Cerita Perjalanan Interstate di Masa Pandemi

Pandemi COVID-19 yang pada Maret 2020 lalu menghampiri Australia, memang telah mengubah seluruh aspek aktivitas warga Australia, termasuk cara bepergian dari satu state ke state lain. Setiap state memiliki restriksi berbeda-beda terkait perjalanan lintas perbatasan dengan penyesuaiannya masing-masing.  

Panduan melintas antar state sendiri mengikuti kebijakan utama pemerintah bahwa bepergian diperbolehkan salah satunya untuk urusan pekerjaan. Kondisi itulah yang saya alami pada bulan April lalu ketika pekerjaan mengharuskan saya melakukan perjalanan antar state dari Victoria menuju Australian Capital Territory (ACT). 

Leg pertama dari Melbourne ke Canberra, saya tempuh dengan berkendara melalui jalur darat dengan truk. Dari perjalanan ini, saya melintasi dua perbatasan yakni Victoria dan New South Wales (NSW) lantas berlanjut dengan perbatasan NSW dan ACT. Terhitung hingga tiba di Canberra, saya mengalami satu kali random check atau pengecekan acak saat beristirahat di perbatasan Wodonga-Albury. Polisi menanyai dokumen pekerjaan interstate yang saya lakukan. Prosedur ini memang dilakukan untuk mengawasi arus mobilitas terkait COVID-19. 

Perjalanan saya di Canberra tidaklah lama. Begitu urusan pekerjaan rampung, saya harus segera kembali ke Melbourne lagi. 

Namun, pandemi COVID-19 membuat opsi transportasi umum interstate menjadi minim. Pesawat berkurang jadwalnya dan disertai dengan harga tiket yang membumbung. Bis interstate dari Canberra ke Melbourne menutup operasi. Satu-satunya opsi yang tersisa adalah dengan kereta. Saya sampai dua kali menelepon V/Line untuk memastikan jadwal perjalanan kereta Canberra-Melbourne.

Sebagai operator kereta interstate, V/Line ternyata masih beroperasi secara normal dengan protokol jaga jarak yang ketat. Dari Canberra, keberangkatan saya ke Melbourne bermula dari Jollimont Central. Jalur V/Line dari Canberra ke Melbourne memang ditempuh dengan dua jenis moda transportasi, dari Canberra hingga Wodonga ditempuh dengan bis, selanjutnya dari Wodonga ke Melbourne dengan kereta api. Di Jollimont Central, tempat saya menunggu bis ke Wodonga, suasananya sangat sepi. Musababnya adalah pada saat COVID-19, jadwal perjalanan bis interstate berkurang drastis. Padahal sebelumnya, tempat ini adalah terminal bis utama untuk perjalanan interstate.

Sejauh mata memandang, penumpang V/Line menuju arah Melbourne hanya saya seorang. Begitu manifes sudah dicek, supir bis menyilakan saya masuk dan perjalanan ke Wodonga dimulai. Dari Canberra, bis mengarah ke arah suburb yang sepi. Rupanya bis memang sengaja tidak mengambil jalur freeway Canberra-NSW, melainkan bis melipir melalui kota-kota kecil sekaligus mengangkut penumpang yang akan ke Wodonga jika ada. Namun, sepanjang tiga setengah jam perjalanan menuju Wodonga, rupanya tidak ada penumpang lain selain saya. 

Tiba di Wodonga, dari bis saya menukar tiket dengan tiket kereta. Sama halnya dengan Jollimont Central, stasiun kereta Wodonga juga tampak sepi dan sunyi. Saat saya sampai, hanya ada saya seorang yang menunggu kereta di ruang tunggu stasiun. Hingga kereta tiba, rupanya tidak ada penumpang lain dari Wodonga ke arah Melbourne selain saya sendiri. 

Perjalanan di kala pandemi ini membawa pengalaman lain. Jika biasanya kereta penuh penumpang, kini sepi sekali. Perjalanan yang dibatasi memang membawa konsekuensi. Orang-orang akan menghindari perjalanan atau sebisa mungkin menahan diri untuk melakukan perjalanan. 

Saat kereta mendarat di stasiun Southern Cross, yang merupakan perhentian terakhir di Melbourne dari Wodonga, tidak nampak penumpang lain selain saya di dalam gerbong. Sepanjang lima jam perjalanan dalam kesendirian, saya merasakan hal yang berbeda. Sungguh, pandemi ini memang telah mengubah banyak hal. 

Teks: Farchan Noor Rachman

Foto: berbagai sumber