Jati Diri Kebaya dan Batik Anne Avantie

Siapa yang tidak kenal dengan Anne Avantie. Seorang desainer kebaya dan batik asal Semarang yang karyanya sudah terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional. Saat ini perjalanan karier desainer yang bernama lengkap Sianne Avantie ini sudah berjalan selama 30 tahun. Tentunya kesuksesan yang diraihnya tidak digapai dengan mudah dan mulus.

Anne Avantie dan keluarga

Ibu dari tiga orang anak ini benar-benar memulai usahanya dari ilmu yang dipelajarinya secara otodidak. Pada awalnya, Anne Avantie tidak memilih untuk berkecimpung di bidang fashion, khususnya kebaya dan batik. Namun, dia merasa seolah mendapatkan dorongan dari Tuhan yang menimbulkan keyakinan pada dirinya bahwa dia bisa berkarya dengan kebaya dan batik. Di tahun 1998, Anne mendapat kesempatan untuk membuat sebuah kebaya dan kemudian kebaya itu memberikan perubahan dalam kehidupannya dan banyak orang. Pengalaman ini mengajarkan padanya bahwa kebaya harus dia jadikan prioritas karena melalui kebaya ada banyak sekali pintu berkat kehidupannya yang terbuka. Alhasil, tidak hanya untuk mensukseskan dirinya, kebaya dan batik juga memberikan manfaat kepada orang banyak. Kejadian ini mendorong Anne Avantie untuk bisa lebih terkenal dan populer lagi, karena dia memiliki pesan yang perlu didengar oleh orang lain dan menjadi inspirasi bagi mereka. Anne bercerita bahwa dulu dirinya tidak punya apa-apa dan bukan siapa pun, namun saat ini dia sudah menjadi pribadi yang sukses. Pesan yang ingin ia sampaikan adalah bahwa jika Anne Avantie yang dulunya biasa saja bisa sukses, maka kamu pun bisa sukses!

Agnez Mo

Proses mengembara selama 30 tahun lamanya untuk berkarya sebagai desainer otodidak yang tidak pernah menggeluti sekolah desain, menjadi inspirasinya dalam melestarikan kebaya dan batik. Anne tidak hanya fokus menciptakan produk, lebih dari itu dia lebih mementingkan manfaat dari produk-produk yang dia ciptakan. Dia ingin memberikan motivasi dan inspirasi melalui karya-karyanya dengan menyebarkan pesan bahwa batik dan kebaya yang dibuatnya adalah sebuah pembaharuan hidup dari perjalanan kariernya. Dia ingin membagi berkat dan berkah melalui kebaya dan batik, sehingga kebaya dan batik menjadi sesuatu yang lebih berharga. 

Meskipun Indonesia memiliki begitu banyak budaya, Anne meyakini bahwa di dalam budaya itu kita bisa berkreativitas tanpa meninggalkan akar budaya tradisi. “Tradisi itu isinya bukan hanya busana, tetapi tata bicara, tata krama, ada penghormatan, ada pelestarian, ada manusia yang bekerja di balik karya-karya wastra nusantara,” lanjutnya.  

Wanita kelahiran 20 Mei 1954 ini memaknai kebaya dan batik dalam bukunya yang berjudul “Anne Avantie Inspirasi Karya dan Cinta”. Anne melihat kebaya dan maknanya sebagai jalan pengubah hidup. Inspirasi yang dia tebar melalui karya-karyanya memberikan pengaruh yang memotivasi orang untuk ikut berkarya melalui kebaya. Dan akhirnya kebaya Anne Avantie ditiru dari Sabang hingga Papua. “Dari kelas kambing sampe kelas kakap. Dari kelas penjahit hingga kelas desainer, dari kelas pasar hingga kelas butik meniru karya saya, tetapi saya bersyukur kepada Tuhan (karena) diberi izin untuk menjadi saluran berkat bagi banyak orang,” jelas Anne ketika membahas karyanya yang telah dijiplak banyak pihak.

Melihat kesuksesan dan ketabahan Anne Avantie, membuat jurnalis OZIP penasaran siapakah tokoh yang menginspirasi gerakan-gerakan Anne Avantie. Ternyata cukup mengejutkan mendengar Anne mengungkapkan bahwa dia tidak memiliki sosok inspiratif yang mendorongnya untuk menjadi seorang desainer. Menjalankan hal positif dan melihat hal baik yang akan mendatangkan kebaikan menjadi sumber inspirasi karya Anne. Dia menceritakan bahwa garis kehidupan dia dan ibunya lah yang telah menghantarkan dia memahami dan mengerti dunia seni. Bermula dari ibunya, dia, anaknya, Intan Avantie dan hingga cucunya, Keira Avantie, Anne berharap agar empat generasi ini menjadi berkat bagi sesama melalui karya-karya mereka. 

Kemudian mari kita tengok ciri khas karya-karya Anne Avantie.  “Orang yang tahu ciri khas karya Anne Avantie adalah orang yang memberikan apresiasi. Mereka bisa melihat karya-karya saya, mereka bisa mengetahui garis-garis rancangan saya, dan mereka ini sangat hafal karya siapa ini walaupun ditiru dan dicontek banyak orang,” jelasnya.  Namun Anne tidak khawatir terhadap hasil plagiat karyanya karena dia percaya diri bahwa karya yang dia buat memiliki kehidupan, berbeda dengan hasil jiplak terhadap karyanya. Karya Anne Avantie berbeda dari karya-karya lain karena ada kehidupan yang menjiwai setiap karya.

“Saya menjalani perjalanan yang sangat alami, ketika saya jatuh saya memaknai bagaimana saya jatuh. Ketika saya menata kembali saya harus bisa maju, dan kemudian yang terpenting juga adalah bagaimana proses ini saya maknai sebagai proses kebangkitan saya dan ceritanya saya bagikan. Jadi sebenarnya proses itulah yang membentuk kualitas produk saya,” cerita Anne mengenang awal mula usahanya. Anne merasa bahwa berkarya merupakan tanggung jawab moral dan iman atas segala berkat limpahan ide-ide dari yang Maha Kuasa. Dia menggambarkan personal branding dari Anne Avantie sebagai sosok orang yang berproses tanpa pernah protes kepada siapa pun, termasuk pada Tuhan. 

Dalam kesehariannya, Anne merasa bahwa dengan segala berkah yang diterimanya, membuat kebaya yang indah saja tidak cukup. Lebih dari itu, bagaimana menjadi seorang pemimpin, berada di garis depan, memberikan makna yang positif kepada staf, anak buah, dan semua orang yang berada di bawah Anne Avantie. “Saya sampaikan bahwa mereka itu bekerja bukan semata-mata untuk saya, tapi untuk keluarga dan kemuliaan nama Tuhan. Jadi mereka sadar apa pun yang mereka kerjakan itu adalah untuk kemulian Tuhan, bukan semata-mata untuk popularitas Anne Avantie. Dengan semangat ini mereka mampu totalitas untuk menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi dengan konsisten,” jelas Anne mengungkap rahasia konsistensi produknya yang berkualitas.

Anne Avantie juga menceritakan 30 tahun perjalanan kariernya yang penuh cahaya. Bagaimana cahaya itu pernah padam dan bersinar kembali. Perjalanan itu dimaknainya sebagai proses kehidupan. “Dalam hidup itu bagaimana hubungan vertikal kita kepada Tuhan dan horizontal kepada sesama manusia dan tengahnya itu adalah titik temu keseimbangan, dan bagi saya masa-masa sulit itu adalah masa yang harus kita jalani dan maknai, ambil akar permasalahannya, mengapa. Dari akar permasalahan tersebut bisa diselesaikan. Jadi saya tidak menabrak sana sini mencari kambing hitam, tetapi lebih refleksi kepada diri sendiri apa yang sudah saya lakukan, di mana salahnya, rambu-rambu kehidupan mana yang saya tidak patuhi. Saya tahu bahwa kebangkitan saya itu bukan karena saya yang hebat, tapi karena Tuhan Allah yang memberikan kepada saya sebuah pencerahan kehidupan sehingga saya bisa menapaki hari-hari saya yang baru. Ketika saya jatuh, saya tidak melihat siapa yang menjatuhkan saya, ketika saya harus rugi saya tidak pernah melihat siapa yang merugikan saya, tetapi saya melihat kepada diri saya sendiri bahwa Tuhan sedang memperkokoh kaki-kaki saya sehingga bisa menopang sebuah tubuh yang bisa saya persembahkan kepada Tuhan. Itu semua terjadi selama 30 tahun karya-karya Anne Avantie. Dari jatuh tersungkur hingga menjadi berkat,” kenang Anne haru. Sebuah perjalanan yang menjadi simfoni indah dan arah mata angin bagi perjalanan-perjalanannya berikutnya.

“Saya berharap ketika Anda melihat saya dan karya-karya saya, Anda pun bisa memancarkan cahaya yang kami pancarkan. Menyenangkan atau tidaknya menjadi desainer itu tergantung ke arah mana kamu melangkah dan seberapa besar pengaruh kamu atau terpengaruhnya kamu di dalam industri ini. Mengalahkan diri sendiri, ikhlas itu mahal harganya. Ketika karya-karya Anne Avantie dicontek dan ditiru oleh orang lain, saya ikhlas karena itu merupakan bentuk persembahan saya kepada Allah.”

Melihat situasi saat ini dimana kita dihantui oleh pandemi, Anne tetap berdiri tegak. “Saya punya panggung sendiri, panggung kemanusiaan. Tuhan telah memilih saya dan memberikan kepada saya panggung kemanusiaan pada tahun 1996 ketika mami saya sakit kanker stadium 3B kemudian saya janji untuk memenuhi panggilan Tuhan berkarya diantara yang papa, miskin, menderita dan difabel yang kemudian hingga saat ini 20 tahun saya mendirikan Wisma Kasih Bunda, Yayasan Anne Avantie dan Bina Bunda Talenta untuk anak berkebutuhan khusus. Perjalanan hidup saya, bagaimana saya menjadikan mata rantai antara panggung karyaku dan panggung kemanusiaan, itu adalah hal yang menjadi mimpi dan cita-cita yang Tuhan sudah izinkan boleh terjadi. Saya tidak pernah merasa berkorban sekali pun. Perjalanan yang indah yang saya lalui itu Tuhan bukakan ketika mami saya sembuh, kemudian di tahun 1998, toko saya dan mami pada saat mami sakit dibakar massa pada kerusuhan Solo. Tapi mami katakan jangan pernah trauma, jangan sakit hati dengan bumi di mana kita berpijak. Jadi baik tidaknya hidup itu tergantung bagaimana kita memandangnya dan seberapa besar rasa syukur kita,” lanjut Anne. 

Anne sangat bersyukur setelah 30 tahun berkarya, Tuhan sudah mewujudkan mimpi dan cita-citanya, berkarya untuk kemanusiaan dan membangun sekolah. Impian terbesarnya adalah untuk hidup damai. Dia berencana jika sudah pensiun nanti untuk istirahat, berkebun, punya tempat doa, memfasilitasi orang-orang yang mencari kedamaian, dan memasak untuk banyak orang. “Tetaplah menjadi baik meski di situasi yang tidak baik” tutupnya. 

Teks: Siti Mahdaria

Foto: Dokumentasi Pribadi