41st Indonesian Postgraduate Network Symposium – Tukar Ilmu Mahasiswa Mancanegara

The 41st Indonesian Postgraduate Network Symposium (Simposium Jejaring Pascasarjana Indonesia ke-41, atau IPN) diadakan dari tanggal 29 – 30 November 2022. 

“IPN adalah organisasi mahasiswa pascasarjana yang berdiri dibawah naungan Indonesian Forum di University of Melbourne”, jelas Jonathan Peter Tehisujarana, ketua IPN.

Indonesian Forum (IF) adalah program yang diselenggarakan oleh University of Melbourne sejak 1991. IF berusaha untuk berkontribusi kepada hubungan antara Australia dan Indonesia, melalui jejaring akademis bersifat informal yang mendukung pertukaran pengetahuan mengenai Indonesia. IF telah membahas topik-topik beragam termasuk gender, politik, dan sejarah. 

Jonathan mengatakan bahwa “Misi dari Indonesian Postgraduate Forum adalah mempromosikan mutual understanding, mempromosikan pertukaran budaya diantara mahasiswa pascasarjana di Indonesia dan di Australia. Khususnya yang meneliti tentang Indonesia. Ini dimulai tahun lalu dari support dari convenor Indonesian Forum tahun lalu [2021], Doktor Rachel Diprose dan Doktor Dave McRae, dan kemudian dilanjutkan lagi dibawah convenor Indonesian Forum sekarang, yaitu Doktor Ariane Utomo dan Doktor Annisa Beta.”

Beliau menjelaskan bahwa meskipun IPN baru didirikan di 2021, simposium ini berlanjut dari IF, dan oleh karena itu dianggap sebagai forum ke-41. 

Para peserta, selain dari University of Melbourne, juga meliputi mahasiswa pascasarjana dari The Australian National University (ANU), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Selain itu, ini adalah kali pertama di mana program IF mengundang siswa dari luar Australia. 

Untuk tanggal 29 November, isu yang dibahas sepanjang IPN adalah teknologi, dampak aplikasi Gojek terhadap masyarakat dan transportasi umum Indonesia serta topik media dan kekuasaan. Panel-panel dalam hari kedua (30/11/2022) menyajikan topik mengenai stabilitas kawasan dan dilema keamanan, nasionalisme dan sejarah Indonesia, dan wacana kenegaraan melalui platform digital. 

IPN ditutup pada akhir 30 November dengan sebuah Publishing Your Research Rountable yang merupakan diskusi antara Dr. Benjamin Hegarty, Dr. Annisa Beta, Dr. Ariane Utomo, Dr. Tiara Marthias, dan Dr. Inaya Rakhmani seputar proses publikasi penelitian dan pengalaman sekitar pekerjaan teliti. Meja bundar menawarkan nasihat-nasihat yang hangat, mendukung mahasiswa pascasarjana untuk saling berkomunikasi dan berhubung demi mengurangi stres dan kekhawatiran dalam kehidupan mereka. 

Setelahnya, Prof. Vedi Hadiz dari the University of Melbourne memberikan kata-kata penutup yang memotivasi siswa muda untuk melanjutkan perjuangan akademis mereka. Beliau bersyukur bahwa pemuda itu adalah generasi yang cerdas, dan berharap bahwa mereka bisa membuat kontribusi yang bernilai terpada lingkungan akademis. 

Sepanjang 2022, IPN telah menyelenggarakan beberapa acara lainnya untuk membangun jejaring antara mahasiswa pascasarjana. 

“Di dalam misi kita untuk mempromosikan cultural exchange dan communication, we’ve had a couple of events this year. Kita membuat ‘postgraduate seminar series’yang di mana kita undang teman-teman mahasiswa pascasarjana di Melbourne Uni dan partner university-nyaMelbourne Uni di Indonesia, yaitu UGM dan UI untuk berbicara tentang penelitian mereka dengan audience yang sesama mahasiswa pascasarjana,” jelas Jonathan.

So, it’s like a safe space where everyone can give critical input, interdisciplinary sometimes,” kisah Jonathan. 

IPN juga mempunyai sebuah online support series di mana mahasiswa pascasarjana bisa berbincang-bincang tentang tantangan-tantangan yang mereka alami dalam proses PhD atau Masters, seperti stres, burnout, cari kita bisa dealing with impostor syndrome, jelas Jonathan. 

Pertukaran budaya yang didorong oleh IPN “bukan melalui proses budaya yang kita mengerti sebagai standar, kayak makanan atau tari-tarian. Tapi kita lebih saling mengerti proses yang terjadi di universitas lain, proses yang terjadi di academic culture di Indonesia dan di Australia.” 

Jonathan menjelaskan bahwa proses ini sangat penting karena mahasiswa di kedua negara menghadapi tantangan yang mirip, dan mereka bisa meringankan tantangan itu melalui kerjasama dan pertukaran pengetahuan. 

Ia merekomendasikan mahasiswa lain untuk melibatkan diri dalam IPN sebagai pemimpin karena kesempatan untuk mendapat kontak profesional, dan, khususnya, untuk mendapat teman-teman baru. 

Teks: Victoria Winata 

Foto: Indonesian Postgraduate Network