Insan Bumi Mandiri Lestarikan Tenun demi Rawat Penenun NTT

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di timur Indonesia yang memiliki keindahan alam dan warisan budaya yang khas. Daerah ini dihuni oleh sekitar 15 suku asli, diantaranya ada Suku Atoni, Suku Alor, Suku Boti, Suku Bajawa, Suku Deing, Suku Ende, Suku Flores, Suku Kedang, dan masih banyak lagi. Meski memiliki adat istiadat yang berbeda, terdapat kesamaan di antara semua suku yang tersebar di kepulauan NTT, yakni kain tenun tradisional. 

Menenun sendiri diketahui sebagai kegiatan membuat sehelai kain dengan cara memasukkan benang pakan secara horizontal pada benang-benang yang biasanya, telah diikat dan dicelupkan ke pewarna yang terbuat dari akar dan pepohonan. Kegiatan menenun dikembangkan oleh setiap suku di Nusa Tenggara Timur secara turun-temurun. Tenun bagi masyarakat NTT dipandang sebagai harta berharga milik keluarga yang bernilai tinggi, oleh karenanya kain ini kerap digunakan dalam perayaan adat.

Insan Bumi Mandiri (IBM) bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dalam Program Pemberdayaan Tenun di empat wilayah pedalaman NTT. Wilayah tersebut yakni Alor, Sumba Timur, Ende, dan Belu. Program ini pertama kali dibentuk tahun 2018 bersama 14 perajin dari Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian pada tahun 2020, program ini diberi nama Tenun.in dan diresmikan di Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Dalam acara itu juga, IBM dan SMI memperkenalkan kelompok tenun yang mereka bina.

Pada 30 September 2021, Ende resmi bergabung dengan Tenun.in. Kemudian Belu menyusul melalui peresmian pada tanggal 29 Juni 2022. Dengan bergabungnya empat wilayah tersebut, pembinaan untuk meningkatkan kualitas menenun semakin meluas. Masyarakat lokal juga siap untuk menerima arahan untuk merancang motif dan berkreasi bersama. Tak hanya itu, masyarakat juga akan dibina agar mampu meningkatkan penjualan hasil karya mereka.

“Tenun.in dibentuk dengan tujuan memberdayakan perempuan lokal, khususnya di wilayah pedalaman NTT. Hasil menenun yang biasa dibuat oleh perempuan setempat juga diharapkan dapat dikenal luas oleh masyarakat Indonesia hingga mancanegara,” jelas Zulfa, CEO Insan Bumi Mandiri.

Sebelumnya, kegiatan menenun dilakukan oleh masyarakat secara mandiri di rumah masing-masing. Kelompok tenun yang didominasi oleh ibu-ibu ini terbiasa membuat kerajinan ala kadarnya tanpa pembinaan. Mereka belum mengerti cara memasarkan produk kerajinannya.

Kelompok tenun di pedalaman NTT juga mengalami krisis akibat jumlah penenun yang semakin berkurang. Hal itu salah satunya dipicu oleh minat generasi muda yang rendah terhadap aktivitas menenun. Sangat disayangkan, tak banyak masyarakat lokal yang sadar bahwa potensi hasil kerajinan mereka bisa bernilai besar.

Zulfa selaku direktur utama IBM mendapati bahwa pembinaan pada kegiatan tenun ini bisa menjadi kesempatan bagi perempuan-perempuan lokal di sana agar lebih berdaya. “Selain menenun, masyarakat di sini, khususnya perempuan diharapkan bisa lebih baik dalam mengelola kearifan lokalnya. Salah satunya dengan bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas melalui produk tenun yang dibuat oleh masyarakat Prailiu sendiri”, tutur Zulfa.

Ibu Jamia Ali sebagai ketua kelompok tenun setempat juga mengemukakan harapannya terhadap kelompok tenun ini. “Maka dari itu kelompok tenun ini kami beri nama Pahammu Nduma Luri yang artinya ‘Perbaiki Hidup’, semoga menjadi doa agar kehadirannya bisa memperbaiki hidup kami,” ungkap ibu Jamia optimis.

Berjalan 4 tahun, Tenun.in telah berhasil mengeluarkan bermacam-macam jenis kerajinan tangan. Dari mulai produk berbentuk kain, tas, topi, dompet, card holder, tali lanyard, dan masih banyak lagi. Misi Tenun.in untuk meluaskan warisan budaya bahkan terwujud melalui pencapaiannya menjadi official merchandise dalam pagelaran MotoGP di Mandalika. 

Dampak positif juga dirasakan langsung oleh para ibu perajin tenun. Kini dalam sehari, satu orang perajin bisa membuat satu lembar kain dan satu buah sarung. Produk yang dahulu baru bisa terjual dalam waktu 1–3 bulan, sekarang bisa laku cepat dalam hitungan hari. Produk juga bisa bersifat custom, dimana pembeli bisa meminta motif dan warna sesuai preferensi. Maka tidak heran jika penghasilan para penenun di sana bisa mencapai Rp 1,500,000 per bulan. Sedangkan sebelumnya, mereka tidak memiliki penghasilan sama sekali.

Partisipasi masyarakat Indonesia dan dunia sangat penting dalam membantu Insan Bumi Mandiri dan PT SMI untuk terus memberdayakan daerah-daerah lain di NTT karena tujuan sesungguhnya dari Tenun.in adalah untuk memberdayakan seluruh kelompok penenun di seluruh NTT. Informasi lengkap tentang produk Tenun.in bisa diakses langsung di Instagram @tenun.in atau melalui website tenun.in. OZIPmates juga bisa membantu mama-mama perajin tenun dengan berbelanja melalui Shopee Tenun.In. 

Teks: Siti Mahdaria & Diana Dwi Annisa

Foto: Tenun.in