Adrenaline Junkie: SKYDIVE FOX GLACIER IS A MUST!

S

ebagai mahasiswa internasional, jalan-jalan menjadi salah satu hiburan utama di kala liburan datang. Daripada pulang kampung ke negara asal, mengeksplor negara sekitar tempat belajar menjadi alternatif yang sangat menarik, khususnya bagi saya yang memiliki masa studi sangat singkat, yaitu satu setengah tahun. Tidak ingin melewatkan kesempatan yang ada, saya pun memutuskan untuk membentuk tim jalan-jalan untuk mengunjungi New Zealand. Satu hal yang menyatukan grup perjalanan ini adalah kami sama-sama keranjingan ingin mencoba olahraga ekstrem: skydiving!

Ada beberapa titik penerbangan untuk olahraga udara ini, namun kami memutuskan untuk terbang dari Fox Glacier. Alasannya mudah, karena kami menemukan bahwa Fox Glacier merupakan salah satu titik terbaik untuk melakukan skydiving. Orang-orang di Fox Glacier menyatakan bahwa mereka adalah Skydivers Glacier asli yang telah berpengalaman sejak 1997. Fox Glacier sendiri menjanjikan pemandangan luar biasa karena merupakan gletser Pantai Barat terbesar dan tertinggi yang memiliki lapangan bersalju terbesar dan paling dekat dengan Aoraki/Gunung Cook dan puncak-puncak tertinggi lainnya.

Terlebih lagi, agen penerbangan Fox Glacier ini memberikan tiga pilihan ketinggian penerbangan, mulai dari 9,000 kaki di atas permukaan laut yang dibanderol $249 untuk 30 detik terjun babas, 13,000 kaki di atas permukaan laut seharga $299 untuk 50 detik terjun bebas, dan bahkan yang paling tinggi adalah 16,500 kaki di atas permukaan laut seharga $399 untuk 70 detik terjun bebas. Tentunya, Anda bisa membayar lebih untuk mendapatkan dokumentasi penerbangan Anda, yaitu $95 untuk foto, $149 untuk video, dan $179 untuk combo foto, video, dan kaos gratis. Kami memutuskan utnuk memilih ketinggian sedang, yaitu 13,000 kaki di atas permukaan laut, dilengkapi dengan dokumentasi combo.

Titik penerbangan Fox Glacier ini berjarak 25 menit berkendara ke selatan Gletser Franz Josef dan empat jam di utara Queenstown. Lapangan terbang ini hanya berjarak lima menit berjalan kaki dari desa Gletser Fox.

Puncak Fox Glacier memiliki beberapa lapangan salju terbesar dan paling spektakuler di Selandia Baru. Saat salju dan es bergerak menuruni lembah-lembah raksasa itu terbuka, pemandangan luar biasa penuh keagungan terhampar luas di depan mata. Penting untuk diperhatikan, kenakanlah pakaian yang cukup hangat dan sepatu yang kokoh. Agen penerbangan akan menyediakan jumpsuits, sarung tangan, kacamata dan helm.

Dari Oktober hingga Mei, penerbangan biasanya dilakukan pada pukul sembilan pagi dan tiga 00 siang, sedangkan dari bulan Juni hingga September, pukul Sembilan pagi dan setengah tiga siang. Kami memilih untuk terbang pada pukul tiga siang, namun karena cuaca buruk, mendung dan berangin kencang, maka penerbangan kami ditunda hingga keesokan harinya, yaitu pukul Sembilan pagi. Sangat penting untuk menghubungi agen penerbangan sebelum meninggalkan akomodasi Anda, karena cuaca bisa berubah-ubah dan terjadi penundaan perjalanan. Untunglah keesokan harinya pagi cerah dan kami pun siap untuk terbang.

Persiapan penerbangan dimulai dengan mengisi data diri dan meninbang berat badan. Setelah itu para turis akan dibawa ke area lain, mereka akan menerima jumpsuit, helm, dan kacamata. Saat berganti baju, turis juga akan berkenalan dengan instruktur mereka masing-masing, karena skydive ini merupakan penerbangan tandem, jadi turis tidak perlu khawatir. Mereka akan dipasangkan dengan instruktur skydive yang sudah berpengalaman di bidangnya. Setelah siap dengan pakaian terbang, para instruktur akan menjelaskan mekanisme terjun bebas dan hal-hal penting yang harus dilakukan selama proses penerjunan. Pada tahap inilah proses dokumentasi dimulai. Para turis kemudian diarahkan untuk menuju ke pesawat. Pesawat kecil yang digunkan untuk membawa para turis terjun bebas hanya mampu menampung tiga pasang penerbang dan satu orang pilot pesawat. Jumlah kami waktu itu ada enam pasang penerbang, sehingga penerbangan dibagi menjadi dua grup. Saya waktu itu terbang bersama sepasang suami-istri dari Amerika yang sedang berbulan madu, tentunya kami didampingi oleh tiga instruktur. Nah, bagi pasangan pecinta olahraga ekstrem, kegiatan ini bisa dimasukkan ke dalam daftar berlibur.

Sepanjang penerbangan hingga menuju ketinggian 13,000 kaki di atas permukaan laut, instruktur kembali menjelaskan mekanisme penerjunan dan pendaratan. Begitu sampai ke titik yang dituju, pintu pesawat pun dibuka. Saya menjadi orang pertama yang melompat keluar dari pesawat. Jantung saya mulai berdegup kencang, rasa girang yang bercampur dengan takut melebur menjadi satu. Instruktur saya berusaha melucu untuk membuat suasana menjadi santai dan berteriak bahwa kami siap terjun. Begitu kaki saya tekuk, instruktur pun mendorong kami berdua untuk terjun bebas dari pesawat. Bisa saya rasakan tekanan udara yang sangat kuat. Instruktur saya terus menyemangati untuk tersenyum karena dia akan mendokumentasikan momen-momen ini. Jujur saja saya cukup kesulitan untuk mempertahankan bentuk senyum yang pas, alhasil saya malah merasa semua angin yang ada di sana memasuki rongga mulut hingga kerongkongan saya terasa kering.

Setelah 50 detik terjun bebas, instruktur pun membuka parasut dan kami mulai terjun dengan perlahan. Pada saat ini Instruktur mulai menjelaskan pemandangan yang kami lihat, mulai dari Danau Matheson, pedesaan, dan gunung-gunung bersalju yang terhampar luas di sekitar kami. Hingga akhirnya instruktur saya mulai memberikan aba-aba bahwa kami akan segera mendarat di sebuah peternakan di bawah kami. Bisa saya lihat sebuah mobil van sudah menunggu untuk membawa kami pulang ke titik penerbangan awal. Akhirnya kami pun mendarat dengan mulus.  Setelah menunggu semua kru lengkap, mobil pun bergegas membawa kami pulang. Sesampainya di ruang resepsionis, kami diminta menunggu sebentar dan kemudian diberikan sebuah kaos dan flashdisk yang berisi foto dan video dokumentasi penerbangan kami.

Kepala saya sedikit pusing selama penerjunan, tetapi rasa lega dan bangga pernah skydive di sini memenuhi relung hati saya yang pecinta ketinggian ini. Bagi Anda yang menyukai olahraga ekstrem, jangan lewatkan melakukan skydiving saat berkunjung ke Selandia Baru. Pengalaman yang Anda rasakan sepadan dengan semua biaya yang Anda keluarkan. Hal yang paling penting adalah sisihkan minimal dua hari untuk berada di area ini, karena seringkali terjadi penundaan penerbangan dikarenakan kondisi cuaca yang berubah.

Teks dan foto: Siti Mahdaria