Geliat Pebisnis Muda Indonesia di Victoria (2) Cantik dan Syar’i bersama Melbie Hijab

Berwirausaha merupakan salah satu jalan bagi seseorang untuk tak hanya mencari penghidupan tapi juga mewujudkan mimpi dan menjadi diri sendiri. Tak heran jika entrepreneurship telah menjadi salah satu tren sekaligus pilihan gaya hidup, terutama di kalangan anak muda masa kini. Di Melbourne, beberapa pebisnis muda Indonesia mulai menggeliat menunjukkan tajinya. Berbagai bidang bisnis muncul dengan penuh kreativitas dan inovasi khas jiwa anak muda. Siapa saja mereka? Simak kisahnya berikut ini!

***

Cantik dan Syar’i bersama Melbie Hijab

 

Melbourne sebagai kota yang multikultural tentunya menjadi pusat berkembangnya bisnis. As the fashion capital in Australia, ternyata Melbourne membuka peluang bagi tiga muslimah muda untuk menginisiasi bisnis fashion muslim “Melbie Hijab”. Tim OZIP berkesempatan mewawancarai founder Melbie Hijab, Sherly Annavita. Yuk kita simak!

 

  1. Bagaimana sejarah berdirinya Melbie Hijab? Apa yang menginspirasi kamu?

Ide Melbie Hijab hadir pada Agustus 2017, saat itu saya sedang studi S2 di Swinburne University, dan Dian Puspita (Co-Founder Melbie Hijab) sedang studi S3 Swinburne University. Berawal dari kebutuhan saya akan hijab nuansa Turki, bentuk segi empat dengan motif bunga, namun tidak dapat terpenuhi di kota Melbourne, karena dua fakta: Satu, kehidupan sebagai muslim adalah minoritas. Dua, kebanyakan hijab yang tersedia di pasaran adalah jenis pasmina, bukan segi empat seperti yang dipakai oleh masyarakat Indonesia. Saya kemudian memutuskan untuk ‘menyediakan hijab segi empat’ dan memulai bisnis bernama “Melbie Hijab”.

 

  1. Bagaimana perjuangan bisnis fashion muslim Melbie Hijab dari nol hingga kini?

Kami memulai dengan melakukan riset mengenai kebutuhan hijab di Melbourne dan ketersediannya; berkeliling kota Melbourne untuk melihat jenis hijab dan kain seperti apa yang sudah dan belum beredar di pasaran. Saya mulai menghubungi teman-teman di Indonesia yang sudah duluan memproduksi sendiri hijab dan membantu mereka memasarkan hijabnya di Melbourne. Jadi, awalnya hanya sebagai market place saja. Dengan modal seadanya, kami mulai set up semua infrastruktur yang dibutuhkan, baik media sosial, packaging, logo, dan lain-lain. Perjuangan terbesar adalah memperkenalkan brand Melbie Hijab kepada komunitas muslim di Melbourne, khususnya orang Indonesia. Kami mulai dari teman-teman terdekat, dari mulut ke mulut, dari satu event ke event lainnya, dari satu stall ke stall lain. Prinsip kami adalah, tidak boleh ada weekend yang “nganggur”. Kami selalu berburu event komunitas muslim Indonesia, Timur Tengah dan juga Melbourne untuk mengenalkan Melbie Hijab ke masyarakat.

 

  1. Bagaimana respons masyarakat terhadap Melbie Hijab?

Di awal memang banyak yang mencibir, “ih, apaan sih jualan hijab! Siapa juga yang mau beli nanti!”. Banyak selentingan yang kurang lebihnya seperti itu, namun karena kita tahu apa goal kita, cibiran itu kita anggap sebagai ‘amunisi’ aja. Alhamdulillah, dalam enam bulan pertama kami yang harus ‘berburu’ event, sekarang kami malah diundang untuk ikut buka stall di event komunitas muslim di Melbourne yang bahkan isinya orang-orang Timur Tengah, Pakistan, dan India.

  1. Setelah pencapaian tersebut, apa rencana Melbie Hijab ke depannya?

Insya Allah ada dua rencana Melbie Hijab tahun ini. Pertama, akan mulai produksi sendiri. Alhamdulillah respon masyarakat Melbourne sudah baik dengan kehadiran Melbie Hijab. Apresiasi ini kami sambut baik dengan memulai produksi sendiri per bulan Agustus, dan akan ready stock di bulan September ini.  Kedua, Melbie Hijab akan membuka cabang pertama di Indonesia. Sudah banyak yang tanya, “kapan bisa dikirim ke Indonesia?”. Dengan desain yang akan mengangkat ikon, konsep, dan cerita kota Melbourne dan Muslim di Australia, kami insya Allah siap meluncurkan produk di Indonesia bulan September ini juga.

 

  1. Ada tips membangun bisnis untuk anak muda Indonesia di Australia?

Pertama, berani! Jangan malu jualan. Selama tidak mengganggu hak privasi dan hak asasi orang lain, tidak ada yang salah kok dengan jualan. Kedua, mulailah sekarang! Jangan tunggu sempurna karena justru dari ketidaksempurnaan kita akan belajar untuk jadi sempurna. Cepat mulai, cepat tahu salah, cepat belajar, cepat memperbaiki. Ketiga, jual apa yang dibutuhkan oleh pasar, bukan semata apa yang kita inginkan. Keempat, perbanyaklah jejaring J

 

Teks: Evelynd

Foto: dok. Melbie Hijab