadi pendorong utama dalam sabuk sirkulasi laut global atau Great Ocean Conveyor Belt (GOCB) yang mengatur iklim secara global melalui distribusi air permukaan hangat dan dingin ke seluruh dunia.

ARLINDO juga menjadi tempat terjadinya fenomena upwelling, yaitu fenomena pegerakan air secara vertical dimana air yang berasal dari kedalaman laut naik ke atas permukaan air. Biasanya air yang berasal dari kedalaman memiliki suhu lebih rendah dan kadar nutrisi yang lebih tinggi, yang menyebabkan perairan Indonesia menjadi subur. Oleh karena itulah, organisme kecil seperti fitoplankton berkumpul di wilayah ARLINDO. Berkumpulnya fitoplankton menyebabkan makhluk lain seperti zooplankton dan ikan bermunculan di ARLINDO yang menciptakan rantai makanan dan kemudian menciptakan keanekaragaman hayati luar biasa di perairan Indonesia.  

Maka dari itu, tidak mengagetkan bila perairan Indonesia menjadi rumah bagi ragam spesies lautan di seluruh dunia. Indonesia memiliki enam dari tujuh spesies penyu laut, terbanyak di dunia. Selain itu, Indonesia juga diketahui sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah China. Laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan sekitar 5.4 juta ton ikan diproduksi pada tahun 2012. Meskipun demikian, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan membatasi jumlah tangkapan di angka 7.95 juta ton.

Selain itu, lautan Indonesia juga memiliki wilayah terumbu karang terbesar di Asia Tenggara dengan luas mencapai 60,000 kilometer persegi, mencakup 16-18% terumbu karang dunia. Lebih jauh lagi mengenai keanekaragaman hayati lautan Indonesia, vegetasi laut dan pesisir Indonesia dianggap sebagai kontributor besar dalam pasokan oksigen dunia serta penyerapan karbon dioksida.

Hal ini dibantu oleh hutan mangrove di perairan Indonesia yang kaya akan karbon. Hutan mangrove Indonesia dianggap sebagai yang terbesar di dunia dengan luas sebesar 3.2 juta hectare. Berkat ukurannya yang besar, hutan mangrove Indonesia dianggap sebagai salah satu hutan paling kaya karbon di dunia, dimana hutan mangrove sendiri diketahui mengandung sebanyak tiga kali karbon dalam hutan tropis. Adapun 50% hutan mangrove Indonesia berada di wilayah Papua Barat, Sumatra, dan Kalimantan.

Oleh karena itu, penting untuk melestarikan lautan Indonesia agar kekayaan lautan Indonesia bisa terus dinikmati oleh generasi masa depan. Masalah membuang sampah sembarangan ke laut masih menjadi isu besar di Indonesia: menurut Dinas Perikanan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah tahun 2019, Indonesia adalah penyumbang sampah plastic terbesar kedua dunia setelah China, dengan perkiraan tumpukan plastik mencapai 24,000 ton per hari.

Selain tidak membuang sampah sembarangan, melestarikan lautan Indonesia juga bisa dilakukan dengan berbagai cara lain. Misalnya, tidak menangkap dan memelihara biota laut langka seperti penyu laut, tidak menyentuh terumbu karang saat berwisata, atau menghindari memakai sepatu katak saat menyelam untuk mencegah rusaknya terumbu karang saat menyelam. Ayo, lestarikan lautan Indonesia!

Teks: Jason Ngagianto

Foto: Berbagai sumber