RELASI – Membawa Serta Semangat Kerelawanan dari Lombok ke Canberra

RELASI atau Relawan Saling Jaga Indonesia menjadi satu dari sekian banyak organisasi non-profit yang bergerak di isu pendidikan di Indonesia. Namun, ada yang unik di RELASI, dengan segudang program kegiatan yang dijalankannya, RELASI menyentuh tidak hanya isu Pendidikan, namun juga lingkungan sesuai tagline yang diusungnya: Cintai Anak Bangsa, Selamatkan Bumi.

Liana

Kali ini OZIP berkesempatan untuk mengenal lebih dekat salah seorang relawan yang juga merupakan salah seorang founder RELASI yang membawa serta semangat kerelawanan dari Lombok ke Canberra, Australia. Liana Mustaip atau Li sapaan akrabnya, rupanya tidak bisa lepas dari dunia kerelawanan bahkan di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa magister di the Australian National University (ANU). Berikut Liana bercerita tentang RELASI dan dunia kerelawanan yang dicintainya. 

Boleh diceritakan sedikit mengenai apa itu RELASI?

RELASI adalah singkatan dari Relawan Saling Jaga Indonesia. Sebelumnya, RELASI adalah Relawan Pendidikan atau yang disingkat ReDi. RELASI bergerak di isu pendidikan secara umum, jadi visi yang kami bawa itu adalah kami mau berkontribusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia daerah kami, yaitu NTB. 

Apa yang melatarbelakangi Liana dan team mendirikan RELASI?

Saya dan penggagas relasi lainnya percaya bahwa semua masalah yang sedang dihadapi oleh NTB saat ini dapat diselesaikan melalui pendidikan. Umumnya masyarakat masih belum memahami akan pentingnya menjaga lingkungan dan salah satu cara untuk menyadarkan mereka adalah dengan memberikan edukasi. Kami para penggagas RELASI yang sama-sama memiliki jiwa ‘kerelawanan’ besar kemudian sepakat membentuk organisasi relawan pendidikan ini.

RELASI berkerjasama dengan Merciful Group membagikan paket makanan

Apa saja program yang diinisiasi oleh RELASI?

Ada beberapa program yang sudah dan sedang berjalan diantaranya RELASI Study Group, RELASI Talk, RELASI Library, RELASI Green, dan RELASI Sharing.

RELASI Study Group kegiatannya meliputi pendampingan untuk belajar IELTS dan persiapan beasiswa. Kemudian ada juga pendampingan kelas bahasa untuk daerah wisata di Ampenan dan desa di Lombok Tengah bekolaborasi dengan organisasi pemuda setempat. Selain itu, ada juga pendampingan kelas bahasa di panti asuhan. 

Untuk program RELASI Talk, kami mengadakan talk show atau sharing pengalaman melalui live IG dengan dengan topik yang beragam namun masih berhubungan dengan concern-nya RELASI. 

Progam ketiga adalah RELASI Library yakni meminjamkan buku bacaan ke sekolah-sekolah di daerah. Lalu ada RELASI Green yang fokus ke masalah lingkungan. Kegiatanya ada rubbish payment yang terinspirasi dari program Bank Sampah dr. Gamal. Jadi teman-teman yang mau belajar IELTS, bayarnya pakai sampah pribadi mereka. Sampahnya kemudian kami kirim ke bank sampah dan sebagian kami olah untuk pembuatan eco-brick yang sesuai dengan standar eco-brick global. 

Program terakhir adalah program RELASI Sharing, dimana kami meminjamkan akun Zoom premium, dan juga pembagian food pack yang merupakan kerjasama dengan Merciful Group Australia serta pengiriman bantuan ke daerah-daerah bencana. 

Menurut Liana sebagai salah satu penggagas, apa tantangan terbesar dalam menjalankan program di RELASI?

Sebenarnya tantangan yang paling serius adalah ketika bersinggungan dengan recycle sampah atau daur ulang sampah. Kemarin kami berusaha untuk ikut mendaur ulang melalui rubbish payment, membuat eco-brick. Ternyata sampah-sampah yang dikumpulkan banyak, membutuhkan tempat, dan membutuhkan ekstra waktu. Sekarang masih proses penjajakan kerjasama dengan karang taruna Labuan Tereng. Jadi eco-brick, sisa sampah, dan plastik yang sudah dibersihkan kemarin sudah dipindah ke mereka untuk dilanjutkan. Jadi memang pengelolaan sampah itu membutuhkan banyak hal. 

RELASI belajar di MI NW Al Mujahidin Bunbeleng

Kegiatan RELASI didukung oleh beberapa pihak, salah satunya adalah Direct Aid Program (DAP), Consulate General Australia di Bali. Dalam kaitannya dengan kerjasama-kerjasama ini, bisa diceritakan bagaiamana RELASI membangun kerja sama dengan pihak-pihak ini?

Terkait DAP ini, kami sudah tahu kalau DAP punya dana bantuan dan sudah banyak yang mendapatkan bantuannya. RELASI mencoba untuk apply proposal. Walaupun project-nya berakhir, tetap akan dilanjutkan, karena kami ada program yang sudah terintegrasi di situ yaitu program RELASI Library. Termasuk juga dengan RELASI Sharing yang food pack, alhamdulillah ada pendiri-pendiri kami yang memiliki jaringan sampai ke luar negeri, karena sudah pernah kuliah di luar negeri dan mereka sudah membangun jejaring di situ. Dan alhamdulillah itu sangat bermanfaat, bukan cuma ke pribadi tapi juga ke masyarakat. 

Berhubung kami bekerjasama dengan pihak-pihak luar dimana di situ melibatkan uang, RELASI juga mempertanggungjawabkan dana-dana yang kami terima. Jadi donasi yang kami terima dalam bentuk uang dan barang tercatat dengan baik di laporan donasi dan di laporan keuangan RELASI. Jadi transparan dan akuntabilitas RELASI tetap dijaga. Kepercayaan itu nomor satu ketika itu melibatkan dana bantuan. 

Apa saja suka duka selama Liana berada di RELASI?

Kayaknya lebih banyak sukanya. Terutama ketika bertemu dengan adik-adik. Suka banget melihat adik-adik bahagia, belajar, membaca, bermain. Bahkan bukan bahagia di pertemuan pertama aja tapi mereka tetap excited di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Itu tuh bahagia banget. Melihat kepolosan, semangat adik-adik dalam belajar, ada aura optimisme bahwa Indonesia masih punya harapan untuk bangkit lagi.  

Kalau duka pribadi saya di RELASI sih lebih ke duka ketika melihat kenyataan bahwa di Lombok, di NTB dengan perkembangannya seperti sirkuit dan lain-lain, masih menghadapi permasalahan hidup dimana masih ada jalan ke sekolah yang belum di aspal. Saat turun ke lapangan saya melihat PR-nya NTB masih banyak.

Saran Liana untuk OZIPmates yang mungkin berencana untuk menginisiasi program serupa?

Pertama, mulai dulu dan ketika bergerak bersama tim harus memiliki pemahaman dan visi yang sama. Kedua, mulailah dengan langkah kecil dan bergerak di lingkungan terdekat. Teman-teman bermimpilah setinggi-tingginya tapi harus tetap realistis dalam proses menjalankannya. Ketika teman-teman bersinggungan dan memilih bergerak di perubahan sikap atau perilaku masyarakat, teman-teman harus sabar karena teman-teman berhubungan dengan manusia. 

Semoga semangat Liana dan tim dalam menjalankan RELASI bisa menginspirasi OZIPmates untuk terus memberikan sumbangsih bagi negeri dimanapun berada.

Teks: Mutia Putri

Foto: RELASI dan Australian Award Scholarship