Surrounded by Idiots, Ragam Warna Orang Sekitar Anda

Pernahkah Anda berpikir, ada berapa jenis karakter manusia? Buku Surrounded by Idiots karya Thomas Erikson menjelaskan empat jenis orang yang dikelompokkan berdasarkan karakter dan tingkah lakunya. Meski buku ini termasuk dalam deretan buku komunikasi bisnis, buku ini banyak membahas hal berbau psikologi.

Thomas Erikson adalah seorang ahli di bidang komunikasi asal Swedia. Selama 18 tahun ia telah melatih lebih dari 5 ribu eksekutif perusahaan untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dan efisien. Thomas Erikson telah menulis beberapa buku sains populer di bidang komunikasi dan perilaku manusia. Salah satunya adalah Surrounded by Idiots, yang merupakan salah satu buku nonfiksi terlaris di Swedia. Buku ini juga telah diterjemahkan ke lebih dari tiga puluh lima bahasa.

Surrounded by Idiots membagikan metode baru yang inovatif untuk memahami orang-orang di sekitar Anda yang akan mengubah cara Anda berinteraksi dengan semua orang mulai dari rekan kerja hingga pasangan Anda.

Ada 21 bab di dalam buku ini. Bab 1 sampai 9, kita akan menyimak kisah awal buku ini ditulis dan penjabaran tipe-tipe perilaku yang dirumuskan: Red, Yellow, Green, dan Blue. Bab 10 membahas body language, bab 11 menjelaskan perubahan karakter masing-masing tipe tersebut dalam pengaruh alkohol, dan bab 12 membagi insight dan strategi “How to Handle Idiots (i.e., Everyone Who Isn’t Like You)”. 

Bab 12 adalah salah satu bab yang paling menarik perhatian saya karena di bab ini Thomas Erikson mulai masuk ke inti pembahasan bukunya yang berfokus pada komunikasi bisnis. Ia memaparkan pentingnya bagi kita untuk memahami isi pikiran 4 tipe manusia agar kita bisa beradaptasi dengan baik.

Cara penyampaian Thomas Erikson yang luwes membuat topik bahasannya mudah dimengerti. Ia menggunakan contoh kasus kehidupan pribadinya sendiri selain membahas kasus umum; misalnya tentang Pelle, tetangganya yang sangat kompetitif, atau tentang salah satu kolega pentingnya yang bertipe Red, yang pada suatu hari menelponnya lalu tanpa basa-basi bertanya dan kemudian dengan cepat pula memutuskan sambungan telepon. 

Menyimak cerita-cerita Erikson terasa membumi dan mengundang senyum, karena kejadian tersebut juga terjadi di kehidupan kita. Tak jarang selagi menyimak saya teringat pada rekan-rekan kerja termasuk diri saat saya sendiri yang kebetulan karakternya sedang dibahas. Lucunya nama dan raut wajah orang-orang jadi bermunculan seperti pop out begitu saja dalam benak saya.

Erikson menjelaskan bahwa ada empat tipe perilaku utama yang menentukan bagaimana kita berinteraksi dan memandang orang-orang di sekitar kita. Memahami pola perilaku seseorang adalah kunci keberhasilan komunikasi. 

Erikson merinci empat jenis tipe perilaku dan menyimbolkannya dalam bentuk warna–Merah yang dominan dan memerintah, Kuning yang sosial dan optimis, Hijau yang santai dan ramah, dan Biru yang analitis dan tepat—dan menjelaskan cara mengidentifikasi dan berinteraksi dengan setiap tipe dari orang. Alih-alih terjebak dengan kategorisasi yang terlalu teknis, sistem empat warna yang sederhana memungkinkan kita mengidentifikasi teman atau rekan kerja dengan cepat dan menyesuaikan cara kita berbicara dan berbagi dengan mereka.

Buku yang memiliki 304 halaman ini penuh dengan informasi praktis untuk berinteraksi dengan orang-orang berdasarkan warna mereka, termasuk kekuatan dan kelemahan semua profil, bagaimana memberikan umpan balik positif dan negatif untuk masing-masing, dan cara terbaik untuk mengirim email saat menulis kepada seseorang dengan profil yang berbeda. Menurut saya, buku ini sangat layak dibaca karena menyediakan informasi dan analisis yang segar.

Namun, dengan segala informasi menarik yang dibagikan oleh Erikson, sayangnya, VoF (Vetenskap och Folkbildning — the Swedish Skeptics Society) beranggapan bahwa teori di balik buku ini, dan berbagai tindak lanjutnya, tidak lebih dari omong kosong ilmiah semu. Mereka beranggapan bahwa Erikson tampaknya bahkan kurang memiliki pengetahuan dasar tentang psikologi atau ilmu perilaku. Apakah adanya kontra argumen ini membuat kamu makin tertarik membaca bukunya? Coba saja ϑ

Teks: Siti Mahdaria 

Foto: Goodreads