Paul G Tirtha
Konsultan Migrasi/Migration Consultant
Peluang untuk mendapatkan PR Australia tetap terbuka, karena target pemerintah untuk menerima migran baru setiap tahun, itu semakin besar. Tahun 2014-2015 ini ditargetkan di atas 190.000 migran baru untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Australia.
Dibandingkan dengan sebelum 2010 atau 2011, tentu saja banyak regulasi baru. Setiap regulasi baru tujuannya untuk memperbaiki sistem yang ada, bukan mengurangi peluang mendapatkan PR Australia. Sistem imigrasi diperbaiki secara menyeluruh, termasuk proses pengajuan visa yang melalui sistem skill select. Proses ini sebetulnya untuk memudahkan Departemen Imigrasi Australia memilih calon skilled migrant yang berkualitas.
Peraturan imigrasi setelah 2010 mencegah terjadinya manipulasi mendapatkan PR melalui study di Australia seperti yang terjadi sebelumnya, misalnya hanya dengan belajar Cookery atau Hairdresser selama dua tahun lalu bisa mendapatkan PR. Ini menyebabkan perkembangan industri pendidikan yang hanya menjual peluang mendapatkan PR. Oleh karena itu, banyak penerima PR sebelum 2010 yang sebetulnya tidak memenuhi target pemerintah untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan.
Banyak orang menyangka bahwa sistem skill select menghalangi kemungkinan untuk mengajukan PR langsung. Pada kenyataannya, mereka yang memenuhi syarat dan bisa mencapai 60 point test, dengan mudah bisa mendapatkan Invitation untuk mengajukan PR Australia.
Dengan peraturan baru saat ini, lebih sedikit kemungkinan terjadinya “study untuk mendapatkan PR”. Aturan ini yang dirasakan lebih ketat oleh para pelajar internasional di Australia. Aturan ini mengurangi kemungkinan mendapat PR langsung setelah study di Australia untuk mereka yang masih dibawah umur 25 tahun dan kurang menguasai Bahasa Inggris. Sebagai gantinya, pemerintah memberikan kesempatan mendapat pengalaman kerja di Australia melalui post study work visa untuk lulusan semua bachelor degree dan lulusan pendidikan yang lebih tinggi dari universitas di Australia.
Sebaliknya, tenaga ahli yang lebih dewasa (di atas 25 tahun), mempunyai pengalaman kerja sedikitnya 3 tahun, dan menguasai Bahasa Inggris, bisa memenuhi syarat untuk mengajukan PR, tanpa harus melalui studi terlebih dahulu di Australia. Ini membuka kemungkinan bagi mereka yang memenuhi syarat untuk mengajukan PR secara langsung. Termasuk juga mereka yang hanya melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Australia. Untuk mereka ini, justru peraturan baru terasa lebih mudah. Tentu saja aturan ini dibarengi dengan proses yang lebih teliti, melalui expression of interest dan skill select system.
Masalah Utama
Masalah utama dari orang yg berasal dari Indonesia adalah penguasaan Bahasa Inggris. Jarang yang sanggup dengan mudah mencapai IELTS 7,0. Pelamar dari Malaysia, Singapura dan Filipina lebih berhasil dalam hal ini. Mungkin di masa depan, setelah banyaknya sekolah internasional di Indonesia yang lulusannya bisa lebih menguasai Bahasa Inggris, akan meningkatkan daya saing.
Masalah lainnya adalah sistem pendidikan di Indonesia, terutama di bidang trade occupation, belum banyak yang bisa menyamai standar Internasional atau standar Australia. Kebutuhan tenaga pertukangan di Australia misalnya, itu sangat besar dan kebanyakan masih diisi oleh tenaga dari negara lain selain Indonesia.
Pada dasarnya, mereka yang telah mempunyai skill yang memenuhi syarat, pengalaman kerja lebih dari 3 tahun dan menguasai Bahasa Inggis yang cukup, dengan mudah bisa mendapatkan PR baik secara independen maupun melalui state sponsorship.
The Chance to get PR Remains Open
The chance to get Australian PR (Permanent Residency) remains open, because the government’s target for receiving new migrants each year continues to grow. In 2014-2015 over 190,000 migrants were targeted to support growth in the Australian economy.
Compared to 2010 or 2011 there were certainly a lot of new regulations. Each new regulation aims to improve the existing system, not to reduce the chance of getting Australian PR. The immigration system has improved on the whole, including the visa application process through a select skill system. This process is actually to facilitate the Australian Immigration Department selecting qualified candidates as skilled migrants.
The immigration regulations after 2010 are to help prevent manipulation when obtaining an Australian PR through study in Australia, as happened in the past, for instance, by studying Cookery or Hairdressing for two years you could get PR. This led to the development of an education industry that sells opportunities to obtain PR. As a result, many recipients before 2010 did not actaully reach the government’s requirements of the labor needed.
Many people think that the select skill system hinders the possibility to apply for PR directly. In fact, those who are qualified and can reach the 60-point test, can easily get an Invitation to apply for an Australian PR.
With the new rules, there exists less possibility of “studying to get PR”. The rules are perceived to be more stringent by international students in Australia. They reduce the possibility of getting PR directly after studying in Australia for those who are under the age of 25 and less proficient in English. Rather, the government provides an opportunity to gain work experience in Australia through a post study work visa for all bachelor degree graduates and higher education graduates from universities in Australia.
Conversely, more mature experts (over 25 years), who have at least 3 years work experience, and have a good understanding of the English language, may be eligible to apply for PR, without having first studied in Australia. This opens the possibility for those who are eligible to apply for PR directly. Including those who continue their studies to a higher level in Australia. For them, it is clear the new regulations make things easier. Of course, these new rules are coupled with a more rigorous process, through expression of interest and skill select system.
The Main Problem
The main problem for people who come from Indonesia is their ability to master English. Rarely are they able to achieve an IELTS of 7.0. Applicants from Malaysia, Singapore and the Philippines are more successful in this regard. Perhaps in the future, when there are a greater number of international schools in Indonesia, this will help make graduates more proficient in English and will improve competitiveness.
Another problem is the education system in Indonesia, particularly in the field of trade occupation, not many can match the international standard or indeed the Australian standard. For instance, carpentary labor requirements in Australia, the standards are high and mostly filled by people from countries other than Indonesia.
In essence, those who have qualified skills, who have work experience of 3 years or more and a good understanding of the English language, can easily get PR either independently or through state sponsorship.
Foto: by Ineke Iswardojo