Para OZIPmates yang budiman, sebelumnya kita telah berkeliling beberapa desa wisata di Kalimantan. Pada seri kali ini, Bali merupakan salah satu destinasi utama yang telah dibuka penuh bagi wisatawan internasional oleh pemerintah Indonesia paska terdampak 2 tahun pandemi COVID-19.
Keunikan Bali sudah melegenda, baik budayanya, keindahan alamnya dan terutama keramahan penduduknya yang terbuka bagi siapapun tanpa kehilangan identitas lokalnya. Sebagian besar nama kota, kabupaten bahkan desa-desa di Bali sudah dikenal di dunia internasional. Semisal desa wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, desa Tenganan di Kab. Karangasem hingga desa Tigawasa, desa Sidatapa, desa Cempaga yang ketiganya berada di Kab. Buleleng. Tentu saja ada masih banyak lagi ribuan desa yang tersebar di Bali dengan keunikan dan keindahan masing-masing.
Lukisan lontar tenganan kain tenun gringsing khas Tenganan hutan bambu desa panglipuran
Desa Penglipuran berada di sekitar kaki Gunung Batur. Namanya dapat diartikan sebagai “tempat suci dan tenang untuk mengenang para leluhur.” Pertama kali menginjakkan kaki disana, perasaan tenang, suasana asri, bersih dan sejuk langsung terasa. Tatanan rapi lansekap desa pun diwarnai bentuk arsitektur Bali yang unik. Sebagian besar desa dipenuhi pula dengan hutan bambu seluas hampir 45 hektar. Sehari-hari aktivitas budaya keagamaan dapat dilihat langsung. Bahkan kulinernya pun unik-unik, seperti klepon ketela ungu, minuman Loloh Cemcem dari bahan dasar kunyit dan temulawak, Ikan Mujair Nyat-nyat, hingga Suwweg dari bahan umbi talas.
Desa Tenganan di Karangasem, bagian timur Bali menawarkan alternatif yang berbeda. Tenganan adalah salah satu dari tiga (3) Desa Kuno Bali Aga, selain desa Trunyan dan desa Sembiran. Sebagian besar penduduknya adalah petani padi, sehingga pemandangan hamparan hijau sawah berlatar perbukitan menjadi salah satu daya tariknya. Kerajinannya pun menarik sekali, seperti lukisan dengan tulisan bahasa kuno di atas daun lontar, kain tenun Gringsing yang menggambarkan eksistensi seni budaya yang lebih tua sebelum adanya Kerajaan Majapahit. Arsitekturnya pun lebih mirip ke arsitektur atap di Lombok, NTB. Di bulan Juni dan Juli, ada tradisi Mekare-kare/Mageret Pandan (perang pandan) yang menarik minat besar kunjungan wisatawan mancanegara.
Ayo kunjungi Indonesia. Travel, enjoy and learn.
Teks: Rio S. Migang EcoPlan Australia & Singapura
Foto: Istimewa (berbagai sumber)