Memperingati Hari Puisi Sedunia: Dari Khalil Gibran Hingga Pidi Baiq

Sudah lebih dari dua dekade sejak World Poetry Day atau Hari Puisi Sedunia diperingati pertama kali pada tahun 1999. Sebagaimana dilansir un.org, UNESCO menetapkan tanggal 21 Maret untuk merayakan puisi sebagai “salah satu bentuk ekspresi budaya dan identitas yang paling berharga dari umat manusia”. 

Dipraktikkan sepanjang sejarah di setiap budaya dan benua, puisi berbicara pada nilai-nilai kemanusiaan kita bersama. Hari Puisi Sedunia ini juga merupakan ajang yang dibuat untuk mengapresiasi para penyair, menghidupkan kembali tradisi pembacaan puisi, mempromosikan pengajaran dan penulisan puisi, menjaga agar nilai-nilai bahasa tidak punah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan eksistensi puisi dan para penyair yang seringkali luput dari sorotan media massa.

Khalil Gibran

Emily Dickinson, seorang penyair perempuan terkenal pada abad ke-19 pernah berkata, “Jika saya membaca sebuah buku dan buku itu membuat seluruh tubuh saya menjadi dingin sampai tak ada api yang bisa menghangatkannya, saya tahu itu adalah puisi.” Nah, dalam rangka mengapresiasi bait-bait puisi yang tercipta dari para penyair Indonesia maupun dunia, berikut OZIP rangkum penggalan karya-karya indah mereka, dari yang filosofis seperti Khalil Gibran hingga yang slengean seperti Pidi Baiq. Apa puisi favorit Anda?

Dalam diriku mengalir sungai panjang,

darah namanya;

Dalam diriku mengalir telaga darah,

sukma namanya;

Dalam diriku meriak gelombang sukma,

hidup namanya;

Dan karena hidup itu indah,

Aku menangis sepuas-puasnya

Sapardi Djoko Damono

Syukurku tak terhingga, duh Gusti

Karena terbukti sudah bagi mataku yang buta

Bahwa tidaklah sekali-sekali

Pernah Engkau memberiku penjara

Melainkan cakrawala

Emma Ainun Nadjib

“Ya, aku masih disini,” ujarku

Dingin, sunyi di atara dedaunan luruh mengangguk maklum

“Kau rindu sesuatu atau seseorang?” tanyanya

“Kau tahu rindu memang roti sangu di kantong kembara”

J.J. Kusni

…Kau adalah yang tidak membunuhku selagi masih bayi

…Kau adalah yang tidak mengutukku hingga menjadi batu

…Kau sebut nama aku pada tiap ucap doamu

Kau jauh lebih tinggi daripada aneka macam sorga

Kau adalah dirimu, 

Dengan gentar ku panggil engkau, ibu

Pidi Baiq

Ayah bunda,

kucintai kau berdua

seperti aku

mencintai surga

Abdurahman Faiz

I don’t know

Of battles more fierce

Or victories more sweet

Than in my war within

Suhaib Rumi

“Hope” is the thing with feathers

That perches in the soul

And sings the tune without the words

And never stops – at all –

Emily Dickinson

You may shoot me with your words,

You may cut me with your eyes,

You may kill me with your hatefulness,

But still, like air, I’ll rise

Maya Angelou

Your joy is your sorrow unmasked

And the self same well from which your laughter rises 

was oftentimes filled with your tears

And how else can it be?

The deeper that sorrow carves into your being, the more joy you can contain

Khalil Gibran

Apakah puisi-puisi ini

Jelmaan roh-Mu, Tuhanku

Sehingga aku merasa bahagia

Jika bergaul dengannya

…Tuhan, diantara sekian cara hidup

Agama dan peraturan-peraturan

Puisi memberi keikhlasan

Kepada apapun yang Kau lakukan

Emma Ainun Nadjib

Teks: Rika Asri 

Foto: Berbagai sumber