Di Sydney Road yang selalu ramai dengan mobil yang berjalan pelan-pelan, bersisian dengan perhentian tram dan pesepeda, ada sebuah restoran Indonesia yang harum masakannya selalu menguar. Aromanya niscaya mengundang mampir orang-orang yang enggan terjebak dalam sibuknya jalanan Sydney Road di sore hari. The Uleg nama restorannya. Terletak di sebuah ruko tua, interior restorannya berwarna menyala ketika Anda melangkah masuk ke dalam restoran. Seketika, alunan musik Sunda pun mengalun pelan dan menambah kental suasana Indonesia di restoran tersebut.
Restoran ini mulai mewarnai skena kuliner Brunswick semenjak tiga tahun silam. Di tengah skema kuliner Brunswick di Sydney Road yang kaya dan beragam dengan kuliner Italia, Arab, Mediterania, Afrika, Jepang, Thailand, Lebanon, kehadiran restoran The Uleg menambah khazanah kuliner Brunswick dengan menyajikan kuliner Indonesia kepada masyarakat Brunswick.
Cynthia, pemilik restoran The Uleg, memutuskan untuk membuka restoran ini tiga tahun silam untuk lebih mengenalkan kuliner Indonesia ke khalayak masyarakat Melbourne. Semangat mengenalkan kuliner Indonesia ini dikembangkan lebih lanjut oleh Cynthia dengan membuka kelas bahasa Indonesia di restorannya. Harapannya, kelas ini dapat membantu masyarakat Brunswick agar menjadi lebih tahu dan intim dengan budaya dan Bahasa Indonesia.
Menu-menu yang disajikan di The Uleg pun beragam dan berasal dari berbagai sudut Indonesia. Semuanya dimasak dengan bumbu yang autentik agar rasa khas Indonesianya tetap kerap terasa. Dari dapur restoran yang sibuk, kerap tercium bau bumbu yang kuat menguar. Wangi makanannya membuat lidah tidak kuat untuk segera mencicipi olahannya.
The Uleg memiliki beberapa menu andalan, tetapi yang paling banyak diminati adalah iga bakar saus kacang. Menu ini populer karena bisa diterima oleh dua lidah, lidah barat dan lidah Indonesia. Ketika mencobanya, ukurannya yang besar membuat pengunjung harus berhati-hati menyisir satu demi satu dagingnya.
Daging iga bakar ini sangat empuk, dan rasa lezat bumbunya meresap hingga ke serat-serat dagingnya. Harum dagingnya yang kuat dan lemak dagingnya yang halus membuat lemaknya langsung mencair di lidah dan menyisakan rasa manis pekat yang senantiasa melekat di hati.
Sebagai pendamping rasa manis iga bakar, hadir juga saus kacang yang datang dengan aroma menggurih. Kacangnya sendiri tidak digiling halus melainkan masih dalam geprekan-geprekan yang kasar dan renyah. Begitu digigit, remahan kacang ini akan langsung memenuhi rongga-rongga mulut. Selain paduan rasa dan tekstur kacang yang manis dan gurih, samar-samar ada aroma lada yang muncul di sela-sela bumbu kacang dan daging. Tipis tetapi terasa, paduan bumbu pilihannya membuat menu ini mantap rasanya.
Menu pilihan kedua adalah mie goreng khas Medan. Bagi orang-orang Melbourne, mie goreng memang merupakan salah satu makanan yang tentu tidak asing lagi. Ada banyak restoran yang menghadirkan sajian mie goreng, mulai dari restoran Tiongkok, Thailand, sampai Malaysia. Semua restoran berbeda kerap memiliki menu dengan olahan mie goreng masing-masing. Mie gorang khas The Uleg hadir dengan rempahan yang kuat dan harum. Aroma lada hitam begitu terasa di setiap gigitan dan rasa bumbu yang manis membuat lidah bergoyang ketika dipadukan dengan rasa pedas rempahannya. Mie goreng Medan hadir dengan daging dan sayur sebagai pelengkap. Usai menyantap hingga tandas, rasanya ingin langsung berteriak “Horas!”
Dari Medan meloncat ke Bali, kuliner berikutnya adalah ayam betutu. Sajian kuliner khas Bali ini hadir di Melbourne dengan bumbunya yang autentik. Bumbu ayam betutu yang kompleks membuat aroma ayam betutu ini menjadi sedemikian khas. Bumbu-bumbu ayamnya yang terdiri dari sereh, jeruk nipis, bawang merah, bawang putih, hingga jahe dan kunyit semuanya terlumur sempurna menjadi sebuah olahan khas yang tidak mudah terlupakan.
Lapis demi lapis bumbu ini meresap ke serat-serat dagingnya yang empuk. Bersamaan dengan sajian ayam betutu, sambal bawang pun turut hadir sebagai pelengkap sajian khas Bali ini. Cabai dan bawang yang segar pun memberikan aroma yang kuat dan meninggalkan rasa pedas yang pekat di lidah.
Menu keempat adalah menu yang tidak asing di Indonesia dan bisa dikatakan sebagai makanan rakyat Indonesia, nasi goreng ayam. Nasi goring ayam khas The Uleg ini gurih dan dilengkapi dengan aroma garam, bawang dan racikan rempah yang wangi. Nasinya pun pas, tidak terlampau empuk maupun keras. Lauknya mecakup daging ayam, sayur dan telur mata sapi yang disajikan dengan indah di atas nasi gorengnya.
Menariknya, nasi goreng ayam The Uleg ini juga memiliki sebuah cerita yang menarik dari salah seorang pelanggan restorannya. Beberapa warga lokal Brunswick yang hadir cukup kaget dengan rasa nasi goreng yang penuh rempah ini karena mereka lebih terbiasa dengan rasa nasi goreng khas Tiongkok yang tidak pedas. Wajar saja jika mereka sedikit kewalahan dengan rasa nasi goring ayam yang berbeda ini. Namun, usai menyicip, mereka akhirnya malah menjadikan nasi goreng ini sebagai menu favorit mereka saat kembali berkunjung ke The Uleg.
Tentu tidak lengkap menyicip kuliner tanpa dibasuh dengan minuman segar. The Uleg menyajikan es cendol yang manis serta lemon lime bitters, minuman fusion yang sangat diminati oleh orang-orang Brunswick.
Hadir di tengah kuliner Brunswick yang majemuk, The Uleg membawa semangat Indonesia yang kuat. Buka setiap hari mulai pukul 17:00 sore hingga pukul 22:00 malam (Sabtu dan Minggu buka pukul 12:00 siang hingga 21:00 malam), The Uleg akan terus menyajikan kuliner-kuliner dengan bumbu terbaik dan autentik bagi masyarakat Brunswick. Dengan kulinernya yang beragam, jika suatu kali rindu akan masakan Indonesia, Anda tentu bisa datang ke Brunswick dan menyambangi santapan The Uleg. Ketika itu, seluruh rindu Anda akan luruh terlampiaskan.
Teks: Farchan Noor Rachman
Foto: Fakhrul Hadianto