Maluku Utara, Negeri Raja Raja

 

Maluku Utara (North Mollucas) pada awalnya adalah bagian dari provinsi Maluku, yang kemudian di tahun 1999 menjadi provinsi baru dengan ibukota Ternate. Maluku secara keseluruhan merupakan sebutan untuk empat kerajaan besar kuno di tahun 1300-an, yakni Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo, yang wilayah kekuasaannya merambah hingga Sulawesi dan Papua. Keempat kerajaan ini dikenal sebagai “Empat Gunung Maluku” yang seluruhnya berpusat di Maluku Utara.

 

Ada banyak sekali spot pariwisata di negeri pilihan raja-raja ini, tiga favorit destinasi berskala internasional di antaranya adalah Ternate, Tidore, dan Morotai. Ternate dikenal dalam sejarah karena perjuangan masyarakatnya melawan penjajahan dan memiliki banyak sekali peninggalan benteng dan kastil kuno, seperti Fort Oranje, Fort Kastela-Gam Lamo (Gamalama), Fort Kalamata, Fort Tolukko yang tampak kokoh berdiri mengelilingi pulau ini.

Sementara, Pulau Tidore berjarak sangat dekat dari Ternate, pemandangannya yang luar biasa indah pernah dijadikan pemerintah RI sebagai gambar di uang kertas nominal Rp1000. Kondisi alam bawah lautnya tak kalah menakjubkan, kegiatan free diving di antara formasi koral laut pantai Tulugufa seringkali menjadi daya tarik utama kunjungan ke Pulau Tidore.

 

Lain Ternate dan Tidore, lain pula keunikan daya tarik Pulau Morotai yang penuh dengan peninggalan Perang Dunia II (PD II). Posisinya yang strategis di kawasan Samudera Pasifik, dijadikan Jepang sebagai pangkalan terbang selama PD II. Tahun 1944, Morotai direbut oleh Amerika Serikat sebagai basis serangan ke Filipina, ke Kalimantan Timur, dan ke Jawa. Dua catatan sejarah yang melekat dengan Morotai adalah mengenai kedatangan jenderal besar perang sekutu yang sangat terkenal, General Douglas Mac Arthur. Kisah lainnya adalah persembunyian seorang tentara Jepang bernama Nakamura di pedalaman hutan Morotai, selama 30 tahun setelah PD II. Patung kedua orang tersebut dapat dilihat di pulau ini dan rekaman kisah sejarah lainnya dapat dilihat di Museum Trikora Morotai yang arsitekturnya didesain oleh arsitek terkenal Indonesia, Ir. Sarwono Hatmoko.

Tak hanya sejarah dan keindahan alamnya yang menarik. Daya tarik budaya kuliner tradisionalnya yang bersinggungan dengan budaya Jepang dan Belanda juga masih terlihat hingga kini. Gohu ikan Maluku misalnya, “sashimi” dari tuna mentah segar yang disiram perasan lemon cui, daun balakama (kemangi) dan tumisan minyak kelapa, bawang merah, dan cabe rawit, menjadi kuliner lokal yang paling tak terlupakan. Adapula kuliner mewah Gatang Kenari (kepiting langka berukuran sangat besar dan suka memanjat pohon kelapa), Kuah Pala Banda Kakap Merah yang di masa lalu menjadi favorit pejabat-pejabat Belanda, Nasi Papeda (bubur sagu) dan Kopi Sibu-sibu, kopi robusta Maluku dengan campuran bubuk cengkeh halus ditabur biji ketapang muda. Kopi ini menjadi pasangan klop menemani cemilan di pagi dan sore hari, unik dan maknyus!

 

Ayo ke Maluku Utara, in our Wonderful Indonesia!

 

Teks: Rio S. Migang (rio@eco-plan.com.au)

Foto: Istimewa (berbagai sumber)