Pengalaman Mereka Berbahasa Indonesia

Mungkin tidak terbayangkan sebelumnya jika salah satu kendala orang Australia dalam praktik berbahasa Indonesia ialah rasa malu. Kita pikir, hanya orang Indonesia saja yang pemalu saat harus praktik berbahasa asing. Adanya hambatan rasa malu itu diakui oleh Presiden Australian Indonesian Association of Victoria (AIAV) Lester Levinson. AIA adalah lembaga kursus Bahasa Indonesia paling tua di Australia yang memulai layanan sejak 45 tahun yang lalu.

Benarkah orang Australia yang kelihatannya sangat lugas dan terbuka itu sebenarnya pemalu dan kurang pede juga? Mari kita simak pendapat empat aktivis Australian Indonesian Youth Association (AIYA) chapter Victoria berikut ini:

Daniel Brooks

Daniel BrooksDaniel Brooks mempelajari Bahasa Indonesia semenjak SMP karena tidak ada pilihan. Namun, rasa ketertarikannya akan Indonesia kemudian bertumbuh setelah ia belajar Bahasa Indonesia di universitas. Salah satu proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang menarik menurutnya adalah dengan tidak berpikir bahwa dirinya sedang mempelajari Bahasa Indonesia. “Saya sekedar memasukkan [diri] dalam situasi menarik yang terkait dengan Indonesia supaya saya bisa belajar tentang Bahasa Indonesia melalui kegiatan lain. Contohnya tahun ini saya terlibat sebagai panitia IFF,” ujar pria yang sedang studi musik ini. Menurut Daniel, kendala terbesar adalah kurangnya kepercayaan diri yang menyebabkan para penutur asing merasa ‘takut’ berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Daniel beranggapan bahwa perlu ada wadah dimana para penutur ini boleh merasa nyaman untuk belajar dan berlatih Bahasa Indonesia.

 

Tim Flicker

Tim Flicker jatuh cinta kepada Bahasa Indonesia ketika ia mengunjungi temannya di Jakarta. Menurutnya, Bahasa Indonesia sangat menarik Tim Flickerkarena perbedaan menonjol antara bahasa baku dengan bahasa yang dipakai sehari-hari. Lulusan Universitas Monash dengan bidang studi politik dan Bahasa Indonesia ini mengaku bahwa dirinya beberapa kali salah memilih kata yang tepat pada saat berbicara bahasa gaul. Meskipun telah mempelajari Bahasa Indonesia selama 10 tahun, Tim mengaku bahwa imbuhan merupakan hal yang terkadang membuat pelajar lokal kebingungan. “Mungkin untuk orang Indonesia ‘kemaluan’ dan ‘memalukan’ jelas sangat berbeda, ya. Tetapi menggunakan imbuhan sangat sulit bagi orang asing saat mempelajari Bahasa Indonesia,” ujar Tim yang pernah terlibat dalam pertukaran mahasiswa di Universitas Sanata Dharma dan Universitas Gadjah Mada selama satu tahun. Menurutnya, cara terbaik untuk melatih Bahasa Indonesia adalah bergaul dengan warga Indonesia. Salah satunya yakni dengan bergabung di  dalam komunitas Indonesia di Australia.

 

 Katrina Pemberton

Katrina Pemberton

Untuk Katrina Pemberton, Bahasa Indonesia bukan saja menarik, tetapi juga penting untuk warga Australia. “Negara kita bertetangga dan penting sekali untuk saling mengenal,” tutur mahasiswi yang sedang studi Master of Teaching di Universitas Deakin itu. Katrina sudah mempelajari Bahasa Indonesia selama 12 tahun. Ia mengaku selama ini banyak menambah kosa kata dengan membaca status teman Indonesia di Facebook juga membaca artikel dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, Katrina juga sering melatih kemampuan Bahasa Indonesianya bersama tunangannya yang adalah orang Indonesia. Namun, cara terbaik untuk belajar Bahasa Indonesia menurutnya adalah dengan tinggal di Indonesia selama beberapa bulan, seperti yang ia telah alami sebelumnya. Salah satu hal yang Katrina suka dari Bahasa Indonesia adalah betapa imbuhan dapat menambahkan berbagai makna terhadap suatu kata dasar. “Misalnya “hujan” tambah ke-an menjadi “kehujanan” yang berarti to get caught in the rain dalam Bahasa Inggris. Menurut saya hal itu membuat Bahasa Indonesia istimewa,” ujarnya bangga.

 

Rachel Daymond

Rachel DaymondSalah satu kendala mempelajari Bahasa Indonesia adalah menemukan hal yang relevan dari budaya Indonesia terhadap kehidupan sehari-hari seorang Rachel Daymond. “Saya ingin belajar tentang sesuatu yang bisa saya kaitkan dengan hidup saya. Apa gunanya Bahasa Indonesia –dalam perspektif anak sekolah di Australia– kalau tidak ada hubungannya dengan hidup mereka sendiri?” kata mahasiswi yang sedang studi Master of Teaching ini. Pada waktu SD, Rachel kurang tertarik dengan topik yang ia pelajari di kelas Bahasa Indonesia. Hanya setelah ia bergaul dengan orang Indonesia, ia akhirnya menemukan bahwa bahasa ini sangat menarik. “Bahasa Indonesia sangat gampang kalau dipelajari pada tingkat dasar, tetapi kalau menguasainya jauh lebih susah daripada bahasa lain,” aku Rachel. Hematnya, Bahasa Indonesia sangat dinamis dan berbeda di tiap daerah. Ia menyarankan agar guru-guru Bahasa Indonesia harus inovatif dalam mengajar. “Indonesia sangat menarik dan sayang sekali kalau sebuah negara yang luar biasa keragamannya ini dibikin membosankan oleh guru-guru pengajar Bahasa Indonesia di Australia.” Diakui Rachel, pendekatan inovatif ini akan membuat lebih banyak tugas bagi guru. “Tetapi kalau para murid menjadi lebih tertarik, kelelahan itu pasti terbayar kan?” ujarnya seraya tersenyum.

 

(Liputan: Pingkan Palilingan/ Foto: dok. Pribadi)