Saatnya #MulaiBicara

Media and civil society roles to stop sexual violence

Fenomena kekerasan seksual terhadap perempuan di Indone- sia yang marak belakangan ini, sering disebut seperti feno- mena gunung es, yang nampak di permukaan hanya seba- gian kecil. Hal tersebut bukan sekedar jargon, atau pernyataan yang melebih-lebihkan. OZIP di edisi menghadirkan narasumber yang kompeten di isu pemberdayaan perempuan dan kekerasan seksual, dr.Sophia Hage. Sophia adalah salah satu pendiri yayasan Lentera Sintas Indonesia (2011), sebuah organisasi yang melak- sanakan kelompok dukungan bagi survivor kekerasan seksual, dan edukasi masyarakat serta advokasi terkait isu kekerasan sek- sual, dan menjabat sebagai Ketua Public Awareness (2011-2015) dan terakhir menjabat sebagai Campaign Director #MulaiBicara hingga sekarang.

Menurut Sophia, fenomena kekerasan seksual di Indonesia sudah sangat serius dan harus segera ada tindakan nyata untuk menangani- nya. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan tahun 2013; se- tiap 2 jam ada 3 perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual atau 35 perempuan setiap harinya. Yang menjadi fenomena gu- nung es adalah banyaknya korban yang memilih tidak melapor. Stigma masyarakat masih sering menyalahkan atau menghakimi korban. Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan hanya 25% kasus kekerasan seksual yang dilaporkan, sisanya 75% memilih diam. “Sampai saat ini data yang terkait angka pelaporan yang tersedia secara publik hanya dari Komnas Perempuan, faktanya angka pelaporan hanya naik sekitar 9% saja setiap tahunnya,” tu- tur Sophia.

#mulaibicara movement
#mulaibicara movement

Saat ini Pemerintah telah berupaya memperberat hukuman bagi pelaku lewat pembuatan Perpu. Sophia berpendapatan langkah tersebut masih sangat reaktif, “Tentunya kita menyambut baik bahwa pemerintah mulai melihat kasus kekerasan seksual kepada anak sebagai kegawatdaruratan. Semoga kasus kekerasan seksu- al secara umum juga mendapat perhatian yang sama, karena Per- pu tersebut terkait kekerasan seksual pada anak saja. Selain itu, terlihat bahwa perspektif pemerintah masih melihat pelaku, bukan dari kacamata korban. Padahal sebelum mencapai tahap hukuman bagi pelaku, korban harus melewati fase pelaporan dan peradilan yang sering tidak berpihak pada korban. Hal ini terlihat dari pertanyaan- pertanyaan yang diajukan ketika pelaporan, dan bagaimana kor- ban dan keluarga korban tidak mendapatkan perlindungan hukum, medis dan psikologis selama proses berlangsung.”

Sebagai upaya untuk melakukan edukasi perihal Kekerasan Terha- dap Perempuan ,Yayasan Lentera Sintas Indonesia saat ini bekerja sama dengan Magdalene dan beberapa organisasi lain tengah melakukan kampanye #MulaiBicara. Mengenai #MulaiBicara ini Sophia menjelaskan, “Melalui kampanye ini kami berharap semua orang mulai merasa punya peran dan mau bicara untuk memulai perubahan. Sebelum ini pembicaraan mengenai kekerasan seksu- al hanya terjadi di kalangan tertentu saja dan tidak menjadi pembi- caraan di berbagai tingkat masyarakat. Untuk memulai perubahan, isu kekerasan seksual harus menjadi milik semua orang dan untuk memulai itu, pembicaraan harus dimulai. Kami tidak membatasi kampanye ini hanya pada kegiatan yang kami lakukan, kami men- gajak semua pihak untuk menggunakan hashtag #MulaiBicara un- tuk kegiatan yang mereka lakukan dan untuk saling membangun momentum dan memulai perubahan bersama.”

Lentera Sintas Indonesia telah melakukan advokasi ke badan legis- latif dan eksekutif dengan mendorong RUU Penghapusan Ke- kerasan Seksual sebagai priotitas, dan saat ini sedang mengawal proses RUU menjadi UU. Sophia menyadari, tanpa dukungan ma- syarakat hal tersebut akan sangat sulit diwujudkan, “Kami berusa- ha menunjukkan suara masyarakat melalui petisi online di change. org. Penantanganan petisi terus beranjak meningkat dari ang- ka 60,000, dan sampai saat ini petisi kami untuk medorong RUU Penghapusan Kekerasan Seksual masih berjalan di change.org/ MulaiBicara. Kami masih sangat membutuhkan dukungan teman- teman.”

Di akhir wawancara So- phia menggarisbawa- hi,” Masyarakat dapat mulai berperan melalui lingkungan terkecil

Public campaign Stop-Sexual Violence
Public campaign Stop-Sexual Violence

yaitu keluarga, dengan mengajarkan tentang persetujuan (consent) dan mengajarkan atau memahami bahwa tubuhnya adalah mi- liknya dan tidak artinya tidak. Memulai pem- bicaraan tentang seks dan kekerasan seksual di keluarga ini dapat mendukung terciptanya masyarakat yang tidak menganggap isu ini sebagai sesuatu yang tabu. Selain itu, mendukung acara atau kampanye yang di- lakukan oleh berbagai institusi dan organisasi yang bergerak di isu kekerasan seksual terhadap perempuan juga akan membantu terbangunnya perhatian dan mendorong pemerintah untuk merasa bahwa isu ini adalah sesuatu yang penting dan didukung oleh ma- syarakat. Hal ini diharapkan dapat memberi tekanan ke pemerin- tah untuk melakukan lebih atas isu kekerasan seksual.”

dr. Sophia Benedicta Hage, SpKO
dr. Sophia Benedicta Hage, SpKO

Dokter dan Aktivis Isu Pemberdayaan Perempuan
dan Kekerasan Seksual, pendiri Yayasan Lentera Sintas Indonesia

 

 

 

 

 

Katrini Nathisarasia

Photo: doc.Narasumber