Beribadah di Gereja itu Kadang Tidak Mudah – Worship at Church is Sometimes Not Easy

St John Anglican Church Camberwell-OZIP
St John Anglican Church Camberwell.

Pdt. Kuncoro Rusman

Indonesian Congregation Camberwell

Australia adalah negera yang dihuni oleh banyak bangsa pendatang dari pelbagai negara. Termasuk salah satu pendatangnya adalah dari Indonesia. Untuk orang Indonesia bukan hanya mempraktekan kebudayaan dan adat istiadat akan tetapi juga terus berusaha menjalankan perintah agama mereka sesuai dengan iman masing-masing. Saya ingin menggambarkan kegiatan warga Kristen Indonesia yang tinggal di Melbourne dan sekitarnya, dengan mengambil contoh Jemaat Indonesia yang saya layani dan pimpin di Gereja St John’s Anglican Camberwell.

Gereja Indonesia

Ada 20 lebih Gereja dan persekutuan yang ada di Melbourne dan sekitarnya. Gereja-gereja itu dikunjungi oleh masyarakat Indonesia dari pelbagai macam denominasi dan latar belakang yang berbeda. Setiap hari Minggu mereka beribadah berbahasa Indonesia dengan tata cara seperti gereja mereka di Indonesia. Tetapi ada juga orang Indonesia yang beribadah ke gereja lokal, bergabung dengan orang Australia, beribadah berbahasa Inggris. Tapi sebagian besar, mereka beribadah di Gereja Indonesia yang menyebar di daerah Melbourne dan sekitarnya. Ada banyak macam alasan kenapa orang Indonesia pergi beribadah ke Gereja Indonesia:

Anak-anak belajar Alkitab-OZIP
Anak-anak belajar Alkitab.

Pertama, karena segi bahasa. Dengan memakai bahasa Indonesia, mereka benar-benar bisa meresapi, menghayati dan mengerti seperti layaknya mereka beribadah di Indonesia.

Kedua, karena denominasi Gereja. Sebagian dari mereka memilih Gereja Indonesia yang sama dengan denominasi gereja mereka di Indonesia.

Ketiga, kerena segi kultural. Pergi ke gereja bukan hanya untuk beribadah saja tetapi juga berkumpul dengan sesama bangsa sendiri. Setelah beribadah mereka bisa “ngobrol” kesana kemari, saling “curhat” mengutarakan apa yang ada dalam hati mereka kepada orang-orang yang sebangsa dan senasib. Di Indonesian Congregation Camberwell (ICC), setelah kebaktian hari Minggu selesai, selalu ada makan malam bersama yang disediakan secara gratis. Sambil menyantap makanan Indonesia, mereka berbincang-bincang, berusaha lebih mengenal satu dengan yang lain dan merasakan suasana seperti di tengah keluarga sendiri.

Keempat, karena Hamba Tuhan atau Pendetanya orang Indonesia. Sebagian besar lebih cenderung untuk mempunyai Pemimpin Rohani dari Indonesia.

Soal jarak tidak menjadi penghambat bagi mereka untuk pergi ke Gereja Indonesia. Seperti di ICC, sebagian besar jemaat tidak tinggal di Camberwell. Di antara mereka ada yang menempuh waktu satu jam dengan berkendara untuk pergi ke gereja.

Gereja St. John’s Anglican Camberwell

Saya melayani di Gereja St. John’s Anglican Camberwell baik yang berbahasa Inggris maupun yang berbahasa Indonesia. Setiap hari Minggu ada empat kebaktian. Tiga kebaktian berbahasa Inggris dan setiap jam tiga sore kebaktian berbahasa Indonesia. Hubungan jemaat Indonesia antara satu dengan yang lain itu sangat erat. Mereka bukan hanya bertemu setiap hari Minggu tapi juga menjalin persahabatan di luar Gereja. Setelah kebaktian, kami merayakan hari-hari yang spesial bagi mereka, seperti ulang tahun, hari pernikahan, dan lain-lain.

Untuk anak-anak, kami membina rohaninya di Sekolah Minggu. Berbagai aktivitas diadakan agar anak-anak tertarik untuk datang. Selain mempelajari Alkitab, berdoa, anak-anak juga diberi kesempatan untuk tampil di depan gereja untuk menyanyi. Mereka juga diberi waktu untuk menggambar, membuat kue, bermain piano, dan lain-lain. Di Sekolah Minggu, waktu untuk bertemu muka antara guru dan anak-anak adalah sangat singkat. Maka dari itu, kita menganjurkan agar para orang tua juga membimbing rohani anak-anak mereka selain di hari Minggu. Peranan orang tua sangat penting untuk pertumbuhan rohani anak-anak mereka. Anak-anak baik yang lahir di Indonesia maupun di Australia, mereka dibaptis. Kami mengadakan acara khusus untuk keperluan tersebut.

Di ICC, meskipun jemaatnya sebagian besar sudah lama tinggal di Australia, masih menjalin hubungan baik dengan gereja-gereja di Indonesia. Selain mengirim bantuan dalam bentuk dana, di antara kami juga meluangkan waktu untuk mengunjungi mereka di Indonesia.

 

Panitia 2014 ICCC-OZIP
Panitia dn pekerja Natal 2014 ICC Camberwell.

Tantangan

Menjaga iman di negara Australia punya tantangan tersendiri. Bagi orang yang bekerja, hari Minggu biasanya waktu untuk beristirahat. Minggu adalah waktu untuk keluarga, membersihkan rumah, berkebun, belanja. Bagi sebagian dari kami, untuk pergi beribadah ke gereja pada hari Minggu adalah tantangan tersendiri. Sebagian orang Indonesia yang menikah dengan orang Australia, pergi ke gereja itu kadang tidak mudah. Karena banyak orang Australia yang tidak lagi ke gereja atau bahkan tidak pernah ke gereja. Kondisi seperti ini menjadi salah satu hambatan untuk beribadah setiap hari Minggu.

Hidup di negara seperti Australia yang serba ada dan tidak berkekurangan, bisa membuat iman kita menjadi turun. Meskipun tidak bekerja, kita mendapat santunan dari Centerlink sehingga tanpa meminta pertolongan Tuhan-pun, kita masih bisa makan. Kalau sakit, tidak masalah, hanya dengan menunjukkan kartu Medicare kita bisa mendapatkan perawatan secara cuma-cuma. Semua serba ada. Semua kemudahan itu bisa membuat orang tidak lagi memerlukan Tuhan.

Bagi anak-anak dan remaja, berada di lingkungan yang ada seperti di Australia sangat tidak mudah. Di sekolah yang dikelola oleh pemerintah, hampir tidak ada mata pelajaran agama. Jadi kalau anak dimasukkan di sekolahan pemerintah dan tidak pernah dibawa ke gereja, maka bisa jadi mereka itu kurang mengenal dengan benar tentang Tuhan. Lalu, banyak kegiatan anak-anak dan remaja seperti olah raga atau seni yang sering diadakan pada hari Minggu. Orang tua kadang harus memilih antara pergi ke Gereja atau mengantar anaknya. Dengan semua tantangan di atas, Gereja Indonesia seperti ICC, punya peranan yang sangat penting untuk menjaga dan mendukung pertumbuhan iman di antara jemaat Indonesia.

Tuhan memberkati. Salam kasih dan salam damai sejahtera.

Pdt. Kuncoro Rusman dan keluarga-OZIP
Pdt. Kuncoro Rusman dan keluarga.

 Worship at Church is Sometimes Not Easy

Australia is a country inhabited by many nations of migrants from various countries. Included are migrants from Indonesia. For Indonesians they wish not only to practice their culture and customs, but also to carry out their religious practices in accordance with their faith. I would like to describe the activities of Indonesian Christians living in Melbourne and surrounding areas, by taking the example of the Church of Indonesia which I serve and lead at St John’s Anglican Church Camberwell.

Indonesian Church

There are more than 20 churches and fellowships in Melbourne and surrounding areas. Indonesian people from various dominations and backgrounds visit these churches. Every Sunday they worship in Indonesian language with the same manner as they would in their churches back in Indonesia. But, there are also people in Indonesia who worship at local churches, with Australians, worshipping in English. But mostly, they worship at Indonesian Churches spread throughout the suburbs of Melbourne and surrounding areas. There are many reasons why Indonesians worship at Indonesian Churches:

Firstly, because of language. By using Indonesian, they really can absorb, appreciate and understand like when they worship back home in Indonesia.

Secondly, because of the denomination of the Church. Most of them chose the same Church denomination as their church denominations in Indonesia.

Thirdly, because of the cultural aspect. Going to church is not only about worship, but also to gather with fellow countrymen. After the service they can “talk” to and fro, to “vent” what they are feeling in their heart to people from the same country and kinship. In the Indonesian Congregation Camberwell (ICC), after Sunday service is completed, there is always a dinner provided free of charge. While eating Indonesian food, they talk, trying to get to know one another and feel the atmosphere like being surrounded by their own family.

Fourthly, because of the Servant of God or Indonesian Pastor. Most are more likely to have a Spiritual Leader from Indonesia.

Distance is no barrier for them to go to an Indonesian Church. For instance with the ICC, most people do not live in Camberwell. Amongst them there are some who take an hours drive to go to the church.

Suasana Kebaktian Natal-OZIP
Suasana Kebaktian Natal di ICC Camberwell.

St John’s Anglican Church Camberwell

I serve St John’s Anglican Church Camberwell in both English and Indonesian. Every Sunday there are four services. Three services in English and at 3pm there is one in Indonesian. The relationship between the Indonesians who go to church is very strong. They do not only meet every Sunday, but also make friends outside of the Church. After the service, we celebrate special days with them, such as birthdays, weddings, and others.

For the children, we develop their spirituality at Sunday School. Various activities are held so that the children want to come. In addition to Bible Studies, praying, children are also given the opportunity to sing in front of the church. They are also given the chance to draw, bake, play piano and other activities. In Sunday School, the time to meet face to face between the teacher and children is very short. Therefore, we recommend the parents to offer their spiritual guidance rather than just on Sunday. The role of the parent is very important for the spiritual growth of their children. Children born both in Indonesia and Australia, are baptised. We hold special events for this purpose.

At ICC, although most of the congregation has been living here in Australia for a long time, many still have a good relationship with churches in Indonesia. In addition to sending aid in the form of funds, we also take the time to visit them in Indonesia.

Challenges

Keeping your faith in Australia has its own challenges. For people who work, Sunday is usually the time for rest. Sunday is time for family, house cleaning, gardening, shopping. For some of us, to go to church on a Sunday is a challenge in itself. For Indonesians who marry Australians, going to church is sometimes not easy. This is due to the fact many Australians do not go to church anymore or have never even been to church. These conditions become some of the obstacles to worship every Sunday.

Living in a country like Australia which already has everything and nothing is needed, this can make our faith waver. Although we may not work, we can ask help from Centrelink without even asking for God’s help, we can still eat. If we’re sick, no problem, we just show our Medicare card and receive treatment free of charge. Everything we need is there. All these conveniences can make people no longer need God.

For children and adolescents, the environment in Australia is certainly not easy. In government run schools, there are almost no religious subjects. If a child is entered into a government school and never brought to church, then they might not be familiar with who is God. Then, there are many activities for children and adolescents such as sports or arts that are held on Sunday. The parents sometimes have to choose between going to church or dropping off their children. With all the above challenges, Indonesian Churches such as ICC, have a very important role to maintain and support the growth of faith in the Indonesian church.

God bless. With love and greetings of peace.

Photos: Ineke Iwardojo & doc. Pdt. Kuncoro Rusman