Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk ber-solo traveling ke Canberra. Berbeda dengan Jakarta sebagai ibu kota negara yang cenderung padat dan ramai, keadaan Canberra sebagai ibu kota negara Australia terasa jauh lebih lengang. Saat saya menginjakkan kaki pertama kali di kota ini, tak banyak kendaraan pribadi yang lalu lalang di jalanan. Saya lebih banyak melihat orang menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk mencapai lokasi tempat tujuan. Sesekali, saya lihat ada bus berhenti di halte pemberhentian untuk mengangkut penumpang. Bus merupakan satu-satunya alat transportasi umum dalam kota di Canberra. Namun, kabarnya, ke depannya pemerintah setempat berencana membangun jalur untuk moda transportasi light trail.
Canberra sangat tenang dan cocok bagi mereka yang tidak terlalu suka kehidupan kota yang ingar-bingar. Di perjalanan solo traveling ini, saya beruntung bisa bertemu dengan beberapa teman dari Indonesia yang tengah melanjutkan studi masternya di The Australian National University (ANU) dan menemani saya berkeliling.
Hari itu, cuaca Canberra cukup terik karena memang sudah memasuki musim panas, namun angin pun masih berhembus cukup kencang. Tujuan pertama saya adalah Australian War Memorial, sebuah monumen peringatan dan juga museum yang berisi sejarah tentang perang yang melibatkan Australia di masa lampau. Bangunan yang sangat megah itu berada tepat di jantung kota Canberra dan sangat sayang dilewatkan jika mendapatkan kesempatan singgah di kota ini.
Ada beberapa ruangan yang sempat saya datangi, seperti ruangan tentang Perang Dunia pertama (1914-1918) dan Perang Dunia kedua (1939-1945). Di museum ini, saya bisa menemukan berbagai informasi mengenai keterlibatan Australia dalam perang dunia dan kontribusi negara ini dalam membantu Sekutu melawan rezim Jepang maupun Jerman. Di dalam ruangan ini terdapat pula instalasi diorama keadaan saat di medan perang, senjata yang sempat digunakan, seragam yang dikenakan para prajurit, termasuk suara-suara seperti ledakan di beberapa sudut.
Setelah puas berkeliling, saya kemudian melanjutkan perjalanan menuju Mount Ainsle untuk melihat pemandangan kota pemerintahan ini dari atas bukit. Sampai di atas, saya mendapati sebuah papan informasi yang berisi rencana pembangunan kota ini di masa lampau, saya juga bisa melihat Danau Burley Griffin, Gedung Parlemen, Telstra Tower, maupun monumen Australian War Memorial.
Dari Mount Aisle, saya dan teman-teman mampir sebentar ke sebuah Danau Burley Griffin, danau buatan yang namanya diambil dari dari arsitek asal Amerika, Walter Burley Griffin yang memenangkan kompetisi untuk mendesain kota ini. Sambil menikmati semilir angin, teman saya pun sedikit memberi gambaran tentang bagaimana sang perencana tata kota ini betul-betul memperhatikan setiap detail pembangunan Kota Canberra karena begitu rapi dan akurat sehingga jika dihubungkan antara satu bangunan dengan lainnya akan membentuk garis lurus.
Tujuan selanjutnya adalah Gedung Parlemen Lama dan Gedung Parlemen Baru. Gedung Parlemen Lama saat ini difungsikan sebagai musim demokrasi, sementara Gedung Parlemen Baru digunakan untuk tugas kenegaraan. Letaknya yang agak sedikit naik ke bukit membuat pemandangan dari gedung pemerintahan ini sangat cantic, karena lagi-lagi pengunjung disuguhi keindahan bentang alam Canberra.
Setelah puas mengambil beberapa foto, saya dan teman-teman memutuskan untuk pergi ke National Arboretum Canberra untuk melihat beberapa tanaman langka khas Australia dan dari seluruh dunia ditanam di lahan dengan luas lebih dari 250 hektar. Area ini sempat mengalami kebakaran hebat di tahun 2003 dan segera menjalar dengan cepat karena saat itu ditumbuhi banyaknya pohon pinus.
Menjelang senja, teman saya mengusulkan untuk melihat sisi lain pemandangan kota ini dari Gedung Telstra Tower yang juga menjadi salah satu tujuan atraksi wisata. Dengan tiket masuk seharga AUD7.5 kita sudah bisa masuk ke gedung ini dan pergi ke lantai paling atas untuk menikmati sunset yang sangat menawan. Namun, dikarenakan anginnya yang cukup kencang, saya tidak terlalu betah berlama-lama berada di luar dan memutuskan masuk ke dalam untuk memesan coklat hangat di kafe yang juga tersedia di tempat ini.
Menurut saya, untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Canberra bisa dilakukan sekaligus dalam waktu yang singkat karena lokasinya yang cukup berdekatan.
Teks dan foto: Destari P Pertiwi