Natal, Bunda Maria dan Tabut Perjanjian Baru

Bagi orang Katolik, Natal adalah perayaan iman akan kelahiran Yesus Kristus, Imanuel terjanji. Figur sentral pada perayaan ini adalah Yesus Kristus itu sendiri. Namun, sosok Bunda Maria tidak bisa dipisahkan dari perayaan Natal. Bunda Maria memiliki peranan penting dalam karya keselamatan karena dipilih Allah untuk mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkan Yesus, Putra Allah. Sejak awal Allah menyatakan janji pembebasan dan keselamatan sejati kepada keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Bagi orang Katolik, perjanjian ini terlaksana dalam diri Yesus, Sang Mesias. 

Perjanjian 

Allah tidak pernah ingkar janji. Janji keselamatan seperti yang dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama menjadi tampak dalam Perjanjian Baru seperti yang disampaikan dalam injil Lukas 1:26-38. Yesus, Putra Maria, disebutkan “[…] akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa Leluhur-Nya, dan ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Bdk 2 Sam 7:12, 13, 16; Yes 9:6) Israel baru akan dihimpun dari berbagai suku dan bangsa, di mana banyak orang akan menyaksikan pertolongan Allah yang tidak berkesudahan, dalam diri Imanuel yang artinya ‘Allah menyertai kita’. 

Menariknya, janji Allah ini disampaikan oleh Malaikat Gabriel langsung kepada Maria, seorang perawan yang sedang bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud (Lukas 1:27). Dalam diri Maria, kepenuhan keselamatan dari Allah dinyatakan. Maria dalam kerendahaan hatinya menjawab Viat Voluntas Tua (terjadilah padaku menurut perkataanmu). Maria menyiapkan diri dengan memberikan rahimnya sebagai Tabut Perjanjian Baru. 

tabut perjanjian

Maria: Tabut Perjanjian Baru

Kitab Keluaran bab 25 sampai dengan 31 menampilkan bagaimana ’spesifik-nya’ Allah saat Ia memerintahkan Nabi Musa untuk membangun Kemah suci dan Tabut Perjanjian. Disana diterangkan bagaimana harus membuatnya: ukurannya, bentuknya, bahannya, warnanya, pakaian imamnya, sampai seniman yang membuat-nya (Kel 31:1-6). Selanjtunya, dikatakan bahwa hanya imam (Harun dan keturunannya) yang boleh memasuki tempat Maha Kudus itu dan ia pun harus disucikan sebelum mempersembahkan korban di Kemah suci (Kel 40:12-15). Maka jika ia berdosa, akan meninggal seketika pada saat ia menjalankan tugasnya di Kemah itu (Im 22:9). Hal ini menunjukkan bagaimana Allah sangat mementingkan kekudusan Tabut suci itu. 

Tabut Perjanjian itu suci. Di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), dan dua loh batu kesepuluh sabda perintah Allah (Kel 25:16), dan tongkat imam Harun (Bil 17:10; Ibr 9:4). Demikianlah Maria sebagai tabut perjanjian baru memiliki keistimewaan karena kesucian dan kekudusan hidupnya dihadapan Allah. Makanya, Allah sendiri memilih Maria karena keutamaan itu. Bunda Maria, sang Tabut Perjanjian Baru, haruslah suci dan kudus, karena di dalamnya terkandung PuteraNya sendiri, manna baru: Sang Roti Hidup (Yoh 6:35), Sang Imam Besar yang Tertinggi (Ibr 8:1), Sang Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:14), yang kedatangan-Nya yang pertama kali dirayakan (Natal), dan kedatangan-Nya yang kedua pada akhir zaman (Parousia) dinantikan dengan penuh iman. 

Selanjutnya, tipologi Maria sebagai Tabut Perjanjian baru juga bisa kita lihat dalam kunjungannya kepada Elisabet, ibu Yohanes Pembaptis. Bila Daud bertanya, “Bagaimana Tabut Tuhan dapat sampai kepadaku?” (2 Sam. 6:9), ketika mendapat kunjungan Maria, Elisabet bertanya, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhan-ku datang mengunjungi aku?” (Luk 1: 43) Bila Daud bersorak di hadapan Tabut Perjanjian (2 Sam. 6:15), Elisabet pun “berseru dengan suara nyaring” di hadapan Maria (Luk 1:42). 

Ketika tabut perjanjian berada di tengah-tengah bangsa Israel, Daud dan seluruh pengikutnya bergembira ria, merasa aman dan tenang karena Tuhan menyertai mereka. Demikian pula ketika Maria, Tabut Perjanjian baru, ada beserta kita, maka pantaslah kita bersukacita karena janji Allah terlaksana secara paripurna dalam diri Yesus Kristus, yang kelahiran-Nya kita rayakan pada hari Natal.

Semoga perayaan Natal membawa damai dan sukacita bagi kita sekalian!

Teks : Fr. Blasius Trinold Asa, SVD