Wastra dan Kebaya, Refleksi Indonesia yang Kaya

“Tradisi itu isinya bukan hanya busana, tetapi tata bicara, tata krama, ada penghormatan, ada pelestarian, ada manusia yang bekerja di balik karya-karya wastra nusantara.” – Anne Avantie.

Saya rasa kita bisa sepakat tentang betapa kayanya negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945 ini. Warisan sejarah, kuliner, dan berkah yang diberikan Tuhan pada alam Indonesia, menjadikannya sebagai salah satu zamrud khatulistwa. Terbentang dari Sabang di barat sampai Merauke di timur, dengan suku dan rupa serta bahasa daerah yang berbeda, melahirkan keanekaragaman yang memesona. 

Dalam hal kuliner, tentu kita semua tahu tentang betapa jauhnya jarak yang rela ditempuh VOC untuk mendapatkan rempah Indonesia kala itu. Rempah-rempah dari “rahim” Indonesia adalah salah satu dari alasan mengapa warisan kuliner di negara berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini begitu melimpah ruah. 

Namun, Indonesia tidak hanya tentang kulinernya yang menggoyang lidah. Bicara tentang Indonesia, tidak lengkap rasanya tanpa mengulik warisan kainnya. Dengan lebih dari 1000 suku di 34 provinsi, Indonesia menyimpan keunikannya tersendiri. Karena itu, Wastra dan Kebaya menjadi tema besar OZIP kali ini. 

Wastra dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri yang mengacu pada dimensi warna, ukuran, dan bahan. Jenis wastra di Indonesia sendiri contohnya seperti kain ikat, jumputan, tenun, dan songket. Nilai budaya yang diusung tereflkesikan dalam motif wastra yang berbeda-beda. Ciri khas wastra tiap daerah yang beraneka ragam ini lah yang menambah pesona negara tetangga Australia ini.

Lain lagi dengan kebaya. Pakaian tradisional Indonesia yang satu ini, seperti sudah menjadi ikon dalam setiap perayaan penting. Sama halnya dengan wastra, kebaya Indonesia di tiap daerah pun berbeda-beda dengan menyuguhkan nilai-nilai tradisi unik yang dimiliki orang-orangnya. Seperti kutipan dari Anne Avantie di atas, wastra nusantara mengandung tata bicara, tata krama, penghormatan, dan pelestarian di dalamnya. Sepertinya, nilai inilah yang kemudian diusung menjadi karya bernilai seni “mahal” oleh wajah yang mengisi sampul OZIP edisi November. Desainer kondang asal Jawa Tengah ini, memasukkan berbagai nilai-nilai kehidupan dalam karya yang ia tuangkan dalam kebaya ciptaannya. 

Teks: Mutia Putri

Foto: Dokumentasi Pribadi Anne Avantie