Don’t judge a book by its cover. Don’t judge these women just by what you see in our cover.
Kebaya dan kain tak mencerminkan mereka tradisional dalam pandangan dan keseharian. Sebaliknya, merekalah contoh-contoh perempuan modern dengan semangat emansipasi impian Kartini: punya kebebasan, kemerdekaan dan berdiri sendiri.
Dina Afrianty, Rini Handayani, Ririn Erinawati, Soraya Permatasari dan Konsul Jenderal terbaru kita Spica Tutuhatunewa adalah perempuan Indonesia yang ingin Kartini temui seperti dituturkannya dalam surat ke sahabat pena barunya Stella Zeehandelaar dua abad lalu.
“Saya ingin sekali berkenalan dengan seorang “gadis modern”, yang berani, yang dapat berdiri sendiri, yang menempuh jalan hidupnya dengan langkah cepat, tegap riang dan gembira, penuh semangat dan keasyikan, gadis yang selalu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan dirinya sendiri saja, tetapi berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan sesama manusia.”
Tak hanya sukses di dunia kerja pilihan masing-masing, mereka juga berjaya di luar negeri, di ranah global. Perempuan-perempuan ini bekerja untuk kebahagiaan mereka sendiri dan juga untuk masyarakat luas dan membuat bangga Indonesia di mata dunia.
We are so lucky to have Ibu Konsul Jenderal baru Spica A. Tutuhanewa untuk cover bulan ini. Bekerja untuk melayani masyarakat luas dan kebahagiaan sesama sepertinya menjadi aspirasi hidup diplomat muda yang penuh energi ini. Sewaktu kecil Spica ingin menjadi guru atau pendeta, dua profesi yang kental dengan pelayanan kemanusiaan. Kenali Ibu Konjen baru kita melalui wawancara spesial di kolom My Melbourne di halaman 10-11.
Dina mendorong perempuan untuk selalu speak up atas ketidakadilan yang mereka alami. Berani bicara, tak lelah mengangkat persoalan ketidaksetaraan yang dialami perempuan Indonesia menjadi topik penelitiannya selama dua dekade sebagai dosen dan peneliti.
Rini menari dengan hati bangga dan wajah gembira. Penampilannya lebih sering tradisional (tentunya, karena dia menarikan tarian tradisional Indonesia dengan kostum adat!), tapi jangan salah, pemikiran dan gaya hidupnya modern, sadar gender dan penuh semangat kebebasan dan kemandirian!
Ririn mewakili perempuan Indonesia yang berani mengambil tantangan di dunia engineering yang dianggap ‘milik lelaki’. Tak hanya dalam karir, Ririn juga empowers our Indonesian community in Geelong through cultural engagement in their new home in Australia.
Karakter menonjol Soraya diantaranya adalah sangat asertif, sifat yang sayangnya sering dianggap ‘tidak perempuan’. Tapi perempuan ini tidak gentar melawan stereotype dan maju terus pantang mundur untuk mengutarakan apa yang dia mau, bekerja keras dan strategis untuk mendapatkannya. Ditambah rasa ingin tahu yang tinggi dan fokus, Aya sukses dalam berkarir di dunia media global yang sangat kompetitif.