Pada September lalu, OZIP berkesempatan untuk menyapa Kasih Project, sebuah lembaga amal berbasis di Melbourne yang berkomitmen untuk membantu warga Victoria yang terdampak pandemi COVID-19. Kehadiran Kasih Project pada waktu itu menjadi secercah harapan bagi warga Victoria, terutama berkat dedikasi dalam menyalurkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan.
Hingga kini, tiga bulan setelah pertemuan pertama OZIP dengan Kasih Project, lembaga amal tersebut masih aktif dalam menyalurkan bantuan bagi warga Victoria meskipun lockdown COVID-19 sudah diangkat oleh pemerintah. Tidak hanya itu, jumlah relawan yang ingin meluangkan waktu untuk Kasih Project juga bertambah. Untuk kali ini, OZIP bercakap dengan tiga relawan Kasih Project: Emanuel Limbongan, Erlangga Tjhie, dan Enny Haryono.
Dalam rangka memperingati International Volunteers Day yang jatuh pada tanggal 5 Desember, mari simak percakapan OZIP dengan ketiga relawan Kasih Project!
Q: Dari mana kalian mendengar tentang Kasih Project?
Emanuel: Sama seperti kebanyakan orang sih, dari grup media sosial begitu. Kalau aku sendiri, tahunya dari grup WhatsApp. Waktu itu ada temanku yang share soal free stuff, ada care package gitu, dan aku tahu dari situ.
Erlangga: Aku tahu dari dari salah satu news outlet. Waktu itu aku mau bantu-bantu orang [yang terdampak COVID-19], tapi gak punya venue buat melakukan itu. Hingga akhirnya one of my friends posted that news article, dan dari situlah aku ke laman Facebook-nya Kasih Project.
Q: Kapan kalian bergabung ke Kasih Project sebagai relawan?
Erlangga: Kalau tidak salah, sekitaran pertengahan Juni, sebelum lockdown kedua.
Enny: Sekitar empat bulan yang lalu atau lebih, kurang bulan Juli.
Q: Kenapa kalian bergabung sebagai relawan Kasih Project?
Emanuel: Menurutku ini menguntungkan banyak orang, it’s a real blessing dan menurutku sayang sekali kalau project sebagus ini yang bisa membantu sangat banyak orang gak ada yang jalanin.
Enny: Sebenarnya semangat saya untuk menjadi relawan sudah ada dari waktu saya masih kecil. Buat saya juga, role sebagai seorang relawan bisa membuat saya bangga. Itulah identitas saya, helping others is my priority.
Q: Apa peran kalian dalam Kasih Project?
Erlangga: Sebagai seorang volunteer, role aku adalah buat bantu-bantu kasih care package ke orang-orang. Awalnya aku dikasih di daerah Clayton, kadang-kadang juga ke Burwood. Tapi, sejak ada lockdown stage 2 aku akhirnya di-assign ke daerah Springvale, karena banyak banget orang yang butuh bantuan di Springvale. Kebetulan juga dekat rumah aku, sih. Bukan cuma sekadar drop package saja, tapi juga berinteraksi dengan mereka, karena ada beberapa dari mereka yang benar-benar sendirian. Sedangkan untuk sekarang, kita cuma mengantar ke satu lokasi saja. Doesn’t mean I can’t talk to them, though.
Enny: Awalnya saya ngambil roti dan bantu packing untuk orang yang perlu. Terkadang saya juga ikut delivery package, tapi awalnya saya lebih sering ambil roti untuk Kasih Project. Sekarang peran saya boleh dibilang sudah lebih all round, dan saya ikut membantu anytime kalau Kasih Project lagi perlu bantuan. Kalau saya ada waktu senggang, Kasih Project pasti akan saya utamakan.
Q: Sejauh ini, bagaimana perasaan kalian sebagai relawan Kasih Project?
Emanuel: Aku merasa banyak dapet blessings. Aku senang di sini karena [para relawan] saling meng-encourage satu sama lain, komunitasnya juga sangat suportif dan sangat positif. Terutama untuk ibu Angel (Angelina Sukiri, founder Kasih Project), sudah aku anggap seperti orang tua sendiri sih. I learn so many things here.
Erlangga: It’s pretty fun menurut aku, aku banyak belajar dari pengalamanku di sini. Salah satu hal yang aku rasakan juga adalah aku bisa bekerja bersama berbagai orang dari berbagai etnis dan latar belakang. It’s pretty eye-opening for me. Aku juga tersentuh ketika melihat ada orang-orang baik di luar sana, dan itu menggerakkan hati aku untuk do more.
Q: Dalam rangka memperingati International Volunteer Day, apakah kalian mau mengajak pembaca untuk jadi relawan juga?
Erlangga: I think so, it’s a very good experience to be honest. Menjadi relawan adalah sebuah cara yang baik untuk memberi kembali ke masyarakat, dan itu bisa menjadi sesuatu yang tak terlupakan. It’s a very amazing experience dimana kamu bisa menolong dan bertemu orang lain, dan kamu bisa jadi lebih terbuka tentang dunia di sekitar kamu.
Enny: Of course! Sekarang saja ketika saya masih sebagai relawan di Kasih Project, saya aktif mengajak teman-teman saya untuk ikut berkontribusi ke Kasih Project ini. Ini menjadi suatu kebanggaan besar bagi saya, apalagi ketika kita bukan hanya menolong orang Indonesia. Selama Kasih Project masih berjalan dan saya masih sehat, saya siap menjadi relawan Kasih Project.
Demikian percakapan OZIP dengan tiga relawan Kasih Project. Bila pembaca tertarik untuk mengetahui Kasih Project lebih lanjut, pembaca bisa mengunjungi laman Facebook Kasih Project atau di Instagram di @kasihproject_melbourne. Mereka dengan senang hati akan menerima atau menolong pembaca. Happy International Volunteer Day!
Teks: Jason Ngagianto
Foto: Dokumentasi pribadi Kasih Project