Hampir seabad lalu, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), organisasi pemuda-pelajar Indonesia dari seluruh Hindia Belanda, menggelar Kongres Pemuda Kedua. Pertemuan akbar para aktivis pergerakan pemuda di Indonesia ini melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
OZIP edisi Oktober kali ini mengangkat tema tentang deklarasi Sumpah Pemuda yang bersejarah bagi perjalanan bangsa kita. Mengundang lima anak muda yang bergerak demi perubahan dan kemajuan Indonesia, OZIP ingin menunjukkan betapa besar dan potensialnya kekuatan anak muda.
Adalah Yahya Zakaria alias Zacky, Rezlie Adli Putri, Albertus Andhika, Ghian Tjandaputra, dan Indra Dwi Prasetyo, anak-anak muda yang bergerak seusai bidang minat masing-masing, dengan cara-cara yang inovatif hasil gagasan mereka sendiri. Zacky dan Rezlie bergerak di bidang Pendidikan, Andhika (bersama kawannya Drajat Anggoro) berkecimpung di dunia kemanusiaan. Sementara itu, Ghian memilih jalur soft diplomacy dan Indra memaksimalkan media sosial untuk membangun daya pikir kritis dan kesadaran sosial anak muda Indonesia di seluruh dunia.
Kelima pemuda ini mengakui bahwa mereka memilih bergerak melalui bidang masing-masing didasari oleh kepedulian terhadap Indonesia. Mereka kemudian mencari cara untuk tetap berkontribusi bagi bangsa dan negaranya, meski beraa jauh dari tanah air. Selain itu, mereka juga mencoba memetik pelajaran dari pengalaman-pengalaman mereka selama hidup di Australia, lalu memilah mana yang dapat diterapkan di Indonesia. Dengan cara mereka itu, mereka ingin mengekspresikan semangat Sumpah Pemuda di dada mereka.
Tim redaksi dan fotografer OZIP Windu Kuntoro mengabadikan kiprah kelima anak muda tersebut pada edisi Oktober kali ini. Lokasi yang dipilih adalah di sekitar Hosier Lane serta area dekat Flinders Street Station dan gereja St Paul. Hosier Lane dipilih sebagai lokasi pemotretan karena gang kecil ini merupakan salah satu representasi youth activism di Melbourne. Di setiap goresan grafiti di dinding-dinding sepanjang Hosier Lane, seolah ada denyut dan nafas pemberontakan, pergerakan, dan perubahan khas anak muda. Sementara itu, Flinders Street Station dan St. Paul Church adalah ikon Melbourne yang dikenal banyak orang. Sampul OZIP kali ini seolah ingin mewakili anak-anak muda itu berkata lantang, “kami di sini, dari Melbourne untuk Indonesia!”
Teks: Pratiwi Utami
Foto: Windu Kuntoro