Pameran Foto Sukarno

‘Walau jauh di seberang, saya ikut senang dan bangga melihat koleksi foto Sukarno dipamerkan. Salut!’

Mari kita lihat asal mula sejarah dari Pameran Foto Sukarno ‘Unveiling Sukarno’ atau lebih enak kedengarannya Pameran Bung Karno yang diadakan dari tanggal 1 – 14 Juni 2023. Ini merupakan pameran Bung Karno pertama di Melbourne atau mungkin di Australia seingat penulis.

Ide untuk mengadakan Pameran Sukarno timbul dari Presiden AIAV Bu Nani Pollard sendiri tapi uniknya tidak ada pertanyaan ‘Apakah bersedia?’ Dan juga tidak ada jawaban ‘Ya bersedia!’ Di sini terjadi komunikasi orang Indonesia generasi 50 – 60an di mana sama-sama tahu bahwa kalau menyangkut Sukarno semuanya setuju untuk melakukannya karena ‘Demi Revolusi’ dan ‘Revolusi Belum Selesai!’ Dan juga kenapa memilih penulis sebagai kuratornya dan satu-satunya alasan adalah karena sukses sebelumnya di Pameran Foto Ultah ke-60 AIAV 2016 di Mt. Waverley. Perbedaannya waktu itu tidak melibatkan begitu banyak pihak tapi kali akan melibatkan banyak pihak.

Kemudian rapat di rumah Pak Peter Dart (Sekretaris AIAV) dan secara resmi pameran Sukarno dicanangkan! Walaupun ada intrik-intrik internal seperti pertanyaan: ‘Kenapa tidak diadakan di galeri khusus untuk pameran foto? Kenapa harus di University of Melbourne? Berapa biayanya? Apakah harus bayar untuk masuk melihat pamerannya? Di sini semua yang ikut rapat kelihatan tidak mau membuat ibu bendahara Siska Wijayanti hatinya ‘ketar ketir atau was-was dan kemudian tidak bersedia mengeluarkan uang!

Suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah bahwa sulit bagi orang yang bukan orang Indonesia untuk mengerti mengapa hampir semua orang Indonesia begitu mengagumi sosok Sukarno bahkan sampai begitu mendewakannya. 

Trompet sangkakala sudah ditiup dan keputusan presiden sudah keluar dan semua harus mendukung dan kalaupun ada yang setengah hati mendukung tapi sebagai anggota dari AIAV tetap harus mendukung! Mau tidak mau! Untungnya, presiden kali ini punya akses langsung dan kenal Guntur Sukarnoputera.

Kemudian timbul pertanyaan kenapa harus di University of Melbourne? Penulis hanya bisa mengira-ngira kenapa ibu Nani memilih karena letak Gallery University of Melbourne di tengah kota dan mudah akses kendaraan umum mudah jadi semua orang bisa melihat foto Sukarno. Lagipula, AIAV merupakan salah satu organisasi tertua di Victoria yang mengajarkan Bahasa Indonesia. Dan juga alasan kedua mungkin karena Bu Nani pernah bekerja di Departemen Bahasa Indonesia sebagai guru Bahasa Indonesia!

Kiriman dari koleksi Guntur Sukarnoputera semula berjumlah 60 foto dan angka 60 cukup banyak. Dilema waktu itu adalah apakah dicetak dalam ukuran A4 atau A5? 60 foto dalam ukuran A4 cukup membutuhkan dinding yang luas, belum lagi tempat untuk ‘Keris Sukarno’, 2 buku ‘Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1 & 2, Gesuri, Sarimah, Mata Uang Kuno/Republik, Perangko Bung Karno! Ditambah lagi dengan foto Sukarno berukuran 72 x 107 cm yang sudah dibingkai dan bendera Indonesia dan bendera Australia!

Seperti juga pada waktu Pameran 60tahun Ultah AIAV 2016 harus ada bendera Indonesia – Australia karena yang mengadakan adalah salah satu organisasi tertua di Australia yang kebetulan bernama AIA – Australian Indonesia Association.

Foto pertama adalah Bung Karno bersama Zainul Zuhri, Menteri Agama & Aruji Kertawinata, tapi foto pertama bukan berarti yang paling penting.  Untunglah, Pak Peter Dart timbul ide di pikirannya untuk membagi 60 foto menjadi 4 bagian:

  1. BK & Pemimpin Dunia
  2. BK & Pemimpin Indonesia
  3. BK & Kejadian Khusus
  4. BK & Keluarga

Pembagian ini memudahkan waktu mensortir/memilih foto dan pada waktu memasukkan foto ke dalam kerangka foto, bisa dilakukan bertahap dan pada waktu memasang ke dinding bisa dilakukan lebih sistematis.

Tkasih juga kepada mantan Presiden AIAV Lester Levinson & Wakil Presiden AIAV Beth Cameron yang banyak membantu masalah ejaan. Terima kasih juga kepada Justin Wejak sebagai orang dalam University of Melbourne & Yahya Zakaria yang begitu sabarnya menerima banyak perubahan kata/kalimat/ungkapan masalah katalog.

Ada juga ibu Roswita Nimpuno ikut menyumbang satu koleksi foto pribadi BK bersama sang Raden Hardjo Nimpuno, sebagai Direktur Komunikasi Penerbangan Garuda Indonesia, ibu Nani Pollard satu foto koleksi pribadi yaitu BK dan tim bola voli Asian Games (yang mana ibu Nani salah satu pemainnya). Tak kalah pentingnya ribuan terima kasih kepada Guntur Sukarnoputera yang sudah bersedia bersedia meminjamkan koleksi foto pribadi beliau yang memungkinkan Pameran Foto Sukarno berlangsung.

Juga terima kasih kepada pihak Konjen RI Melbourne, Bapak Kuncoro Waseso, pihak dari Universitas Melbourne Asian Institute seperti Prof. Vehdi, A/Prof. Edwin Jurriens, Ibu Miranti Kusomo, Kabo Lawyers, Anita Archer, James & Harry.

Dan tentu terima kasih media partner BUSET, Claudia Heil dari Sacred Heart Girls’ College dan Oscar Saffin dari Christian College Geelong yang telah melantunkan puisi untuk mempopulerkan bahasa Indonesia.

BUNG KARNO

Kau muncul di Timur cakrawala

Seperti seekor burung garuda putih

Pertanda baik bagi bangsamu

Ibumu memanggilmu Putra Fajar

Chairil Anwar menyebutmu ‘satu zat dengannya’

Kukutip nyanyian Chairil:

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat

Di zatmu di zatku kapal-kapal berlayar

Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh

Bansamu lagi mimpi

kapan lagi  garuda putih kembali

muncul di cakrawala Timur

apakah kau rela

melihat rakyatmu tetap mimpi

Bebaskan mimpiku dari belenggu tahyul

Bebaskan bangsamu dari praktek korup

Bebaskan bangsamu dari nepotisme

Karena bangsamu, bangsa Indonesia

Bukan bangsa tempe

(17 Agustus 2011)

Teks: Anton Alimin | Good Morning Indonesia with Poetry