17 Agustus 2021, Memaknai Hari Kemerdekaan Dalam Pandemi

Warga Indonesia di Victoria kembali merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76 pada tanggal 17 Agustus 2021. Meskipun kembali berada di bayang pandemi COVID-19, semangat kemerdekaan diaspora Indonesia tidak surut begitu saja. Untuk edisi Hari Kemerdekaan kali ini, OZIP berkesempatan mewawancarai tiga wajah diaspora Indonesia di Victoria mengenai merayakan Hari Kemerdekaan di tengah pandemi. Yuk, dibaca! 

Roswita Nimpuno, Penyiar Radio

Apa rencana bu Wita untuk merayakan Hari Kemerdekaan?

Wah, kalau di Melbourne dulu selalu ramai merayakan 17 Agustus dan apalagi di Adelaide. Saya selalu ikut sibuk dengan perlombaan-perlombaan dan kegiatan lain yg diselenggarakan masyarakat Indonesia. Tapi dengan pandemi ini kita nggak berani merencanakan apa-apa, takut sewaktu-waktu ada lockdown.  

Bagaimana bu Wita memaknai Hari Kemerdekaan di tengah suasana pandemi?

Karena saya punya acara radio, untuk memeringati hari kemerdekaan 17 Agustus saya selenggarakan acara khusus dengan lagu-lagu kemerdekaan, pembacaan proklamasi dan berita-berita terkini dari tanah air, semacaam acara khusus yang diadakan berbagai kumpulan masyarakat. Di tengah pandemi ini pasti kita lebih was-was dan tinggal di rumah. 

Makna hari kemerdekaan di masa pandemi adalah pengertian bahwa kita harus berjuang untuk bebas. Sekarang pun kita harus berjuang untuk melumpuhkan pandemi yg tadinya disangka akan berlangsung sebentar saja. Kita punya jiwa pejuang, makanya bisa merdeka. Hanya dengan berjuang–dalam hal ini bersabar, isolasi, jaga jarak, memakai masker–kita tunjukkan jiwa perjuangan kita dalam masa pandemi ini. Salam merdeka!

Diana Pratiwi, Presiden IDN Victoria

Apa rencana bu Diana untuk merayakan Hari Kemerdekaan nanti? 

Saya sudah dapat cuti dari kantor pada tanggal 17 Agustus ini, bila KJRI Melbourne akan mengadakan upacara kemerdekaan di KJRI, saya akan hadir.  Walaupun nanti adanya melalui Zoom, saya juga akan hadir.  Selain itu, saya akan menyetel beberapa lagu nasional bersama keluarga. 

Bagaimana bu Diana memaknai Hari Kemerdekaan di tengah suasana pandemi?

Makna Hari Kemerdekaan di tengah suasana pandemi ini sangat penting karena kita sebagai anggota masyarakat suatu negara yang merdeka dan berdaulat berkewajiban untuk ikut memutuskan mata rantai COVID-19 ini dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, mengikuti peraturan yang ditetapkan dan bersedia divaksin. 

Kita bersyukur sebagai bangsa Indonesia kita memiliki kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat. Tetapi harus diingat, kemerdekaan yang kita miliki ini adalah hasil perjuangan yang panjang. Disaat pandemi, waktu kita di rumah lebih banyak dan aktivitas media sosial kita semakin banyak.   

Jadi saya pikir, kemerdekaan di saat pandemi kita harus lebih bertanggung jawab   dalam menyaring berita-berita yang kita terima di media sosial sebelum sharing ke mana-mana karena banyaknya hoaks, misinformasi, tulisan yang menggiring opini bahkan memprovokasi.  Jangan sampai berita-berita yang kita sharing ini memecah belah bangsa.

Anton Alimin, Founder Jembatan Poetry Society

Bagaimana rencana pak Anton merayakan Hari Kemerdekaan nanti?

Sulit sekali membuat rencana dalam situasi COVID-19 seperti sekarang ini, di mana virus Corona masih gentayangan dan kita tidak tahu siapa yang sudah ketularan karena sifat dari virus ini masih belum diketahui secara pasti oleh para ahli virus dunia. Ditambah lagi dengan adanya variant baru yang menyebabkan COVID–19 semakin tidak jelas. Dan celakanya lagi vaksin yang sudah ada tidak menjamin bahwa anda bebas dari penularan Covid – 19 yang mematikan ini!

Ya rencana kami sederhana saja, mencoba berkebun mau tanam cabai dan terong yg selama ini gagal dan saya akan coba lagi kalau masih gagal, ya terima nasib, berarti memang tidak berbakat berkebun. 

Bagaimana pak Anton memaknai Hari Kemerdekaan di tengah suasana 

Pandemi?

Hari Kemerdekaan, dua kata tersebut selalu mengingatkan saya pribadi atau orang Indonesia seangkatan saya, di mana pesawat tempur MiG 19 & MiG 21 membuat angka 17 di angkasa. Di saat yang sama, Sukarno, yang lebih dikenal dengan nama Bung Karno akan berpidato jam 12 siang, sedangkan orang Indonesia sudah di depan radio atau televisi berjam-jam sebelumnya tak sabar menunggu suara Sang Proklamator dengan hati yang berdebar-debar untuk mendengar suaranya yang memukau! Itulah yang saya selalu ada di kepala setiap orang Indonesia pada hari 17 Agustus-an waktu itu!

Terus terang saja, semua orang Indonesia di luar Indonesia atau diaspora tentu merasa sedih melihat kenyataan apa yang terjadi dengan saudara-saudara kita di Indonesia saat ini. Dan yang lebih menyedihkan lagi kita tidak bisa pulang untuk ikut langsung membantu atau kalau terjadi sesuatu dengan keluarga kita di Indonesia. 

Australia yang termasuk negara maju saja sedikit kelabakan menghadapi COVID–19. Contohnya, pemerintah mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca hanya untuk usia 60 tahun ke atas, kemudian berubah 50 tahun keatas, iya ‘kan? Nah, Indonesia dengan ribuan pulau dan jumlah penduduknya lebih dari 270 juta, ya maklum saja lebih repot! 

Ya, untungnya semua diaspora Indonesia aktif sekali terutama di Victoria untuk berusaha membantu saudara-saudara kita di Indonesia dengan mengadakan acara-acara pengumpulan dana dan marilah kita membantu mereka dengan apapun yang bisa kita bantu.

Jadi ingat kata-kata Sukarno: “Ibu Pertiwi sedang membutuhkan konde yang indah oleh karena itu berikanlah apa yang engkau punya.  Kalau engkau punya bunga mawar, berikanlah bunga mawar. Kalau engkau punya bunga Kamboja, berikanlah bunga Kamboja…”

Saya yakin sampai saat ini, di saat-saat genting, selalu saja tangan-tangan Tuhan menyelamatkan tanah air tercinta!

***

Demikian wawancara OZIP dengan para diaspora Indonesia di Victoria. Meskipun situasi pandemi terus membayangi perayaan 17 Agustus yang kali ini, semoga semangat nasionalisme kita untuk membantu saudara sebangsa yang membutuhkan tidak pernah surut. Selamat ulang tahun yang ke-76 untuk Indonesia dan merdeka!