TERANG DALAM KEGELAPAN KITA 25 Desember 2019

Dalam situasi tertentu, melihat terang dalam kegelapan dapat menghilangkan perasaan takut. Anak-anak kecil biasanya merasa takut berada dalam kamar yang gelap tetapi rasa takut mereka akan hilang bila tiba-tiba ada lampu yang menerangi kamar mereka. Para pejalan kaki akan merasa takut berjalan di tempat yang gelap karena takut terpelosok ke dalam lubang. Para pengendara mobil juga akan merasa takut mengendarai mobil mereka di jalan yang gelap, khususnya apabila lampu kendaraan mereka mati. Akan tetapi, ironisnya, para pelaku kejahatan seperti pencuri dan perampok lebih memilih melakukan kejahatan di tempat yang gelap. Dengan kata lain, orang yang suka melakukan kejahatan lebih memilih untuk melakukan di tempat yang gelap atau tersembunyi.

Rasul Yohanes berkata bahwa manusia lebih menyukai gelap daripada terang sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yohanes 3:19). Pada pembukaan Injilnya, Yohanes menunjuk bahwa terang yang dimaksud di sini adalah Yesus (Yoh. 1:4-9). Dalam budaya Yahudi, konsep tentang “terang” itu sangat penting.  Terang menyingkapkan kebenaran.  Jadi, di sini rasul Yohanes ingin menegaskan bahwa Yesus datang sebagai terang. Kehidupan dan pengajaran Yesus menyingkapkan setiap pribadi sebagai orang berdosa (Roma 3:10), dan segala sesuatu yang salah kita lakukan secara moral (Roma 4:7).  Banyak orang lebih suka bersembunyi dalam kegelapan daripada berada dalam terang karena hal itu akan menyingkapkan keberadaannya (Yohanes 1:5; Yohanes 8:12). Itulah sebabnya tidak heran masih banyak orang menolak Yesus baik secara langsung atau tidak langsung.

Dalam perayaan Natal banyak orang senantiasa kelihatan sukacita. Keluarga bahagia selalu berkumpul berbagi hadiah Natal dan menikmati hidangan khusus sebagai tanda kegembiraan. Kalau demikian, mengapa kita berbicara tentang kegelapan dalam suasana gembira seperti itu?  Jawabannya adalah bahwa kita sudah biasa dengan kegelapan sehingga kita tidak dapat melihatnya.  Kegelapan rohani sangat universal sehingga menjadi tidak kelihatan.  Walaupun kegelapan itu tidak tampak akan tetapi dampaknya dalam kehidupan kita sangat terasa dan nyata dengan apa yang kita lakukan.  Karena itu, kebutuhan kita akan terang Tuhan menjadi jelas bila kita menyadari kegelapan yang ada di sekitar kita. Mengingat terang yang dikatakan oleh Alkitab adalah Yesus sendiri, maka kita tidak akan mengerti Natal bila kita tidak mengenal Yesus dan mengapa Ia datang ke dunia dua ribu tahun yang lampau.

Tentang kegelapan yang dimaksud, secara rohani ada dua bagian dalam hidup kita yang kita perlu ketahui, antara lain: 1) Kegelapan hati (John 1:4-5; Roma 1:21). 2) Kegelapan pikiran (2 Korintus 4:3-4; 1 Korintus 2:14).

Jika ini permasalahannya, lalu pengharapan apa yang dapat diperoleh oleh manusia yang terpisah dari Allah? Jika manusia tidak dapat melihat atau mengenal bahwa Allah ada, tidak mengakui karya ciptaan-Nya, dan tidak mengerti Injil ketika mereka mendengarnya? Jadi siapa yang dapat diselamatkan?  Yesus menjawab pertanyaan ini sebagai berikut:  “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah.  Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (Markus 10:27).

Terang bersinar dalam kegelapan

Untuk sungguh-sungguh merayakan Natal maka haruslah kita mengakui bahwa “terang itu telah datang ke dalam dunia” (Yohanes 3:19). Ketika Yesus lahir di Bethlehem Ia menggenapi kata-kata nabi Yesaya yang ditulis sekitar  600 atau 700 tahun sebelumnya, yang berbunyi, “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yesaya 9:1).

Lalu bagaimana caranya terang Kristus dapat menerangi hati dan pikiran mansuia? Menjawab pertanyaan ini, rasul Paulus menulis, “Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan yang nampak pada wajah Kristus.” (2 Korintus 4:6). Jadi sangat sederhana, bahwa Allah sendiri mengusir kegelapan kita, dan melenyapkan kebutaan dari jiwa kita.  Ia melakukannya melalui pekerjaan Rohnya kepada “semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal menjadi percaya” (Kis. 13:48). Apa yang mereka lihat? Kemuliaan Allah pada wajah Kristus; yakni kebutaan mereka digantikan oleh terang; pandangan mereka dipenuhi oleh Kristus; pikiran mereka kagum akan kemuliaan-Nya, hati mereka penuh dengan kasih-Nya; rasa cinta mereka diangkat oleh anugerah-Nya; mereka mengenal kemegahan, baik pribadi dan maksud Allah.

Selamat hari Natal 25 Desember 2019 dan Tahun Baru 1 Januari 2020