I.K.Y.K dan Peggy Hartanto tahun ini turut hadir untuk pertama kalinya meramaikan VAMFF (Virgin Australia Melbourne Fashion Festival) 2017 dalam rangkaian pertunjukan fashion runway internasional yang ramai memadati Melbourne Museum tanggal 15 Maret lalu. Program runway ini termasuk dalam rangkaian short course
yang ditawarkan oleh Queensland University of Technology untuk Australia Awards’ di Indonesia serta didukung penuh oleh Department of Foreign Affairs and Trade Australia.
Dengan mengangkat tema “International Business Readiness for The Fashion and Textiles Sector”, BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) yang berperan memayungi industri kreatif di Indonesia mendapat undangan untuk berpartisipasi. Dua puluh lima orang tim fashion designers serta dua orang perwakilan dari Kementerian Koperasi dan BEKRAF lantas ikut andil dalam program tersebut. “Program ini sangat sesuai dengan misi BEKRAF untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia. Hingga kini ada 16 industri yang kami payungi dan kami dukung dari segi edukasi hingga permodalan – bidang terbesar adalah fashion,” papar Hanifah, Deputi Akses Permodalan BEKRAF yang ditemui siang itu.
Acara berlangsung cukup singkat, diawali dengan rangkaian koleksi Fall/Winter 2017 I.K.Y.K. Ready-to-wear line yang didominasi earthy colors dengan sentuhan merah dan ungu gelap hasil karya desainer bernama Anandia Putri itu bertemakan “BUMI”, koleksi modest wear dengan oversize cutting khas I.K.Y.K yang modern namun tetap down-to-earth. Setelahnya, Peggy Hartanto juga tak kalah sukses meraup perhatian publik dengan koleksi Fall/Winter 2017-nya bertemakan “Pierrot” – serangkaian cocktail dresses cantik dengan edgy cuttingdan pilihan warna yang mewah, “Koleksi kali ini terinspirasi dari detail-detail sirkus yang unik,” papar Peggy.
Dihampiri oleh tim OZIP selepas peragaan busana berlangsung, I.K.Y.K dan Peggy mengungkapkan rasa bahagianya bisa ikut berpartisipasi dalam VAMFF runways 2017 kali ini. “Ini adalah pertama kalinya I.K.Y.K tampil di Melbourne, and I am very impressed. Kerja mereka sangat professional dan itu benar-benar membantu sepanjang persiapan menuju VAMFF ini,” pungkas Anindia Putri yang mengaku telah mempersiapkannya sejak 4 bulan yang lalu. Namun bagi Peggy, kunjungan ini bagaikan nostalgia. Peggy Hartanto yang dulunya mengambil sekolah desain di Sydney kini mengaku memiliki kebanggaan tersendiri untuk kembali ke Australia sebagai desainer ternama, “It’s like coming home for Peggy – akhirnya harapan Peggy untuk bisa hadir sebagai real designer di negara tempatnya belajar dulu, bisa terealisasi setelah 6 tahun,” ungkap kakak Peggy, Lydia dan Petty, dua sosok berjasa di balik kesuksesan Peggy Hartanto.
Carla Van Lunn, salah satu akademisi QUT yang diutus memberikan pelatihan kepada desainer-desainer Indonesia, mengungkapkan, “Acara ini merupakan bentuk dukungan lanjutan dari program yang sudah menoreh sukses tahun kemarin – short course pertama QUT untuk fashion desainer Indonesia ini telah membawa hasil nyata yaitu sebuah perkembangan usaha yang lebih terukur,” Van Lunn juga berpendapat bahwa Indonesia memiliki populasi yang sangat besar dan kondusif untuk mendukung bisnis fashion. Sudah saatnya, desainer Indonesia lebih berani untuk berkembangone step ahead dan membidik pasar internasional.
Kehadiran BEKRAF yang sudah berjalan selama dua tahun ini memang sangat memegang peran penting dalam industri kreatif Indonesia yang dianggap kurang didukung oleh pemerintah. Melalui BEKRAF, industri kreatif ini bukan hanya diberikan edukasi, tetapi juga diberikan wadah untuk bertemu dengan calon investor. Perlahan tapi pasti, industri kreatif di bidang fashion terus berkembang.
Ketika ditanya soal rencana go international, Hanifah mengungkapkan, BEKRAF sudah beberapa kali mengirimkan fashion designers ke luar negeri, seperti ke New York Fashion Week dan Dubai Fashion Week.Namun untuk ekspor fashion, Hanifah mengaku desainer Indonesia masih perlu meningkatkan kapasitasnya,“Fashion desainer kitabanyak yang hebat, namun banyak yang belum ready, baik dari segi kualitas, sizing, maupun metode pemasaran,” paparnya.
Barli Asmara, fashion desainer dan brand ambassador Wardah, mengungkapkan pendapatnya tentang industri fashion Indonesia, “It’s a next big thing. Semoga di tengah kesempatan menjajaki negara lain ini, mereka tidak hanya mendapat ilmu dan tampil di runways, tetapi juga menjadi terobosan supaya mereka bisa masuk ke retail store di luar negeri,” papar Barli yang juga hadir bersama rekan desainer dan partner ambassadornya, Dian Pelangi, siang itu, “Yang paling challenging itu bukan mendapat kesempatan untuk berada di runways, tapi mempertahankan eksistensi. Kami bangga dengan fashion Indonesia. Semoga kita mampu menunjukkan potensi dan konsistensi di tingkat internasional,” pungkas Dian.
Syafira Amadea
Photo: Windu Kuncoro