Indonesian Literary Symposium 2023 – Mengungkap Indonesia Melalui Sastra dan Bahasa

Pada hari Sabtu (27/5/2023), Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Victoria dan Australia Indonesia Youth Association (AIYA) Victoria menyelenggarakan Indonesian Literary Symposium (ILS)dengan tema“Discovering Indonesia through Literature and Language”. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan sastra dan bahasa Indonesia di negeri kanguru serta menjembatani budaya antara Indonesia dan Australia. Simposium yang digelar di Ruang Bhinneka KJRI Melbourne ini diisi oleh para pembicara, baik dari Indonesia maupun Australia, yang berbagi wawasan tentang karya sastra Indonesia dan pentingnya bahasa dalam memahami budaya Indonesia.

Acara dimulai dengan sambutan dari Victoria Winata selaku project manager ILS. Victoria berharap ILS dapat memperkenalkan keindahan dan keanekaragaman sastra Indonesia kepada masyarakat Victoria melalui diskusi akademik dan pembacaan karya sastra Indonesia. Puisi Doa karya Chairil Anwar kemudian dibacakan di depan hadirin.

Harry Aveling, seorang adjunct professor di La Trobe dan Monash University mendiskusikan regional literature dalam simposium melalui panel Zoom. Harry dikenal dengan kontribusi dalam penerjemahan karya sastra Indonesia dan Melayu, termasuk karya-karya dari penulis terkenal seperti Pramoedya Ananta Toer dan WS Rendra. Presentasi kemudian dilanjutkan oleh Barbara Hatley yang hadir di KJRI Melbourne. Barbara membahas eksplorasi sejarah teater Indonesia dan ekspresinya dalam mengangkat isu-isu politik serta dampaknya terhadap budaya sosial. Barbara adalah seorang profesor emeritus di University of Tasmania dengan pencapaian dalam bidang Asian Languages and Studies, khususnya teater tradisional dan kontemporer Indonesia, sastra modern dan budaya Indonesia.

Turut hadir pula Yacinta Kurniasih, penyair multibahasa dan dosen di Monash University yang diakui atas prestasinya dalam bidang Indonesian Studies. Dewi Anggraeni dalam paparannya mengenalkan tema sejarah dan konteks sosial politik dalam fiksi melalui empat cuplikan berbeda dari penulis Indonesia yakni Pramoedya Ananta Toer, NH Dini, Seno Gumira Ajidarma, dan Febry Indirani. Dewi adalah seorang penulis dan jurnalis berbakat yang telah memberikan kontribusi signifikan baik dalam publikasi Indonesia maupun internasional, termasuk majalah Tempo. Ia menyelesaikan gelar Master of Letters dalam French Culture and Literature.

Hadir dalam acara tersebut Indonesian Diaspora Network(IDN) yang turut menyimak jalannya diskusi. Melalui paparan akademik dan pembacaan karya sastra Indonesia, para pembicara telah membuka jendela menuju pemahaman yang lebih dalam tentang sastra dan bahasa Indonesia. Indonesian Literary Symposium menjadi bukti nyata bahwa sastra dan bahasa Indonesia memiliki nilai lebih dalam pembangunan peradaban manusia serta berperan penting dalam menjalin hubungan budaya yang erat antara Indonesia dan Australia. Di masa depan, bahasa dan sastra Indonesia diharapkan dapat terus berkembang ditangan generasi muda.

Teks: Nurfita Kusuma Dewi 

Foto: Nurfita Kusuma Dewi, Baiq Nabila Tazkya, & Diana Pratiwi