Rilis: 2023
Durasi: 125 menit
Rotten Tomatoes: 96%
Setelah melejitnya pamor film produksi Korea dengan Parasite (2019) yang akhirnya memenangkan penghargaan Oscar untuk Best Picture, kini muncullah industri film Asia lain yang nampak seperti tidak mau ketinggalan: industri film Jepang. Hal ini ditandai dengan kemunculan film Drive My Car (2021) karya Ryusuke Hamaguchi yang berhasil mendapatkan nominasi Oscar, dan kini dengan film Monster besutan Hirokazu Kore-eda, yang sukses mendapatkan penghargaan Best Screenplay dalam festival film Cannes.
Kisah film berawal dari seorang ibu tunggal bernama Saori Mugino yang membesarkan anaknya yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, Minato. Suatu ketika, Saori menyaksikan Minato berperilaku aneh, seperti memotong rambutnya dengan gunting, kehilangan salah satu sepatunya, dan menghilang dari rumah sebelum ditemukan di terowongan kereta pinggir kota. Saori hanya bisa mendapatkan sepatah jawaban dari Minato ketika menanyakan penyebab perilaku anehnya: Michitoshi Hori, wali kelas Minato di sekolah. Saori yang cemas pun menyelidiki sekolah Minato, dan di situlah jaring intrik cerita dalam film mulai terkuak.
Salah satu keunikan Monster adalah alur cerita dalam film yang sejatinya terbagi dalam tiga sudut pandang utama, termasuk Saori. Meskipun teknik penceritaan sudut pandang beragam bukan hal baru dalam dunia perfilman, ketiga tokoh utama dalam Monster memiliki penokohan yang sangat kuat dan mendalam, sampai-sampai menjadi kekuatan terbesar film ini. Hal ini tercapai berkat penulisan skrip yang rapi dan kedap lubang plot.
Bagaimana tidak, setiap sudut pandang dalam film mendapatkan ruang ‘bernafas’ untuk memperdalam penokohan tokoh utamanya, namun secara bersamaan alur cerita dalam setiap sudut pandang terus melaju sembari menebarkan petunjuk cerita yang bisa dipakai penonton untuk menguak kebenaran besar yang tersembunyi dalam film. Namun tidak hanya itu, film ini juga rajin merajut satu sudut pandang dengan sudut pandang yang lain melalui tambahan-tambahan detil dalam beberapa adegan krusial. Dengan demikian, rasa kesinambungan dalam film semakin bisa dirasakan oleh penonton.
Setiap tokoh dalam film diceritakan tidak hanya dengan mendalam, namun juga dengan realistis. Tidak hanya tokoh utama seperti Saori dan Minato, tapi juga tokoh lain seperti Hori dan Makiko Fushimi, kepala sekolah tempat Minato belajar. Berkat ruang bernafas yang disebutkan tadi, menjadi mudah bagi para penonton untuk memahami motivasi setiap tokoh ketika dihadapkan dengan konflik (atau potensi konflik) dalam film. Dilengkapi dengan penampilan membumi namun menakjubkan dari segenap cast film, terutama Eita Nagayama sebagai Hori, penokohan dalam Monster bisa dibilang sangat istimewa.
Lebih lanjut lagi, jika dilihat dari adegan-adegan krusial dalam film, nampak bahwa Monster meniti sebuah jalan tipis antara sifat realistis dan surealistis. Setiap adegan krusial memiliki kesan menohok dari segi emosional, namun tidak terlalu berlebihan yang menyebabkan film jatuh ke dalam klise-klise film drama kebanyakan. Berkat penulisan yang seimbang ini, baik dari segi aksi maupun dialog, film ini mampu mengantarkan kesan emosional tanpa terlalu menguras emosi penontonnya. Meskipun menguras emosi penonton bukan ciri-ciri film drama jelek, namun kemampuan Monster untuk menohok penonton dengan ‘pas’ menjadi kelebihan tersendiri.
Di sisi lain, Monster mungkin bukanlah film yang paling bisa memanjakan mata penontonnya. Pilihan warna dalam film bukanlah warna-warna yang paling tajam layaknya film seperti 1917 (2019). Penempatan kamera dalam film, meskipun tertata dengan rapi, tidak terlalu menonjolkan karakter yang terbingkai dalam layar.
Namun di sisi lain, apakah sinematografi penting dalam film seperti Monster? Monster adalah sebuah film untuk sebuah cerita, bukan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari skrip terlampau kuat yang mampu mengangkat film tersebut dari segi kualitas. Dan hasilnya? Sebuah kisah memikat yang menggenggam penontonnya hingga akhir tanpa memerlukan CGI atau teknologi perfilman modern apapun.
Rating: 9.5/10
Teks: Jason Ngagianto
Foto: IMDb