Ineke Hendarto, Pengalaman Sembuh dari Kanker Payudara

Tidak ada orang yang ingin menderita penyakit kanker. Namun bagi kaum wanita, kanker payudara atau breast cancer lebih berbahaya dan bisa menimbulkan penderitaan yang berkepanjangan. Kesadaran akan penyakit kanker payudara sudah mengalami peningkatan yang signifikan, ditandai dengan bulan Oktober yang dinyatakan sebagai bulan kesadaran kanker payudara atau Breast Cancer Awareness Month. Oleh karena itu, OZIP berkesempatan untuk mewawancarai ibu Ineke Hendarto yang merupakan seorang penyintas penyakit kanker payudara. Selamat membaca! 

Apa yang bisa bu Ineke ceritakan mengenai kanker yang dialami ibu?

Sekitar akhir Juni 2020, saya menemukan benjolan kecil di payudara sebelah kiri secara tidak sengaja. Benjolan itu kecil saja, kadang terasa, kadang hilang. Kemudian ‘penemuan’ itu saya diskusikan dengan tante yang tinggal serumah dengan saya, dan tante menganjurkan saya untuk diperiksakan ke dokter (GP) dan setelah itu memberi surat untuk melakukan tes Mammogram dan Ultrasound. Langkah itu diambil dikarenakan usia saya yang dibawah 50 tahun dan ada riwayat breast cancer di keluarga saya dimana nenek dari mama saya meninggal karena breast cancer

Dari hasil ultrasound memang terlihat ada benjolan sebesar 2mm dan saya dikirim ke dokter spesialis (Breast Surgeon) supaya benjolan itu diperiksa lebih lanjut, lalu mengirim saya untuk melakukan biopsy. Dari hasil biopsy itulah diketahui kalau benjolan itu adalah Invasive Ductal Carcinoma (IDC) atau breast cancer dan berdasarkan karakteristik kanker saya termasuk agresif (grade 3).

Selain itu dari biopsy juga menunjukkan hasil test 3 hormon E+, P+ dan HER2 yang akhirnya diketahui bahwa hasil ketiganya negative, itulah yang disebut triple-negative breast cancer yang menurut data merupakan 10%-20% dari breast cancer dan satu-satunya pengobatan harus menjalani kemoterapi. Dari sini saya dikirim untuk konsultasi dengan dokter specialis kanker (Oncologist) untuk membicarakan perawatan yang tepat.

Bagaimana perasaan bu Ineke pada saat itu?

Saya divonis breast cancer di awal Oktober 2020. Pada saat hasil biopsy disampaikan oleh dokter spesialis, perasaan saya waktu itu kaget dan istilah-istilah kedokteran yang sama sekali baru buat saya membuat saya bingung harus bagaimana atau bertanya apa. Apalagi waktu bertemu dokter itu saya sendirian, tidak ada yang mendampingi saya dikarenakan saat itu Melbourne sedang ada pembatasan kegiatan masa COVID-19. 

Yang ada di pikiran saya bagaimana saya bisa mengerti tentang penyakit ini and perlahan-lahan menerima penyakit ini sebagai bagian dari saya setelah itu mengusahakan yang terbaik untuk bisa melawannya. Sepulangnya dari dokter, saya berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit saya dari internet dan juga bertanya pada ahli medis lain yang bisa memberikan penjelasan yang sederhana dan bisa saya mengerti.

Perawatan apa saja yang ditempuh oleh bu Ineke pada saat itu?

Sebelum memulai perawatan, saya sempat menjalankan berbagai macam test mulai dari MRI, CT scan dan PET Scan sampai bone biopsy karena hasil dari CT scan menunjukkan ada ‘sesuatu’ di beberapa tempat di dekat tulang, yang berarti kemungkinan bahwa kanker sudah menyebar ke tulang. Tapi syukurlah hasilnya menggembirakan, tidak ditemukan sel kanker di tempat lain/tulang. 

Pada bulan November 2020 saya mulai menjalani kemoterapi selama 4 bulan. Kemoterapi bertujuan untuk mengecilkan sel kanker, yang sudah membesar sejak pertama kali ditemukan. Setelah itu dilakukan operasi di bulan April untuk mengangkat sel kanker yang telah mati oleh kemoterapi agar jangan ada yang tersisa. Dari hasil operasi ternyata saya harus melakukan operasi kedua selang seminggu dari operasi pertama karena diketemukan Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) atau pre-cancer yang hanya bisa dihilangkan dengan cara operasi.

Setelah operasi, perawatan terakhir adalah Radiotherapy/Radiasi yang dilakukan setiap hari selama 20 kali dan berakhir di akhir Juni 2021. Selain itu saya juga melakukan tes yang dinamakan tes genetik untuk mencari tahu apakah kanker saya diturunkan secara genetik mengingat saya mempunyai riwayat kanker khususnya breast cancer dalam keluarga.

Bagaimana proses pemulihan bu Ineke dari kanker?

Saya berusaha menjalankan semua perawatan yang diberikan oleh dokter dengan patuh dan sabar. Selain itu juga berusaha untuk hidup lebih sehat, olah raga dan merubah pola makan yang lebih sehat dan bergizi untuk memulihkan imun tubuh yang sempat down karena kemoterapi dan sampai sekarang pun saya masih merasakan efek samping dari kemoterapi. Walaupun sekarang ini perawatan saya sudah selesai dan dinyatakan bersih, saya masih harus kontrol ke dokter rutin dan melakukan test Mammogram dan Ultrasound setahun sekali.

Apa pelajaran yang bu Ineke petik dari pengalaman ini?

Bahwa hidup ini begitu berharga, terutama kesehatan yang harus kita jaga. Doa dan support dari keluarga dan teman yang juga penyintas breast cancer sangat membantu, menguatkan dan menyemangati saya dalam menghadapi dan menjalani rangkaian perawatan yang sedemikian panjang. Selain itu teknologi dan pengobatan sekarang juga sudah maju dan banyaknya riset tentang kanker yang memungkinkan lebih banyak orang untuk sembuh dari kanker.

Apa pesan bu Ineke mengenai penyakit kanker?

Setiap orang mempunyai benih sel kanker di dalam tubuh dan kita tidak tahu bagaimana penyebab sel itu tercipta sehingga muncul sebagai penyakit. Maka dari itu, kenali tubuh kita masing-masing sehingga ketika ada hal-hal yang tidak biasa terjadi pada tubuh kita, bisa langsung diketahui lebih awal dan diberikan perawatan yang tepat. 

Bagi yang punya riwayat keluarga dengan breast cancer, setelah umur 40 tahun, ada baiknya melakukan test mammogram setahun sekali. Selain itu, tidak ada salahnya menambah pengetahuan tentang breast cancer baik dari seminar atau membaca artikel supaya kita semua lebih waspada, bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk keluarga, kerabat dan teman kita. 

Teks: Ineke Hendarto dan Jason Ngagianto 

Foto: Berbagai sumber