Max Lane

Sang Profesor SMS:

 “Gimana pendapat Anda presentasi Max tadi malam? PKI dapat dihidupi kembali?”

PKI dapat hidup kembali isu kedua tidak begitu penting! Yang penting adalah, Max Lane selalu konsisten dari dulu! Dalam kehidupan ini, yang paling penting adalah konsisten; bisa idealis dan pragmatis tapi jangan OPORTUNIS!

Apalagi sebelum Pemilu 2024, bahkan ada orang yang tidak begitu waras mengaitkan Jokowi sebagai anggota PKI (tahun lahirnya Jokowi 1961), apa ada anggota PKI umur 4 tahun? Tidak berhasil, kemudian dikaitkan bapaknya Jokowi PKI! Edan!

Max Lane, mungkin seorang sosialis sejak lahir dan kemudian karena terlalu keras orang menyangka dia Marxis. Namun beliau tidak peduli bila orang atau masyarakat melihatnya sebagai seorang Marxis atau PKI sekalipun!

Hari Kamis lebih dari sepuluh tahun silam, tepatnya 15 April 2010, Max memberikan kuliah di Universitas Melbourne. Beliau berbicara soal pertentangan kelas dan kedengarannya memang ‘agak’ kadaluarsa, tapi tidak apa-apa, tapi yang penting Max Lane malam itu adalah Max Lane yang dulu! Tidak berubah, tidak ganti warna, walaupun dunia disekelingnya sudah ganti warna! Orang yang seperti ini yang jarang!

Tapi jangan lupa Max berjasa besar dalam bidang penerjemahan Bumi Manusia, salah satu karya kesusasteraan Indonesia terbesar ditulis oleh Pramudya Ananta Toer, yang kemudian dijuluki Alexander Solitsin-nya Indonesia! Max Lane lah yang berjasa memperkenalkan karya Pramudya ke dunia internasional, dimana Bumi Manusia diterjemahkan menjadi This Earth of Mankind.

Tidak banyak orang yang bahasa Indonesianya bahasa kedua mampu menerjemahkan buku roman sejarah Indonesia ke dalam bahasa Inggris yang begitu bagus. Orang yang bahasa Inggrisnya bahasa pertama pun mungkin agak sulit menerka apakah buku ini buku terjemahan atau memang ditulis dalam bahasa Inggris. Angkat topi buat ‘Marx’ Lane!

PKI hidup lagi? Penulis rasa dibutuhkan seribu Max Lane untuk bisa menghidupkan kembali paham komunisme di Indonesia. Bukan tidak bisa tapi buat Indonesia komunisme sudah jadi binatang purba dan kalaupun masih bisa itupun hanya mampu membuat communal seperti di Nimbin di NSW dan kalau mau mempertentangkan kelas, rasanya tidak akan ada yang berminat ya?

Lagipula, orang sekarang lebih sibuk dengan AI (Artificial Intelligent) dan ingin tahu apa betul AI lebih pintar dari manusia atau sebaliknya.

Coba lupakan dulu Marxisme, Leninisme, Stalinisme; bagaimana dengan komunisme utopia ala Che Guevara atau mungkin Maoisme?

Teks: Anton Alimin | Good Morning Indonesia with Poetry

Max Lane during JG’s Reading Club event in Dialogue, South Jakarta on Saturday (12/05) Max Lane is first Pram’s work transaltor. He used his spare time to translate Pramoedya Ananta Toer’s “Bumi Manusia” (“This Earth of Mankind”). (JG Photo / Yudha Baskoro)