Dr. Ir. Akmadi Abbas M.Eng.Sc: Pelajar Harus Mau Berbagi Informasi Terbaru

Akmadi Abbas-OZIP
Dr. Ir. Akmadi Abbas, M.Eng.Sc

Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Belajar di luar negeri seperti Australia itu menjadi kesempatan terbaik bagi pelajar Indonesia untuk memperkaya pengalaman hidup. Belajar dari perbedaan bahasa dan budaya, memahami cara pikir, cara pandang, dan cara menyelesaikan masalah. Itulah yang dirasakan oleh Akmadi Abbas, alumni master dari The University of New South Wales (1987), dengan beasiswa dari program Colombo Plan.

Sejak awal Akmadi memang ingin jadi peneliti, maka setelah lulus dari IPB langsung bekerja di LIPI. Dalam amatannya, perhatian masyarakat Indonesia terhadap pentingnya pendidikan semakin tinggi. Pada masa ia belajar di tingkat SMA, masih sedikit yang meneruskan kuliah. Seiring dengan makin terbukanya informasi, kini minat pada pendidikan tinggi itu kian meningkat. Orang tua menjadi bangga jika anak-anaknya menyelesaikan pendidikan sarjana S1, S2 bahkan S3. Kini, dengan semakin banyaknya peluang beasiswa studi ke luar negeri, dan akses informasi sangat terbuka, ia mendorong agar semakin banyak pelajar yang memanfaatkannya.

Akmadi Abbas
Akmadi Abbas. dok.biskom.web.id

Ia sangat berharap agar para pelajar Indonesia di Australia mau berbagi ilmu pengetahuan terbaru di bidang kajian yang digelutinya. Lembaganya sudah beberapa kali mengadakan forum terbatas dan workshop dengan mengundang pelajar yang sedang meneliti bidang ilmu tertentu, misalnya nano teknologi. LIPI juga terbuka untuk didatangi para pelajar yang ingin berbagi informasi.

Menurutnya, mereka dapat juga menghubungi himpunan profesi sesuai bidang ilmu tertentu, seperti biologi, geologi, dan lain-lain. Himpunan-himpunan profesi ini secara rutin mengadakan seminar untuk membahas informasi terbaru. LIPI akan membantu untuk mencarikan lembaga yang memerlukan informasi terbaru itu, menemukan partner untuk kolaborasi dan untuk pengembangannya. Begitu pula untuk bidang pengembangan masyarakat. Kultur di Australia atau negara maju lainnya memang berbeda dengan Indonesia, tetapi metodologi yang dipakai bisa dikaji untuk diterapkan di Indonesia.

Untuk keahlian tertentu yang sangat canggih, misalnya bidang antariksa, diakui Akmadi masih ada keterbatasan di dalam negeri. Tetapi jika tetap ingin mengabdi, alumni dengan keahlian khusus itu bisa bersama-sama mencari terobosan agar riset sejenis berkembang juga di Indonesia. Justru di sinilah pentingnya jejaring yang terbangun selama para pelajar itu studi di luar negeri. Mereka dapat menjalin kerjasama, setidaknya dengan almamaternya, untuk mengembangkan teknologi canggih itu di Indonesia. Dengan demikian ia akan menjadi perintis pada bidang tersebut. Keterbatasan yang ada di Indonesia tidak dijadikan hambatan, tetapi justru menjadi peluang dan tantangan untuk dipecahkan bersama-sama.

Saat ini, menurut Akmadi, LIPI tengah menjadilin kerjasama dengan University of Queensland.  Kerjasama itu meliputi penelitian bersama, pengembangan staf dan pendidikan pascasarjana, pertukaran ilmuwan, dan semimar bersama. Pakar yang membidangi Pengembangan Teknologi Pasca Panen dan Pengembangan Masyarakat itu,

sangat menghargai jika dalam melanjutkan studi ke luar negeri, seorang pelajar menentukan rencana risetnya berdasarkan persoalan yang sangat mendesak di Indonesia, misalnya penanganan bencana atau alih teknologi. Dengan demikian, saat lulus nanti, alumni luar negeri tersebut dapat lagsung menerapkan pengetahuannya untuk memberikan kontribusi yang nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan kualitas lingkungan dan sumber daya manusia di Indonesia.

Students Must Be Willing to Share Latest Information

 

Studying abroad in a country such as Australia is a good opportunity for Indonesian students to add to the experience of life. Learning from differences in language and culture, understanding ways of thinking, different perspectives, and how to resolve problems. This is the perception of Akmadi Abbas master alumnus of The University of New South Wales (1987), and receipient of the Colombo Plan scholarship.

Akmadi Abbas-OZIP
Akmadi Abbas

Since the beginning Akmadi always wanted to be a researcher, therefore after graduating from university he starte directly working at LIPI. From his observations, he has noticed an increase in Indonesian people’s attention to the importance of higher education. While he was still at seniour high school (SMA), there was still only a few that went on to university. Along with more access to information, there has also been an increase in interest regarding higher education. Parents are proud when their children complete an undergraduate degree (S1), Masters (S2) or even a PhD (S3). Now, with the increasing number of scholarship opportunities to study abroad, and access to information being more open, Akmadi encourages more students to make use of the opportunities.

Akmadi hopes that Indonesian students in Australia are willing to share the latest knowledge in the field of study that they choose to do. The Institute (LIPI) has already held several forums and workshops inviting students who are studying from different disciplines, such as nano-technology. LIPI is open for students who intend to share information.

According to Akmadi, students can also contact the appropriate professional associations of certain disciplines such as biology, geology and others. These professional associations regularly hold seminars to discuss the latest information. LIPI will help facilitate in searching for insitutions with the latest information, finding partners for collaboration and for development. Similarly, in the field of community development. The culture in Australia or other developed countries is different from Indonesia, but the methodology used can be studied and applied in Indonesia.

For certain highly specific areas of expertise, for example astrology (bidang antarisksa), Akmadi admits there are still certain limitations within the country (Indonesia). But, if you still want to contribute, graduates with specialised skils can work together to find a breakthrough and develop similar research in Indonesia also.  It is here that you will find the importance of the networks established whilst students were studying overseas. They can cooperate, at least within their alma maters, to develop advanced technology within Indonesia. Thus making them pioneers in the field. The limitations that exist in Indonesia should not be seen as barriers, but rather as an opportunity and a challenge to be solved together.

At the moment, according to Akmadi, LIPI is in the middle of a cooperation with the University of Queensland. The cooperation includes joint research, development staff and graduate education, exchange of scientists, and seminars together. Experts in the field of The Development of Post Harvest Technologies and Community Development, would really appreciate if those students who continue with study abroad,  determine their research plans based on very urgent issues in Indonesia, such as disaster management or technology transfer. Thus, after graduation, these foreign graduates can apply their knowledge directly.

Photos: doc. LIPI