Imlek dan Valentine 2019: Sama-sama soal Kasih Sayang

Bulan Februari ini, kita bertemu dengan dua perayaan. Pertama adalah Tahun Baru Cina (Imlek), yang dirayakan oleh komunitas Tionghoa seluruh dunia. Tahun baru Imlek ini merupakan perayaan terpenting masyarakat Tionghoa. Perayaannya sendiri tidak berakhir dalam satu hari, melainkan dimulai sejak hari pertama bulan pertama pada penanggalan Tionghoa (ditandai dengan munculnya bulan baru), dan berakhir di hari kelima belas, berbarengan dengan bulan purnama penuh dan kita kenal dengan perayaan Cap Go Meh.

Perayaan Imlek di memiliki beberapa perbedaan adat dan tradisi tidak hanya di tanah Tiongkok namun juga di negara-negara lain. Akan tetapi, terdapat persamaan yang menjadi ciri khas Imlek di seluruh dunia, yaitu perjamuan makan malam Tahun Baru, penyulutan kembang api, dekorasi lampion warna terang (umumnya merah dan kuning), serta tradisi berbagi angpau baik yang berisi uang maupun doa-doa dan ucapan baik untuk penerimanya.

Di Melbourne, suasana Imlek paling terasa di area Chinatown. Sebagai kantong utama komunitas Tionghoa di Melbourne, pada saat Imlek kemarin Chinatown dihias meriah dan bermandikan dekorasi warna merah, baik di dalam maupun luar ruang. Saat malam tahun baru, Chinatown dipenuhi warga Tionghoa asli maupun keturunan, yang merayakan Imlek bersama keluarga mereka. Terlihat pula warga non-Tionghoa yang mengunjungi Chinatown, ada yang sekadar lewat namun tak sedikit yang juga ingin merasakan kemeriahan acara Imlek.

Perayaan kedua adalah Valentine’s Day alias Hari Valentine, yang dipercaya oleh sebagian orang sebagai Hari Kasih Sayang. Tak semua orang merayakan dan mempercayainya, pun ada perdebatan soal asal muasal dan kebiasaan-kebiasaan Hari Valentine ini. Sebagian orang merayakan Hari Valentine dengan mengirimkan cokelat, bunga, serta kartu ucapan bagi orang yang disayang. Sebagian lain merasa aktivitas seperti itu bermakna dangkal, karena kasih sayang bisa diwakili oleh banyak hal dan bisa disampaikan kapan saja sepanjang tahun. Terlepas dari itu, tak sedikit pula orang yang menjadikan Hari Valentine sebagai ajang untuk berkampanye yang bermakna lebih dalam, misalnya tentang ajakan untuk mengasihi sesama, kampanye cinta lingkungan, dan sebagainya.

Ada satu hal yang kita bisa lihat dari perayaan Tahun Baru Imlek maupun Hari Valentine: keduanya sama-sama tentang kasih sayang, kebersamaan, dan doa-doa baik yang kita kirimkan kepada orang lain, atau untuk sesuatu yang menjadi perhatian kita. Selain itu, kemeriahan Imlek di Chinatown, Melbourne kemarin, mengingatkan kepada kita bahwa adat, tradisi, dan budaya kita perlu tetap dipertahankan di mana pun kita berada.

Teks: Pratiwi Utami

Foto: Devina K