CATATAN HARIAN WISATA INDONESIA #62: Mamasa dan Desa Tondok Bakaru

OZIPmates yang budiman, selamat merayakan HUT ke-78 Republik Indonesia!

Pembangunan di era kemerdekaan membutuhkan tali perekat sebagai ikatan pemersatu bangsa. Oleh karena itu, pariwisata Indonesia berperan strategis dan positif bagi persatuan bangsa. Melalui pariwisata, tali silahturahmi sebagai satu bangsa yang merdeka diperkuat melalui penerimaan akan kekayaan budaya, suku, adat dan harmoni keberagaman di bumi nusantara. Kekuatan persatuan inilah yang menciptakan kehidupan yang aman sentosa serta pemerataan kesejahteraan yang berimplikasi positif pada citra Indonesia di mata dunia internasional.

Salah satu kantong pariwisata budaya yang penting di Indonesia berada di Pulau Sulawesi. Bagi sebagian besar OZIPmates tentu lebih familiar dengan destinasi Tana Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat, yang terpisah sekitar 4 jam perjalanan darat. Salah satu hal yang menarik dari Kota Mamasa adalah mayoritas penduduknya memiliki adat yang sangat mirip dengan warga Toraja namun memiliki daya tarik unik pembeda.

Pada laman resmi Provinsi Sulawesi Barat, Mamasa dirancang sebagai destinasi unggulan wisata pemerintah daerah yang berbasiskan tradisi kepercayaan tradisional Mappurondo, budaya Mebaba dan Mangngaro. Terdapat pekuburan berbentuk kerbau, kampung tradisional Ballapeu, dan daya tarik alam seperti Air Terjun Sarambu dan Air Terjun Sambabo setinggi 100 meter, hingga Air Panas Rambusaratu yang berada di area sekitar Desa Tondok Bakaru.

Desa Wisata Tondok Baru menjadi core (inti) dari destinasi Mamasa karena telah ditetapkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sebagai bagian dari 50 desa wisata unggulan Indonesia.

Desa Tondok Baru berada tepat di bawah kaki Gunung Mambuliling, salah satu gunung tertinggi di pulau Sulawesi. Budayanya yang unik juga tergambarkan dari kain tenun yang dikenal berkualitas tinggi, suburnya lahan pertanian dan perkebunan, pemandangan sawah dan suburnya budidaya bunga anggrek menjadi ikon desa wisata ini.

Ada daya tarik alami dan buatan yang saling menunjang, kemudian tumbuh secara organik dan kreatif menghasilkan fasilitas penunjang unik oleh komunitas setempat. Contohnya adalah Citol Hill yang dikelola mandiri oleh komunitas desa, area camping dan outing di Hutan Pinus Bukit Lenong, hingga homestay yang dikelola mandiri dan telah disertifikasi pemerintah sehingga dapat memenuhi ekspektasi kebersihan hingga kemudahan akses wifi bagi kebutuhan wisatawan yang akan tinggal.

Sejenak setelah menikmati keindahan Mamasa dan Desa Wisata Tonduk Bakaru, pengunjung dapat duduk bercerita bersama warga lokal menikmati Deppa Tori (kue iris), Roti Pessu (roti bola golf), Leong (sayur daging babi rempah Mamasa) ditemani Kopi Mamasa panas yang terkenal hingga Eropa.

Travel, enjoy and learn. Ayo kunjungi Indonesia.

Teks: Rio S. Migang | EcoPlan Australia & Singapura 

Foto:  Istimewa (berbagai sumber)