Kisruh Food Vlogger di Indonesia dan Kriteria Kritikus Makanan

Belakangan jagat maya Indonesia diramaikan dengan konflik dalam komunitas food vlogger yang diawali dengan review negatif, doxxing, hingga pengaduan ke pihak berwajib. Isu ini memicu penasaran netizen terkait kredibilitas seorang kritikus makanan. Sebenarnya apa yang menjadi kriteria ideal seorang food reviewer atau kritikus makanan?

Kritikus makanan juga dikenal dengan pengulas makanan, penulis makanan, jurnalis makanan, blogger makanan, atau kritikus restoran. Mereka mengunjungi restoran, kafe, pub, dan tempat makan lainnya untuk menguji dan menganalisa berbagai hidangan dan minuman untuk mengetahui kualitas dari segi rasa, ukuran porsi, penyajian, dan pelayanannya. Mereka juga dapat mengevaluasi suasana dan tingkat layanan restoran. Mereka kemudian akan membagikan pengalaman bersantap mereka kepada publik melalui artikel tertulis/blog atau video/vlog/podcast, dan bahkan mungkin memberikan peringkat pada suatu bisnis makanan.

Salah stau cara Kritikus makanan tetap relevan adalah dengan mengikuti tren makanan terkini, mengunjungi restoran yang sedang popular, mengikuti perjalanan karir koki, mencicipi dan mengevaluasi berbagai makanan dan minuman, mengambil foto, meninjau pengalaman bersantap secara keseluruhan, menghadiri acara dan peluncuran, dan banyak lainnya.

Tujuan utama kritikus makanan adalah meninjau berbagai tempat makan dan menilai kelayakannya. Adanya ulasan dari kritikus makanan akan membantu memudahkan konsumen dalam memilih tempat makan dan jenis makanan yang akan mereka pesan. Jika bisnis makanan mendapat ulasan positif dari kritikus makanan, hal ini juga dapat menarik pelanggan dan meningkatkan bisnis. Namun, tidak bisa dipungkiri adanya publisitas yang negatif bisa memopulerkan nama restoran, tinggal bagaimana restoran bertindak untuk memperbaiki diri sehingga mampu merubah citra negatif yang mereka miliki menjadi citra positif.

Kemudian muncul pertanyaan keahlian apa yang harus dimiliki oleh seorang kritikus makanan yang kredibel. Idealnya, seorang kritikus makanan mengetahui tentang mekanisme pembukaan restoran dan memiliki jam terbang tinggi dalam eksplorasi rasa. Selain itu, keterampilan menulis kreatif dan komunikasi menjadi penting demi menyuguhkan informasi yang mudah dipahami.  Penggunaan tata bahasa dan pemilihan kata yang baik akan membuat informasi yang disampaikan lebih.

Pengetahuan akan pangan, beragam hidangan, masakan, dan gaya persiapan yang berbeda, serta perbedaan antara santapan santai dan santapan mewah penting ketika seorang kritikus membuat penilaian. Kritikus makanan umumnya mengetahui rasa dan tekstur mana yang biasanya saling melengkapi, namun juga terbuka terhadap pengalaman dan selera baru. Kritikus harus selalu berupaya memperluas cita rasanya dan mampu mengidentifikasi berbagai bahan dalam sebuah hidangan.

Selain itu, seorang kritikus makanan harus objektif terkait pengalaman bersantap mereka. Penting bagi seorang kritikus untuk memastikan konsistensi pengalaman yang ia rasakan ketika mengunjungi sebuah tempat kuliner. Menurut CPD Online College, seorang kritikus makanan setidaknya mengunjungi sebuah restoran sebanyak tiga kali sebelum menulis sebuah ulasan. Anonimitas juga menjadi poin penting demi menjaga objektivitas para kritikus makanan.

Berikut empat tips untuk menjadi kritikus makanan menurut learning platform MasterClass:

  1. Memperoleh pendidikan formal di bidang seperti penulisan kreatif, jurnalisme, atau komunikasi. Sekolah kuliner juga bisa memperluas pengetahuan tentang makanan dan berbagai cara penyiapannya dengan tepat, sehingga bisa memberikan komentar yang relevan dan faktual.
  • Aktif melakukan riset terkait bahan makanan dan tren di industri kuliner. Penting untuk memahami istilah dalam dunia masak. Calon kritikus makanan bisa mencoba dan mencicipi bahan-bahan yang berbeda untuk memperluas cita rasa. Kemudian, carilah kritikus makanan terkemuka untuk dipelajari rekam jejaknya dan dijadikan teladan.
  • Mendapatkan pengalaman kerja sebagai penulis makanan, baik itu mulai sebagai magang atau pun langsung menjadi pegawai tetap. Hubungi kritikus makanan yang dijadikan teladan dan tanyakan apakah mereka mencari mentee, atau apakah mereka bersedia berbagi ilmu.
  • Berkarya secara independen. Anda juga bisa mencoba menjadi pengulas restoran lepas untuk berbagai publikasi digital seperti yang saat ini tenar di berbagai platform media sosial. Anda bisa mulai aktif menulis blog tentang makanan dan mem-posting ulasan anda sendiri di sana.

MasterClass turut berpesan untuk para blogger tetap bersikap low profile, karena kemungkinan besar anda akan mendapatkan pelayanan objektif ketika restoran tidak mengetahui bahwa anda adalah seorang kritikus.

Teks dan foto: Siti Mahdaria