The Joy of Less – Seni Hidup Minimalis

Dalam menjalani kehidupan, seringkali kita merasa perlu memulai lembaran baru. Ketika hidup dirasa terlalu melelahkan dan berantakan, sebuah momen perlu dimanfaatkan untuk mendorong kita merapikan kekacauan dalam hidup kita. “Ayo, buka lembaran baru!” Teriakan ini menjadi mantra bagi mereka yang kerap mendambakan kesegaran dalam hidup. Namun, sering kali kita bertanya, dari mana sebaiknya kita memulai perubahan ini? Salah satu jawabannya ternyata terletak pada merapikan apa yang terlihat oleh mata.

Melalui buku The Joy of Less: A Minimalist Guide to Declutter, Organize, and Simplify, Francine Jay telah berhasil membantu ratusan ribu orang menyederhanakan hidup. Dalam tulisannya, Jay mengenalkan metode STREAMLINE untuk menerapkan gaya hidup minimalis. Sebuah jawaban atas pertanyaan “Mulai dari mana?” ketika hidup rasanya ingin di-reset saja.

Metode yang telah dibagikan dalam situs seperti CNN, BBC, The Guardian, Forbes, dan The Huffington Post ini akhirnya sampai ke lebih banyak orang dalam bentuk buku setebal 288 halaman. Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris, kini, OZIPMates bisa membaca buku terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Buku ini bisa membimbing anda menuju rutinitas yang lebih baik, teratur, dan bermakna. Jay menjelaskan langkah-langkahnya secara runut dengan pendekatan yang sangat teknis.

Jay memulai tulisannya dengan mengenalkan pola pikir minimalis. Pada bab awal, Jay meyakinkan banyak pembaca bahwa sedikit barang akan mengurangi stres dan membuat manusia merasa lebih merdeka. Manusia bisa lebih bahagia dengan merasa “cukup”, bisa bebas menyukai tanpa perlu memiliki. Ketika kita memutuskan untuk memiliki sebuah barang, itu artinya kita harus memutuskan juga barang apa yang bisa dikeluarkan dari hidup kita. Pastikan bahwa segala sesuatu yang kita miliki ada gunanya dan memang akan digunakan.

Menariknya, meskipun gaya hidup minimalis identik dengan hidup cukup memenuhi kebutuhan dasar, buku ini justru memberikan fokus lain yang lebih membantu. Tentunya, hal itu pula yang menjadikan buku ini cocok menjadi buku panduan gaya hidup. Jay memberikan pandangan bahwa persepsi setiap orang tentang ‘cukup’ berbeda sesuai dengan gaya hidup masing-masing. Tujuan gaya hidup minimalis hanyalah mencapai kebutuhan personal secara optimal, tanpa merasa harus ada lebihnya.

Kemudian, masuk pada pembahasan metode STREAMLINE yang Ia kenalkan. STREAMLINE sendiri terdiri dari:

  • Start over, segera mulai aktivitas menata kamar tanpa menunda-nudanya.
  • Trash, treasure, or transfer, pilih barang untuk dibuang, disimpan, atau diberikan kepada yang lebih membutuhkan.
  • Reason for each item, setiap barang harus memiliki alasan kuat mengapa Ia disimpan.
  • Everything in its place, letakkan barang pada tempatnya, segera setelah selesai menggunakannya.
  • All surface clear, semua permukaan datar seperti lantai dan meja harus dibiarkan kosong dan rapi.
  • Modules, siapkan wadah untuk menyimpan barang dengan membagi-baginya sesuai kebutuhan.
  • Limits, membatasi barang-barang yang dimiliki.
  • If one comes in, one goes out, jika ada satu barang baru, keluarkan satu barang lama.
  • Narrow down, kurang benda-benda yang lama tidak terpakai atau sudah tidak digunakan.
  • Everyday maintenance, merawat kerapian rumah setiap hari.

Dengan metode ini, kita bisa memaksimalkan ruang, waktu, dan energi, serta menjaga tempat tinggal agar tetap rapi. Tak ada lagi kamar dengan boneka berjejalan, dapur dengan pernak pernik yang tak diperlukan, atau ruang keluarga dengan pajangan berdebu akibat tak terurus. Detailnya, Jay menjabarkan cara menangani setiap bagian ruangan di dalam rumah di bab ketiga dalam bukunya.

Terakhir, pembaca dimantapkan dengan penjabaran manfaat konsep minimalis. Bagaimana perubahan yang sederhana membuat kita lebih ramah lingkungan sehingga mampu melestarikan bumi untuk generasi berikutnya. Tak hanya itu, metode ini juga memberikan efek hemat dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Dengan demikian, metode ini membantu meningkatkan kualitas hidup penghuni rumah.

Setelah mengulas semuanya, hal terakhir yang tak kalah krusial adalah kesadaran para pembaca yang ingin menerapkan gaya hidup ini. Setelah memulai babak baru dalam hidup, pastikan untuk menjaga dan mempertahankan kebiasaan tersebut. Bagaimanapun, mempertahankan rutinitas baru yang lebih ideal sangat penting sebab akan membentuk habit. Karena bagaimanapun, gaya hidup ini hanya bisa terwujud ketika pembaca menerapkan ilmu yang didapat dari hasil bacanya.

Teks: Siti Mahdaria dan Diana Dwi Annisa