Meramu Bahagia dengan Charity

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)”―(QS. Ar-Rahman:60)

5 September setiap tahunnya, diperingati sebagai International Day of Charity atau Hari Amal Internasional. Sejak dicetuskan 8 tahun lalu oleh United Nations General Assembly, Hari Amal ini terus digaungkan hingga kini. Karena itu, kali ini OZIP membawakan tema besar “Charity” di edisi September sebagai bentuk apresiasi bagi semua yang terlibat dalam kegiatan amal yang telah menyalakan pelita harapan bagi banyak orang dan juga mahluk hidup yang lain. 

Begitu masifnya dampak dari COVID-19 dan ketidaksiapan banyak orang dalam menghadapi bencana ini menyebabkan pekatnya keputusasaan. Namun, kita juga menyaksikan jika di sekeliling kita, begitu banyak orang baik sebagai perpanjangan tangan Tuhan yang menopang banyak orang yang membutuhkan. 

Ada yang bilang, jika bahagia itu diciptakan. Mungkin ada benarnya. Lalu bagaimana caranya meramu bahagia? Salah satunya adalah dengan charity atau berderma. Karena dengan beramal, kita telah membahagiakan diri kita sendiri. Jika belum mampu mendirikan komunitas atau organisasi sendiri, bergabung bersama organisasi nirlaba yang bergerak di bidang amal sebagai relawan atau donatur bisa menjadi solusi. Selain mendapatkan kesempatan berbagi, pengalaman yang mungkin sekali seumur hidup ini mampu menjadi program yang mengubah hidup orang lain menjadi lebih baik. Cara lainnya adalah dengan membeli barang-barang yang dijual oleh social enterprises atau produk-produk yang di dalamnya ada unsur charity. Atau dengan membeli produk dan jasa yang ditawarkan oleh pelaku industri kecil yang kita sering jumpai, kendati kita mungkin saja tidak membutuhkan barang itu. 

Lalu bagaimana dengan yang tidak memiliki apapun untuk disumbangkan? Ada banyak jalan untuk berderma. Kini berbuat baik tidaklah sulit. Di era digital saat ini, charity memiliki “wajah” lain. Tidak melulu dengan barang. Setiap orang bisa berpartisipasi aktif melalui media sosial milik mereka. Entah dengan melakukan donasi atau menyebarkan informasi terkait dengan donasi di platform masing-masing. 

Ada begitu banyak cara kreatif untuk menggalang donasi. Dengan pesatnya perkembangan media sosial, beberapa content creator pun memanfaatkan peluang untuk melakukan charity melalui keuntungan yang diperoleh dari adsense. Yang kemudian sebagian hasilnya didonasikan bagi mereka yang membutuhkan.

Kita mungkin seringkali mendengar ungkapan, “Twitter please do your magic!” atau ungkapan bernada sejenis untuk memviralkan sesuatu.  Secara magis, dengan banyaknya pengguna media sosial, efek dari cuitan yang dibagikan dapat menjadi seperti bola salju, semakin lama semakin besar. Sehingga banyak yang bisa terbantu melalui fitur retweet, like, repost, maupun share. 

Banyak cerita yang mengisahkan tentang kekuatan dari media sosial. Cerita ini dimulai dari kisah Mbah Niah, harus kehilangan uang sejumlah 500 ribu untuk membayar kontrakannya. Di usianya yang sepuh, Mbah Niah masih harus menjajakan rujak cingur buatannya untuk menghidupi diri dan suaminya, walau terkadang sepi pembeli. Setelah menjadi viral, beberapa orang datang menolong dan membantu melariskan dagangan Mbah Niah. Lain lagi kisah tentang salah satu bapak pengemudi ojek online yang viral karena kehilangan motor, sehingga terancam tidak bisa mencari nafkah lagi. Beritanya yang kemudian tersebar di platform media sosial kala itu membuat sang bapak mampu mendapatkan motor baru berkat donasi dari para netizen yang baik hati. Dan masih ada banyak kisah lain dari “wajah” charity di media sosial. 

Mengutip kembali ayat Al Quran di atas, “tidak ada balasan untuk kebaikan, selain kebaikan (pula)”, karena jika kita berbuat baik, sesungguhnya kita telah berbuat baik untuk diri kita sendiri. Sudah siapkah kita meramu bahagia melalui charity?

Teks: Mutia Putri

Foto: Afif Permana Aztamurri