Iftar Ramadhan 2018 di KJRI Melbourne: Silaturahmi dan Memupuk Toleransi

Tahun ini, bulan ramadhan kembali menyapa umat muslim di seluruh penjuru dunia sejak pertengahan Mei. Ramadhan memang tidak hanya selalu dirayakan di negara Islam namun juga di negara dengan minoritas muslim termasuk Australia. Melbourne, yang menjadi kota dengan jumlah pendatang terbesar di Australia juga merasakan euforia Ramadhan. Ramainya buka puasa bersama tidak hanya terasa di tempat-tempat ibadah umat muslim namun juga di instansi pendidikan dan beberapa tempat lain, Konsulat Jenderal misalnya.

Seperti biasanya, KJRI Melbourne selalu mengadakan acara buka puasa bersama tahunan dengan para masyarakat Indonesia yang sedang bermukim di Melbourne. Tahun ini, acara diadakan pada tanggal 18 Mei 2018 lalu dengan tujuan untuk mempererat kembali tali silaturahmi para diaspora Indonesia di kota ini. Tidak hanya orang tua, anak muda dan para mahasiswa juga turut meramaikan acara buka puasa bersama ini.

Pada kesempatan kali ini, hadir juga Ibu konjen Spica Tutuhatunewa yang dalam pidatonya menyampaikan bahwa bulan Ramadhan yang hadir satu tahun sekali ini harus dimanfaatkan oleh para umat muslim dengan sebaik-baiknya untuk beribadah dan semakin mendekat kepada Tuhan dan saling menjalin silaturahmi dengan sesama kawan dan saudara. Beliau menambahkan betapa pentingnya saling menghargai dan menghormati antar umat beragama agar beribadah dapat dinikmati oleh semua umat manusia dan mendekatkan kita pada kebaikan dan kedamaian.

Selain itu, melihat fenomena perbenturan antar umat beragama baru-baru ini, tak lupa juga Ibu Spica menyampaikan kepada para anak muda Indonesia yang kini tengah meramu ilmu di Australia untuk terus menebarkan kedamaian, tidak hanya di Australia namun juga di kampung halaman kita Indonesia. Usaha itu bisa dilakukan melalui media sosial dan internet. “Hindari segala macam perkataan yang memprovokasi dan menebar kebencian. Sudah saatnya kita hidup rukun saling berdampingan”, tuturnya.

Acara tahunan ini juga membuat para diaspora Indonesia semakin merasakan bahwa mereka memiliki “rumah” di negeri orang. Rumah yang bisa membuat mereka nyaman kala berada di negeri seberang dan tempat untuk memupuk tali silaturahmi antar kawan dan kerabat.

Nudia Imarotul Husna