Pada tanggal 2 Mei 2019 ini kita kembali merayakan Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Tanggal ini bertepatan pula dengan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara, salah satu pahlawan pendidikan Indonesia yang mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga pendidikan tersebut kemudian menjadi cikal bakal konsep pendidikan nasional yang mencakup tiga prinsip utama. Hingga hari ini, prinsip-prinsip tersebut tetap dipegang teguh dan senantiasa mencerminkan besarnya peranan seorang pendidik kepada siswa-siswinya. Sebaliknya pula, pandangan siswa-siswi terhadap guru mereka pun sama pentingnya. Mahasiswa-mahasiswi Indonesia di The University of Melbourne dengan ini menceritakan kisah-kisah guru yang menginspirasi diri mereka:
Yudistira Adipratama
“Sosok guru yang menginspirasi saya adalah Ibu Nina Rahayu Kusdiana, seorang guru yang mengajar saya saat saya masih seorang siswa SMA. Beliau merupakan sosok inspiratif yang berani bertindak adil, tegas dan objektif. Bagi beliau, kejujuran adalah hal yang tidak dapat dibeli. Bukan kata-kata arahan beliau yang mengajarkan saya ilmu tentang hidup, namun perilaku beliau terhadap siswa dan rekan guru sejawat. Ibu Nina mengajarkan saya bahwa rasa hormat bukanlah sesuatu yang diwariskan, namun merupakan sesuatu yang harus diperoleh melalui ketekunan, keberanian dan kerja keras.”
Aji Sofiana Putri
“Ketika saya masih di bangku SMP, saya sempat diajari oleh seorang guru matematika bernama Pak Rusli. Beliau sangat perhatian dengan muridnya. Beliau menyediakan rumah dan waktunya untuk mengajar kami agar kami dapat diterima di sekolah pilihan masing-masing. Beliau sangat tulus dan tidak pernah meminta bayaran. Beliau juga selalu memiliki cara untuk mengajar matematika dengan mudah dan menyenangkan. Ketulusan beliau selalu menginspirasi saya hingga hari ini.”
Alif Timur Ghifari
“Pak Latif merupakan guru Bahasa Indonesia kelas dua dan tiga SMA saya. Sebagai seorang guru, Pak Latif selalu aktif mencari kesempatan untuk mengembangkan diri sekaligus mengembangkan muridnya. Salah satunya, Pak Latif mengikuti pilot program Bridge yang merupakan pertukaran guru antar SMA di Indonesia dan SMA di Australia. Kemudian, Pak Latif pun mendedikasikan diri untuk memulai program pertukaran pelajar antar sekolah di Indonesia dan Australia yang kemudian berhasil memberikan international exposure kepada siswa-siswi di Indonesia. Pak Latif sendiri selalu berpegang kepada dua prinsip penting yang selalu saya ingat: selalu memanfaatkan peluang yang ada dan jangan takut memulai sesuatu hal yang baru. Pengalaman pertukaran ini memotivasi teman-teman saya untuk pergi dan mengenyam pendidikan lanjutan di luar negeri. Saya rasa itu adalah legacy dari Pak Latif yang akan selalu ada dalam hati kami.”
Joan Christie Wijaya
“Bu Dewi adalah guru Bahasa Inggris saya di bangku SMA. Beliau selalu meluangkan waktu untuk memberikan nasihat hidup kepada saya dan teman-teman setingkat. Beliau berpesan, ’Jangan sampai kamu membiarkan uang mengendalikan hidupmu hingga kamu melupakan teman, keluarga dan kesehatan kamu. Jika kamu sampai jatuh tertidur di tengah doa, kamu sudah mencapai batasmu. Kenali batasmu sebelum keinginanmu mencari uang merusak tubuhmu.’ Sampai sekarang, nasihat beliau senantiasa saya pegang.”
Ibrahim Malik
“Seorang guru yang sangat menginspirasi saya adalah Ustad Sharif Abadi. Beliau adalah guru agama saya sewaktu saya duduk di bangku SMA dua dan tiga di Gontor. Kesederhaan beliau selalu membuat saya tersentuh. Walaupun beliau tidak berkuliah, ilmu yang beliau miliki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang bergelar mahasiswa. Di usia beliau yang sudah cukup lanjut, beliau selalu mengajar dengan tulus dan ikhlas demi memajukan ilmu pengetahuan. Beliau bahkan tidak menerima gaji dari ilmu yang dibagikan dan memilih untuk menyokong hidup dengan cara bertani. Hingga saat ini, keikhlasan dan semangat mengajar beliau selalu menginspirasi saya untuk membagikan pengetahuan yang saya miliki.”
Teks: Siti Mahdaria
Foto: Yudia Adiparatama, Alif Timur Ghifari, Joan Christie Wijaya & Ibrahim Malik