Port Arthur, Nusa Kambangan ala Australia

Nama Nusa Kambangan tentunya tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Lokasi ini dijadikan sebagai penjara bagi para penjahat kelas atas, salah satunya adalah bandar narkoba. Terletak di pinggiran daerah Cilacap, lokasi ini sangat strategis untuk mengurung para kriminal. Dibangun sejak jaman penjajahan Belanda, penjara ini menjadi simbolisasi perlawanan terhadap pengedar narkoba.

 

Penjagaan ketat bisa terlihat di segala penjuru sudut pulau tersebut. Wisatawan hanya diizinkan berkunjung ke Nusa Kambangan apabila telah mengantongi izin khusus dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. Sebab, sejatinya hanya pegawai pemerintah, pengacara, dan keluarga narapidana saja yang diperbolehkan untuk datang ke area ini. Biasanya nuansa Nusa Kambangan tenang meski dikunjungi oleh banyak turis, namun berbeda ceritanya ketika akan ada narapidana yang dieksekusi mati.

 

Melangkah jauh dari Indonesia, sekarang kita ke Tasmania. Di negara bagian yang satu ini, kita bisa mengunjungi Port Arthur, sebuah lokasi wisata yang dahulunya merupakan penjara khusus bagi narapidana kelas kakap. Memiliki fungsi utama dan kontur geografis yang mirip, Port Arthur bisa disebut sebagai Nusa Kambangan ala Australia. Kedua lokasi penjara ini sama-sama dikelilingi oleh lautan yang membuat para narapidana akan kesulitan untuk melarikan diri. Tidak hanya bangunannya yang menjadikan tempat ini penjara, bahkan alamnya pun mengisolasi para tahanan.

Namun, sesungguhnya Port Arthur tidak hanya sebuah penjara, melainkan juga menjadi rumah bagi anggota militer dan para imigran. The Port Arthur Historic Site, demikian nama lengkap tempat ini, terdiri atas 30 bangunan bersejarah dan taman-taman yang indah. Situs ini berlokasi di atas tanah yang dimiliki Suku Pydairrerme. Pada tahun 1830, stasiun pemasyarakatan dibangun sebagai kamp penampungan kayu, dengan memberdayakan narapidana sebagai pekerja untuk memproduksi kayu potong. Mereka bertugas memotong-motong kayu gelondongan yang kemudian akan dipakai untuk proyek pemerintah. Di tahun 1833, penjara ini dijadikan sebagai pusat penghukuman bagi seluruh narapidana dari koloni Australia yang terus mengulangi kejahatan yang sama.

 

Pada tahun 1840, lebih dari 2000 narapidana, prajurit, dan masyarakat sipil menempati Port Arthur dan menjadikannya sebagai pusat pemukiman industri. Sukses menjadi pusat industri dan pertanian, Port Arthur berhasil merehabilitasi banyak narapidana. Tidak dimungkiri bahwa banyak narapidana yang bunuh diri selama proses tahanan, namun banyak juga di antaranya yang bebas dan berhasil kembali ke masyarakat dengan sukses menjadi pengrajin sepatu, pembuat kapal, dan pandai besi. Bahkan selama masa itu, banyak dibangun taman-taman cantik sebagai tempat untuk sekolah dan anak-anak bermain.

 

Setelah tahun 1853, turis mulai mengunjungi Port Arthur dan melihatnya sebagai destinasi wisata. Kini, beberapa bangunan yang masih terjaga area perkotaan ini, termasuk di dalamnya ada Trentham (1898-1904), Canadian Cottage (c. 1916), Jetty Cottage (c. 1920s), St David’s Church (1927), The Police Station (1936), dan Pat Jone’s Cottage (1942).

Selama berkunjung ke Port Arthur, wisatawan bisa menikmati 40 menit tur jalan kaki mengelilingi area bangunan bersejarah ini, disambung dengan 20 menit tur menggunakan kapal melewati Point Duer Boy’s Prison dan The Isle of the Dead. Ada berbagai pilihan tour lainnya, seperti Ghost Tours bagi Anda yang ingin menguji nyali, Paranormal Investigation Experience, Point Puer Boy’s Prison, Isle of the Dead, dan Audio Tour.

 

Berikut beberapa situs bersejarah di Port Arthur yang wajib dikunjungi:

 

The Penitentiary

Pada masa awal penyelesaian hukuman, narapidana ditempatkan di gubuk kayu kasar. Bangunan ini berlokasi di sebelah kantor polisi. Ketika jumlah narapidana meningkat, pihak berwenang kemudian mengubah pabrik tepung dan lumbung menjadi penjara empat lantai. Dua lantai bawah digunakan sebagai “tahanan berkarakter buruk”. Sementara, lantai atas berisi ruangan-ruangan bagi 480 narapidana berperilaku lebih baik untuk tidur di ranjang.

 

The Isle of the Dead

Di antara tahun 1833 dan 1877, sekitar 1100 orang dikubur di area pemakaman ini. Area ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi orang militer dan petugas sipil bersama keluarganya, dan juga para narapidana.

 

The Asylum

Terdapat beberapa bagian dari The Asylum, antara lain museum, pusat belajar untuk narapidana, dan kedai kopi.

 

The Separate Prison

Penjara Terpisah dirancang untuk mengimplementasikan metode hukuman baru, mereformasi para narapidana melalui isolasi dan kontemplasi. Narapidana dikunci selama 23 jam setiap hari dalam sel tunggal. Di sini mereka makan, tidur, dan bekerja, hanya dengan satu jam sehari diperbolehkan berolahraga, sendirian, di halaman berdinding tinggi.

 

Sebagai catatan, cuaca di area Port Arthur sangat tidak stabil dan bisa berubah dengan cepat. Sebaiknya selalu siapkan krim tabir surya dan payung atau ponco di tas Anda, supaya bisa menyesuaikan dengan kondisi cuaca. Area ini dibuka setiap hari. Bagi Anda yang menyukai situs bersejarah, jangan lewatkan datang ke sini karena The Port Arthur Historic Site menjadi salah satu dari sebelas situs bersejarah yang diakui oleh Australian Convicts Sites World Heritage.

 

Teks dan foto: Siti Mahdaria