Tidak banyak yang mengetahui, Indonesia pernah menjadi pelopor perlombaan bagi negara-negara berkembang, menyaingi Olimpiade Dunia!
Dicetuskan oleh Presiden Soekarno, ajang ini dinamakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces). Lebih dari 100 ribu orang datang berbondong-bondong ke Gelora Bung Karno pada 10 November 1963 untuk menghadiri upacara pembukaan yang meriah. Mengapa tidak, tiketnya gratis — salah satu cara bagi Soekarno agar semua orang dari berbagai kalangan dapat hadir dan ikut ambil bagian.
Memang itulah visi Soekarno dalam mengadakan GANEFO. Selain agar adanya pertukaran budaya antar negara-negara berkembang, ia ingin agar bangsa Asia Afrika yang baru merdeka ini punya kesempatan untuk menonjolkan bakat mereka di bidang olahraga dan seni. Memiliki unsur motivasi politik, Soekarno ingin menyaingi IOC (International Olympics Committee) dan ide-ide imperialisme mereka yang ia anggap masih memandang atlet dan seniman dari negara berkembang dengan sebelah mata.
Menariknya, ambisi besar Soekarno ini dapat terlaksakan tanpa perlu biaya besar dari kantong negara. Untuk ajang GANEFO yang pertama, Tiongkok setuju menyumbangkan 18 juta dollar sebagai biaya transportasi bagi para delegasi, Jepang memberikan dukungan dalam bentuk pembangunan hotel bintang lima untuk akomodasi para atlet, dan kompleks olahraga pun sudah jadi dibangun oleh Uni Soviet untuk Asian Games IV, yang diadakan tahun sebelumnya.
Diadakannya GANEFO tidak luput dari perhatian IOC, sebagai organisasi pelaksana ajang olimpiade. Mereka bersikeras akan mempertimbangkan undangan untuk bertanding di Olimpiade Dunia, bagi negara yang berpartisipasi di GANEFO.
“IOC dan federasi internasional tidak dapat menoleransi pergerakan olahraga yang terang-terangan bertujuan politis, terutama yang ingin menyaingi Olimpiade,” tulis Richard Espy dalam bukunya The Politics of the Olympic Games: With an epilogue, 1976-1980.
Dikecam oleh IOC, tidak membuat panitia GANEFO berkecil hati. Dikirimlah undangan ke berbagai negara. GANEFO I pun diadakan pada 10-22 November 1963 di Jakarta, dan dihadiri oleh delegasi dari sepuluh negara, yaitu: Kamboja, Tiongkok, Papua Nugini, Indonesia, Irak, Pakistan, Mali, Vietnam Utara, Republik Persatuan Arab, dan Uni Soviet. Selain perlombaan olahraga, diadakan pula pesta seni dan tur delegasi ke beberapa wilayah di Indonesia.
GANEFO II kembali diadakan tiga tahun berikutnya, pada tahun 1966 di Kairo, Republik Persatuan Arab. Dua ribu atlet dari 17 negara berpartisipasi, antara lainnya: Tiongkok, Indonesia, Irak, Jepang, Kamboja, Korea Utara, Laos, Lebanon, Mongolia, Nepal, Pakistan, Palestina, Singapura, Sri Lanka, Suriah, Vietnam Utara, dan Yaman.
Sayangnya, perlombaan GANEFO kandas pada tahun 1970. Ditunjuk sebagai tuan rumah untuk GANEFO III, negara Tiongkok melempar tanggung jawab itu kepada Korea Utara. Sayangnya, pesta olahraga di edisi III ini tidak pernah terlaksana dan GANEFO pun akhirnya bubar.
Teks: Rachel Melisa
Foto: Berbagai sumber